"Ada apa Kak?" tanya Cindy.
"Lo tahu Ara kenapa?" tanya Egi dengan penasaran.
"Maksudnya?"
"Lo ditanya malah balik nanya. Ara gak apa-apa kan?"
"Ara sih gak apa-apa. Cuma katanya ayahnya."
"Ayahnya? Om Beni?" tanya Egi meyakinkan perkiraannyaa, karna Ia takut yang dimaksud Ayah Ara bisa saja Ayah kandungnya yaitu Roni.
"Iya, kabarnya Om Beni masuk Rumah Sakit." mendengar informasi dari Cindy, dengan sontak Egi terkejut, akhirnya Ia tahu apa maksud Ara kemarin menghubunginya sekian kali. Setelah itu, Egi meminta alamat Rumah Sakit tempat Om Beni dirawat, agar Egi dapat menyusul Ara kesana.
"Thank you Cin."
"Iya Kak."********
Egi sudah tiba di Rumah Sakit. Ia sudah bertanya dan menemukan Ruang Rawat Om Beni, Ayah Ara. Ia memutuskan untuk masuk ke dalam. Namun suasana didalam begitu ramai, dan banyak keluarga yang menjenguk. Egi mengurungkan niatnya, Ia melangkah menjauh dari Ruang Rawat tersebut. Entah kebetulan atau memang sudah satu hati. Ara keluar, Ia menatap seseorang yang membelakanginya. Ia jelas mengenal siapa seorang itu.
Egi yang masih memakai seragam putih abu, dan menggandong tas hitam dipundaknya. Posisi Ara saat inipun sama, Ia masih memakai seragam dan menggandong tasnya.
"Kak?" Egi berbalik badan untuk menatap seseorang yang memanggilnya.
"Ra? Egi," perkataannya menggantung, seakan akan berlanjut namun tak ada lanjutan.
Ara menarik lengan Egi, dan membawa Egi ke Taman Rumah Sakit. Ia hanya tak mau semua orang didalam tahu akan kehadiran Egi, dan mendengar perkataan Ara yang nantinya akan tidak enak didengar.
"Ra bentar." Egi melepaskan genggaman Ara dipergelangan tangannya. "Kenapa kamu bawa Egi kesini?"
"Emang tujuan Kak Egi kesini mau ngapain?"
"Egi mau nengok Om Beni sekalian mau ketemu kamu dan minta," ucapannya belum selesau karna Ara segera menebak perkataan Egi selanjutnya.
"Minta maaf?"
"Iyah."
Ara menggelengkan kepalanya sembari tersenyum sinis.
"Kak Egi kemana aja? Kenapa setiap Ara butuhin Kak Egi, Kak Egi gak pernah ada untuk Ara. Ara udah 5 kali telfon Kak Egi, kirim pesan. Tapi gak ada jawabab sama sekali."
"Ra, Egi minta maaf. Ponsel Egi ternyata di silent. Dan Egi gak nyadar Ra, lagian Egi juga seharian itu gak mainin ponsel karna repot bulak-balik untuk melengkapi persyarata. kuliah. Jadi tolong kamu ngertiin Egi yah."
"Kenapa harus Ara terus yang ngertiin Kak Egi? Apa Kak Egi pernah ngertiin Ara?" tanya Ara.
"Pernah." jawaban Egi membuat Ara melongo. Ia tak yakin dengan jawaban Egi.
"Kapan?"
"Kedekatan kamu sama Angga selalu Egi maklumin Ra, seandainya Egi posesif, kamu bakalan Egi larang untuk deket lagi sama Angga."
Ara mengangguk pelan, Ia baru tahu bahwa sebenarnya kedekatannya dengan Angga bukan hanya mengundang kecemburuan dan kemarahan dari Rina saja, tapi Egipun sama merasakannya. Namun Rina lebih mengungkapkan dan memperlihatkan, tapi Egi tidak.
"Maafin yah, Plis! Gue janji bakal berusaha untuk gak ulangin kesalahan yang sama."
Sayangnya Ara hanya wanita biasa, hatinya sangat mudah meluluh oleh orang yang Ia cintai. Egi yang saat ini Ia cintai, apapun perlakuan Egi yang menyakitinya Ia hanya dapat menerima dan memaafkannya. Dan akhirnya Ara menerima Egi kembali. Wanita memang seperti itu, cintalah yang sudah membuatnya terlalu lemah dan bodoh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alur Kehidupan [REVISI]
Novela JuvenilJalan cerita kehidupan yang berliku Takdir kehidupan seseorang tak pernah bisa ditentukan oleh seseorang itu sendiri. Pasti ada yang berkuasa diatasnya. Dan Alur kehidupanku sudah ditentukan oleh Sang Maha Pencipta, aku hanya dapat menjalaninya dan...