Bab 23

549 42 2
                                    

'Papa adalah satu-satunya lelaki yang menetap dihati Ara.'

*********

Ara terdiam sendiri dikamarnya, Ia memikirkan semua masalah yang saat ini dihadapinya. Ia sangat ingin menyelesaikan satu persatu masalah tersebut. Namun Ia sendiri merasa bingung mulai dari mana Ia harus menyelesaikannya. Kepalanya sedikit berdenyut, Ia masih memikirkan apa yang dikatakan Egi tadi.

Ia melirik pas foto berukuran kecil yang disimpan layaknya buku diatas lemari kecil disamping tempat tidurnya. Pas foto itu tidak diperlihatkan.

Ara mengambilnya dan menatap foto tersebut. Itu foto keluarganya dahulu. Ara, Mama, Papa, dan Kak Shelly, Kakak perempuan Ara.

Hati Ara bergetar, hatinya benar-benar berkecamuk. Ia sungguh merindukan keluarga yang hangat, terutama Papanya.

"Apa yang dibilang Kak Egi dan Mama bener, Ara harus ketemu Papa, sebelum penyesalan datang." batin Ara.

Ia mengambil ponselnya dan langsung mencari kontak Papanya. Ia mengirimkan pesan singkat, Namun Ia tak memberanikan diri untuk menelfon dan mendengar suara Papanya.

Pa, Ara kangen Papa. Besok kita ketemu ya Pa, Ara tunggu jam 10 pagi ditaman dekat rumah.

Beberapa detik kemudian, ponselnya berdering.

Papa: Iya sayang..

Balasan singkat Papanya sangat hangat, membuat diri Ara benar-benar sangat merindukannya.

Ara berniat menemui Mamanya yang sedang berada dikamar. Ayahnya sedang menonton televisi diRuang tengah.

"Ma?" lirih Ara memanggil Mamanya.

"Ada apa? Sini duduk!" suruh Mama Arin.

"Ma, Ara besok mau ketemu sama Papa. Ara mau minta maaf dan memperbaiki semuanya." jelas Ara tangannya memegang tangan Mamanya.

"Syukurlah, Mama senang sekali. Mama gak pernah mengajarkan kamu menjadi anak yang pedendam apalagi ke Papanya sendiri."

"Iya Ma, maafin Ara yah. Ara ingin kaya Mama tetap bersikap baik kepada orang yang pernah menyakiti."

"Maafkanlah orang yang pernah menyakiti kita, walau luka itu masih selalu membekas dihati kita. Bagaimanapun juga orang itu pernah menjadi bagian terpenting dalam hidup kita. Tak ada anak yang ingin terlahir dari keluarga broken home kan? Dan tak ada pula istri yang ingin menjadi janda." ucap Mamanya mengelus rambut Ara dan memeluknya, seakan-akan luka dimasa lalunya sedang terlintas dalam fikirannya.

"Iya Ma," jawab Ara membalas pelukan Mamanya.

********

Sesuai yang dijanjikan semalam, jam 10 pagi Ara sudah menunggu Papanya diTaman yang ada disamping rumahnya. Ara sedang duduk ditaman menggunakan gaun berwarna biru muda selutut, dan sepatu flatshoes berwarna hitam. Rambutnya terikat satu dibelakang.

Sudah menunggu 30 menit, belum ada sosok seseorang yang ditunggunya datang. Ara sedikit kecewa karena sudah lama menunggu.

"Assalamu'alaikum." ucap seseorang yang ada dibelakang Ara dan kini menghampirinya.

"Wa'alaikumsalam," jawab Ara sedikit melongo dengan kedatangan Papanya. Ia langsung memeluk Papanya dengan penuh kerinduan.

Alur Kehidupan [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang