Bab 39

316 29 3
                                    

'Kebahagiaan tidak harus didapat dari keluarga yang utuh saja. Namun dengan keluarga yang retak pun kebahagiaan itu akan didapat.'

*********

"Assalamu'alaikum." ucap Ara memberikan salam kepada penghuni rumah. Dan dilihatnya lelaki yang sedang duduk dan Faiz pun duduk diatas pahanya.

"Wa'alaikumsalam." sahut lelaki itu.

"Papa?" ucap Ara kaget sekaligus senang dan langsung memeluk Papanya. Papanya pun balik memeluk Ara.

"Papa kapan kesini? Ara kangen banget sama Papa."

"Dari tadi Papa udah disini, Papa kangen sama Kak Shelly, Faiz dan Kak Zaky." jawab Papanya.

"Papa gak kangen Ara?" keluh Ara merasa kecewa.

"Papa kira, kamu tidak menginap disini. Tapi Papa kebetulan dong datang kesini, karna Papa jadi ketemu semuanya. Tentu saja Papa kangen sama kamu Ara." jelas Papa Ara, siapa lagi jika bukan Papa Roni. Papa kandung Ara. Papa yang sangat Ara banggakan. Dan Kakek yang sangat Faiz rindukan.

"Lagian kamu ini kemana aja? Papa nunggu lama." ucap Papanya pada Ara. Karna memang Papa Roni sudah menunggu cukup lama dari jam 1 dan kini sekarang jam 5.

"Ateu mah main aja Kek, gak betah diem dirumah." balas Faiz berkomentar polos. Walaupun Ia masih kecil, namun Ia memahami dan melihat semenjak Ara menginap dirumahnya. Ia jarang bertemu. Mereka bertemu hanya saat waktunya tidur dan sarapan pagi. Bukan Faiz yang selalu tak ada dirumah. Tapi Ara yang selalu tak ada waktu, tak ada salahnya Faiz berpendapat seperti itu. Ara tersenyum mendengar ucapan Faiz, bagaimana bisa anak sekecil ini berkata yang sebenarnya. Memang anak kecil tidak pernah berbohong. Ara mencium kening Faiz gemas. Faiz tertawa, lalu kembali duduk dekat Kakeknya.

Seberapa lama mereka tak bertemu. Hubungan batin selalu ada dan terikat. Bagaimanapun Faiz adalah darah daging Papa Roni. Darah yang mengalir ditubuh Faiz adalah darah keturunannya.

"Ateu emang kaya gitu dek," ucap Papa pada Faiz seraya terkekeh.

"Papa?" lirih Ara kesal.
"Kakek sama cucu sama aja ya," protes Ara.

Hari ini, rindu yang menumpuk akhirnya bertumpah. Keluarga yang sempat terpecah belah kini diberi kesempatan untuk memperbaiki hubungannya. Walaupun tidak memungkinkan untuk bersatu selamanya. Tapi setidaknya ada waktu dimana semuanya bersatu walau sementara. Karna berkumpulnya keluarga yang retak merupakan obat dari luka anak korban perceraian orang tuanya. Dengan semua itu Ia tersadar kebahagiaan tidak harus didapat dari keluarga yang utuh saja. Namun dengan keluarga yang retak pun kebahagiaan itu akan didapat.

Hari sudah malam, Ara sudah ada dikamarnya sedang duduk dan merenung. Walaupun masalahnya sudah satu persatu selesai. Namun mengapa pikirannya masih terasa penat. Rasanya Ia ingin menghirup angin malam untuk mendinginkan pikirannya.

Tuk...tuk..tuk..
Suara ketukan dijendela kamar Ara terdengar keras. Ara beranjak berdiri dan berjalan menuju ke jendela. Ia kaget saat menyingkirkan gorden. Ia melihat Alif yang sudah memasang wajah datar tepat dihadapannya. "Apaan sih lo?" tanya Ara dengan wajah kesal. Ini sudah jam 9 malam, pintu pasti sudah dikunci. Semuanya pun sudah masuk kamar. Jika ada yang mendengar ketukan Alif. Ara akan merasa tak enak karna telah mengganggu.

"Ikut gue yuk," ajak Alif memasang wajah memelas dan memohon. Ara membuka jendela secara perlahan agar tak ada orang yang mendengarnya.

"Kemana?"

"Cari makan, sekaligus gue ingin cari angin malam." ujar Alif, ini adalah kebiasaannya.

Alur Kehidupan [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang