Bab 58

234 23 2
                                    

Semuanya menghampiri Dokter, jantung mereka semua berdegup sangat kencang. Rasanya tak sanggup jika harus mendengar apapun hal yang akan diucapkan oleh Dokter itu.

"Bagaimana keadaan suami saya Dok?" tanya Mama Arin.

"Mari ikut saya ke ruangan saya,"

Semua keluarga mengikuti perkataan Dokter. Suasana kini semakin tegang dan hening, perkataan Dokter adalah hal yang ditunggu-tunggu sedari tadi.

"Keadaan Pak Beni," perkataannya terjeda, seperti sulit untuk mengatakannya.

"Keadaan Pak Beni tadi sempat kritis karna tak bisa bernafas, namun setelah diberi bantuan oksigen. Nafasnya perlahan kembali normal, meski terkadang sesak. Saya sudah mengetahui apa penyebab dari semuanya, ternyata saluran pernafasan bagian kanan Pak Beni sudah tidak dapat berfungsi kembali. Maka dari itu, Pak Beni hanya bernafas dengan satu saluran pernafasan saja, dan karna itulah Ia sempat kesulitan untuk bernafas. Nanti saya akan menuliskan resep obat untuk Pak Beni." jelas Dokter, membuat siapapun yang mendengarnya merasa khawatir. Bagaimana bisa Ayah Beni hanya bernafas dengan satu saluran pernafasan?

"Terus sekarang bagaimana keadaan Ayah Dok?" tanya Kak Shelly.

"Pak Beni keadaannya sudah membaik. Dan sudah bisa dijenguk. Silahkan! Saya permisi dahulu." jawab Dokter, mempersilahkan keluarga untuk menjenguk pasien ke Ruang IGD.

Ayah Beni terbaring lemah, terdapat alat pernafasan yang membantunya untuk bernafas. Mama Arin berlari memeluk dan mencium Ayah Beni, perlakuannya membuat suasana semakin haru.

"Ayah jangan kaya gini lagi. Jangan pernah tinggalin kita." lirih Mama Arin.

Pernikahan mereka memang belum memiliki usia yang sangat lama. Pernikahan Mama Arin dengan Ayah Beni hanya baru berjalan 4 tahun, berbeda dengan pernikahan Mama Arin dan Papa Roni yang berjalan selama 21 tahun, namun akhirnya gugur. Usia pernikahan yang begitu lama belum menjamin jika dia kelak akan menjadi jodoh hingga akhir hayat atau tidak.

Ayah Beni disarankan Dokter untuk menjalani perawatan selama 2 hari, hingga keadaannya mulai membaik. Keluargapun menyetujui saran Dokter. Suasana tak lagi menegangkan, setidaknya sudah sedikit tenang melihat Ayah Beni sudah sadar, dan keadaannya kembali normal. Masalah perawatan itu adalah hal yang wajar untuk memulihkan keadaan pasien.

"Ra, kamu pulang yah. Biar Mama nginep disini." Mama menghampiri Ara dan mengusap pundaknya.

"Ara juga nginep disini aja ya Ma. Ara mau nemenin Mama sama Ayah."

"Nggak sayang, kamu besok sekolah. Alif kamu nginep dirumah Tante yah, temani Ara."

"Siap Tan," jawab Alif.

"Udah Ra, kamu tenang aja biar Kakak yang nemenin Mama disini yah. Kamu sekolah aja." ucap Kak Shelly.

"Faiz gimana Kak?" tanya Ara mempertanyakan bagaimana dengan Faiz keponakannya yang ditinggal Kak Shelly untuk menginap diRumah Sakit.

"Faiz bakal Kakak titipin sementara dirumah Neneknya." sahut Kak Zaky.

Kak Zaky dan Kak Shelly mengantarkan Ara untuk pulang. Mereka juga sekalian membawa barang-barang Mama dan Ayah untuk dibawa ke Rumah Sakit. Sedangkan Alif Ia mengikuti mobil Kak Zaky dari belakang, Alif memutuskan untuk menginap dirumah Ara untuk menemani sepupunya.

Alur Kehidupan [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang