Bab 80

232 11 1
                                    

Sinar mentari di pagi hari menyorot ke jendela kamar Ara, membangunkan dia dari mimpi-mimpinya. Matahari dengan sinarnya yang telah menyambut hari dengan penuh semangat serta harapan. Ara terbangun untuk memulai hari baru dari yang telah lalu. Dia berharap hari ini, esok dan seterusnya akan lebih baik dari hari-hari yang telah usai dan tak akan pernah kembali menemukan luka.

Hari ini seharusnya Ara masuk sekolah, tapi dokter berpesan agar Ara istirahat dulu selama 2hari dirumah. Itu adalah kesempatan bagi Ara mengistirahatkan hati dan pikirannya. Mama Arin dan Ayah Beni sudah berangkat karna ada kerjaan yang tidak bisa ditunda.

Sebelum berangkat Mama Arin sudah menyiapkan sarapan bagi Ara dan memberikan pesan pada anaknya agar tidak lupa sarapan, dan banyak istirahat. Ara mengiyakan semua perkataan Mamanya, meskipun sebenarnya nafsu makannya menghilang. Ara terlihat lebih murung dan jauh dari kata ceria.

Jam sudah menunjukkan pukul 10.00 Ara mengenakan overall jeans dan rambutnya yang diikat satu dibelakang. Ia masih berdiam diri dikamar dan duduk ditempat tidurnya dengan sandaran bantal. Ia terus memeluk boneka pemberian Egi, perasaannya masih saja hancur dan teringat semua kenangan yang pernah Ia lalui dengan Egi. Ia teringat bagaimana usahanya mempertahankan hubungan mereka meskipun bekgitu banyak masalah yang menghampiri.

Dilain tempat Farid sedang mengerjakan tugas kuliahnya. Dia duduk disofa dengan ditemani secangkir kopi dan laptop yang sedang Ia mainkan. Ponsel yang Ia letakkan disamping laptopnya berbunyi, layarnya menyala dan seseorang menelfonnya. Dan seseorang itu adalah Mamanya Ara.

Kontaknya diberi nama 'Mama Arin' seakan itu adalah kontak Mama kandungnya sendiri.

Hallo Ma?

Farid? Mama minta tolong

Ada apa?

Kamu datang ke rumah ya. Tolong hibur Ara dan temani dia

Siap Ma. Sekarang Farid kesana ya

Farid segera menutup laptopnya dan mengambil kunci mobil yang ada di kamar nya. Ia bergegas pergi ke rumah Ara. Setelah setahun hubungan Farid berjarak dengan Ara ataupun keluarganya. Kini Farid kembali mendekatkan diri pada keluarga yang memberikan kenyamanan tersendiri untuknya. Ia hanya merasa kehadirannya diharapkan di keluarga Ara. Dan Farid merasa ini sudah saatnya Ia membalas semua kebaikan Ara dan keluarganya dengan mencoba kembali mendekati Ara dan memperjuangkan gadis yang saat ini menjadi tujuan utamanya.

Farid sudah sampai dihadapan rumah Ara. Ia mengetuk pintu berkali-kali namun tak ada jawaban dari penghuni rumah. Dengan rasa khawatir Farid membuka pintu dan mencari-cari Ara didalam rumah. Suasana rumah begitu sepi, hanya jam dinding yang menjadi sumber suara didalam rumah tersebut.

Farid menaiki anak tangga dengan perlahan, Ia mencoba menuju ke kamar Ara. Ia membuka pintu Ara dengan pelan dan akhirnya Ia melihat seseorang yang Ia cari. Ara masih saja duduk termenung diatas kasur, matanya sembab, wajahnya murung dan di pelukan nya  masih boneka pemberian Egi.

Farid menghampiri Ara dan duduk disampingnya, Farid meraih Ara dan memeluknya. "Farid?" suara parau Ara memanggil nama Farid, dia menyadari kedatangan Farid yang sudah ada disampingnya.

Ara membalas pelukan Farid, Ia begitu membutuhkan orang yang mengertinya saat ini. "Farid ada disini." Tangisan Ara kembali tumpah di pelukan Farid. Setelah beberapa menit mereka saling berpelukan, Ara melirik jarum jam yang sudah menunjukkan pukul 12.30. Ara beranjak dari duduknya.

"Mau kemana?" tanya Farid.

"Kak Egi sebentar lagi berangkat. Ara mau ketemu dia meskipun cuma sebentar." Ara mengambil tas pinggangnya dan memasukkan ponsel kedalamnya. Kemudian Ia menuruni anak tangga dengan perlahan, kepalanya terasa pening sekali karna terus menangis dan belum lagi perutnya kosong karna belum diisi makanan apapun. Farid meraih tangan Ara, dan menuntunnya pelan. "Farid anter ya."

"Gak usah!" tolak Ara.

"Plis. Farid gak bisa biarin kamu pergi sendirian dalam keadaan seperti ini." Ara terdiam dan menyerah untuk keras kepala, Ia menurut dan masuk ke dalam mobil Farid. Jika Ia lebih ngotot Faridpun akan lebih memaksanya.

Farid masih belum melajukan mobilnya. "Ayoo!" ajak Ara. "Kamu harus makan roti ini dulu, setelah itu kita berangkat." ucap Farid, karna firasat nya mengatakan bahwa Ara belum sarapan.

"Mending Ara berangkat sendiri aja." Ara membuka pintu mobil, namun Farid menarik lengan Ara pelan. Dan menyuapkan roti ke dalam mulut Ara. "Ini demi kesehatan kamu Ra. Kamu harus kuat hadapin semua ujian hidup kamu." ucap Farid sembari menyuapi Ara roti dan menatap Ara begitu sangat teduh. Lagi-lagi Ara mengikuti semuanya. Sulit untuk menolak kehendak Farid, karna dia tidak suka penolakan selama semua perbuatannya itu bernilai baik.

Kini mereka sudah sampai dihadapan rumah Egi. Farid turun dari mobil dan menunggu Ara didepan mobilnya, Arapun turun dari mobil dan Ia melihat Tante Vera dan Sita yang membawa koper-koper besar dan masuk ke dalam taksi. Tidak berapa lama kemudian, seorang lelaki keluar dari rumah dengan membawa satu koper hitam dan mengunci rumahnya. Ia adalah Egi, Egi melangkah mundur dan menatap rumahnya, rasanya berat meninggalkan rumah yang sudah menjadi tempat ternyaman baginya.

Ara berjalan menghampiri Egi, "Kak?"

Egi berbalik badan dan melihat gadis yang kini ada dihadapannya. Wajahnya terlihat murung dan pucat. "Ra?" Egi terkejut melihat kehadiran Ara. Tanpa jeda, Ara langsung memeluk tubuh Egi, tangannya melingkar ditubuh lelaki itu. Ia kembali menangis, rasanya berat melewati hari ini. Setiap pertemuan pasti akan ada perpisahan. Tapi akankan perpisahan itu memberikan kesempatan untuk pertemuan kembali?

Egi membalas pelukan Ara dengan hangat. Matanya berkaca-kaca seperti ingin menangis, karna harus melepas orang yang dicintainya. Perlahan Egi melepaskan pelukan Ara "Gue tahu ini berat, tapi semua ini harus terjadi. Lo kuat Ra, Lo harus ikhlasin Egi. Dan lo harus bahagia dengan orang yang begitu berarti dan itu bukan gue. Gue yakin lo bisa lewatin semuanya, lo akan terbiasa tanpa gue. Dan gue sayang sama lo." ucap Egi dengan tulus, itu semua akan menjadi perkataan terpanjang terakhir dari Egi yang pernah Ara dengar.

"Tapi Kak ini berat. Ara sayang sama Kak Egi, Ara gak bisa kehilangan Kak Egi." lirih Ara pelan.

"Jalani Ra, lo kuat." Egi mencoba meyakinkan Ara meskipun sebenarnya bukan Ara merasa semua ini terada berat, Iapun merasakan hal yang sama.

"Egi ayo kita pergi." teriak Tante Vera dikaca mobil.

Egi mengangguk dan mengusap air mata di pipi Ara. Perlahan Ia melepaskan genggaman tangan Ara meskipun jari jemari Ara begitu erat menggenggamnya. Egi melangkah pergi dan masuk ke dalam mobil, mobil kini melaju dengan pelan, Ara mengejar Egi semampunya. Namun tak terkejar, Ara semakin menangis dan berlutut diatas jalanan. Farid menghampiri Ara dan kembali memeluknya. Ara begitu sangat rapuh "Kamu kuat, ada Farid disini."

Ara masih saja melihat taksi yang ditumpangi Egi meskipun sudah melaju jauh.

"Selamat tinggal Kak." ucapnya dalam batinnya ditemani tetes air mata.

"Selamat tinggal Ra, maafin gue. Gue sayang lo." batin Egi yang sama dengan Ara. Egi berusaha menyembunyikan kesedihannya. Mamanya mengusap pundak Egi pelan. "Kamu kuat dan kamu bisa." ucap Mama Vera meyakinkan Egi.

---------
A L U R K E H I D U P A N

Akhirnya update😅

Thank you❤
See you in the next chapter❣

Salam sayang

Saskyaputri❤

Alur Kehidupan [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang