'Cinta memang tak bisa dipaksakan, tapi tak ada salahnya mencoba memaksa hati untuk menerima bahwa ada kehadiran seseorang yang patut untuk dihargai keberadaannya.'
***********
Waktunya pulang sekolah telah tiba. Bel sudah memperdengarkan alunan bunyinya. Semua siswa sudah bubar, hanya tinggal beberapa siswa saja yang masih berada dilingkungan sekolah. Ara sedang mencoba menghubungi Alif agar Ia mau menjemputnya, karna Egi sedang sibuk. Cindy sedang mengembalikan Buku Fisika yang sempat Ia pinjam dari perpustakaan. Kini didalam kelas hanya tinggal 5 orang, dan salah satunya adalah Rina dan Ara.
Kemarahan Rina semakin memuncak, ditambah lagi dengan acuhnya Angga padanya. Rina menghampiri Ara dan menarik Ara secara paksa untuk mengikutinya ke halaman belakang sekolah, yang tak jarang dilalui oleh orang. Tempat itu selalu sepi, karna memang tempatnya lumayan jauh dari jangkauan.
"Rin, lepasin sakit." keluh Ara rasanya tangannya yang ditarik Rina sudah kesakitan dan bahkan Ia berjalan dengan perlahan karna dia belum bisa berjalan normal. Rina menarik Ara sangat cepat, sampai Ara semakin kesakitan.
Mereka berhenti di taman belakang sekolah. Wajah mereka saling berhadapan. Ara masih merengek kesakitan. Jika Ia sedang tidak merasakan sakit, mungkin bisa saja Ia marah besar dan melawan Rina untuk melindungi dirinya.
Tiba-tiba tangan Rina melayang di pipi kiri Ara, melayang dengan kerasnya. Rina menampar Ara, Ara meringis kesakitan seraya jari jemarinya memegang pipi kirinya. Ara menatap nanar Rina. "Lo jahat banget sih Ra, Gue itu udah mau maafin lo, tapi dengan kejadian kemarin ternyata gue gak bisa maafin lo! Kejahatan lo itu udah terlalu banyak ke gue. Kenapa lo selalu jadi orang ketiga dihubungan gue dan Angga? Kenapa? Lo gak bahagia sama Egi? Sampe-sampe lo harus jadi orang ketiga dalam hubungan gue? Gue capek Ra, gue muak sama semua kelakuan lo." emosi Rina semakin memuncak, kata-katanya semakin kasar dan tajam. Ia menyalahkan Ara seakan-akan Ara yang mempunya kesalahan terbesar dalam masalahnya.
"Rin," keluh Ara pelan. Ia meringis kesakitan. Air mata menetes dari matanya. Rasa sakit dihatinya tak sebanding dengan rasa sakit dipipinya. "Gue benci lo Ra," Sentak Rina ditengah isakannya. Ia pun merasa berat dan tersakiti melakukan semua itu.
"Maafin Ara, Ara gak pernah ada niatan untuk ambil Angga dari Rina. Plis tolong jangan salah paham. Ara bisa jelasin semuanya." Ara memegang satu tangan Rina dan memohon. Ia masih menangis, lukanya terlalu dalam tertorehkan oleh Rina. Namun sayang, genggaman tangan Ara malah ditolak dengan keras oleh Rina.
Cindy mencari-cari Angga, Ia mendapat informasi dari teman sekelasnya bahwa Rina menarik lengan Ara dan membawanya entah kemana. "Ga, gawat Si Rina ajak Ara ngobrol. Gue gak tenang ini." panik Cindy mengajak Angga untuk menyusul Rina.
Angga tersontak kaget, Ia pun ikut panik. "Lo serius?" tanyanya. Cindy menarik lengan Angga. Mereka mencari-cari keberadaan Rina dan Ara. Dan satu-satunya tempat yang belum mereka kunjungi hanya Taman belakang sekolah. Mereka pergi kesana dengan terburu-buru, mereka khawatir karna takut sesuatu akan terjadi diantara Rina dan Ara.
Angga dan Cindy sudah melihat keberadaan orang yang mereka cari, disana Rina sedang membentak-bentak Ara, sedangkan Ara sedang mencoba menjelaskan sesuatu pada Rina. Mereka berdua Sama-sama sedang menangis. Angga dan Cindy menghampirinya "Stop, Rin lo apa-apaan sih?" bentak Angga pada Rina. Sedangkan Cindy langsung menghampiri Ara dan memeluknya, Ara masih menangis.
"Mau belain dia?" telunjuk Rina menunjuk pada Ara, walaupun mata Rina meneteskan air mata, tetap saja tatapannya gusar pada Angga.
Angga menarik lengan Rina, dan membawanya jauh dari Ara. Angga membawa Rina menuju parkiran. Ia bertujuan membawa Rina pulang dan menyelesaikan masalahnya dirumah. Ia tak mau hanya karna masalah kecil, semuanya jadi semakin rumit.
Dilain tempat, Cindy membawa Ara masuk ke dalam kelas mereka. Bahu Cindy yang saat ini menjadi tempat sandaran Ara. Hanya Cindylah yang saat ini ada disampingnya dan dapat menenangkan nya. Ara hanya membutuhkan seseorang yang dapat mengertinya dengan baik.
"Ra, lo sabar ya," Cindy mengusap-usap pundak kepala Ara. Sedangkan Ara masih menangis, suara isak tangisnya masih terdengar jelas. "Gue capek," keluh Ara. Matanya kembali memburam karna air mata terus menetes.
Mereka berpelukan, Cindy mencoba untuk Ara. Keadaan Ara sudah lebih tenang sekarang. Cindy mencari-cari ponselnya dan Mengirimkan pesan untuk Alif agar mau menjemput Ara. Cindy memang sengaja menyimpan no ponsel Alif hanya untuk jaga-jaga.
Lif, jemput si Ara disekolah sekarang Penting! Gpl!
Beberapa menit kemudian pesan itu dibaca oleh Alif. Dan hanya selang 10 menit Alif sudah sampai disekolah. Alif memasuki lingkungan sekolah yang sudah sepi. Firasatnya mengatakan bahwa terjadi sesuatu pada Ara. Maka dari itu Ia buru-buru dan langsung menjemput Ara walaupun dia sedang berada dirumah Fani.
"Ra, Cin?" Alif bertemu dengan orang yang Ia cari. Ia menghampiri Ara, begitupula Ara langsung menghampiri Alif dan memeluknya. Alif membalas memeluk Ara. Ia mengusap punggung Ara dan memberikannya ketenangan. Cindy menyuruh Alif untuk membawa Ara pulang agar keadaannya dapat lebih tenang. Alif menurut dan membawa Ara pulang. Selama Alif selalu ada disamping Ara, Ia bisa menjadi sosok Kaka Laki-laki yang berperan sebagai pelindung dan penopang dikala adiknya rapuh.
********
Rina dan Angga sudah sampai dirumah Rina. Keadaan Rina masih belum membaik, sepanjang perjalan Ia tidak mau membuka mulut, bahkan untuk menatap Anggapun dia tak mau. Ia hanya bisa menangis, dan mengeluarkan kesedihan yang Ia pendam.
Angga menatap Rina dengan tenang. Angga ingin mencoba menurunkan egonya walaupun hanya sedikit. Sejujurnya rasa kesalnya pada Rina pasti ada. Namun tak ada manfaatnya jika harus mempermasalahkan semuanya, karna yang Ia ingin hanya menyelesaikan semuanya. Ia memegang tangan Rina, Namun Rina menolak genggaman Angga.
"Ga, aku minta kamu putusin aku sekarang!" Angga terkejut dengan ucapan Rina, Ia tak nyangka jika Rina akan berkata seperti itu. Apa arti dari perjuangan Ia yang ingin mencoba dan terus berusaha mencintai Angga.
"Rin," mendengar jawaban Angga, Rina memegang tangan Angga, Ia menatap lelaki yang ada dihadapannya. "Gue gak mau Ga, gue gak mau perasaan ini semakin dalam. Dan gue gak mau semakin merasakan bagaimana sakitnya mencintai lo! Lebih baik gue mundur dari sekarang, karna gue gak mau mundur setelah gue berjalan jauh untuk lo. Rasanya udah cukup luka yang lo kasih ke gue. Dan lo tenang aja, tanpa pacaran sama lo gue bakal baikan sama Ara. Mungkin ini adalah jalan yang terbaik untuk kita. Gue gak mau memaksakan keadaan. Karna yang terpenting adalah kebahagiaan lo!" tutur Rina dengan bahasa persahabatan disertai isakan tangisnya.
Hati Angga tersentuh, Ia memeluk Rina dengan perasaannya yang tulus, tak ada paksaan dan tak ada rayuan. Angga melepaskan pelukannya. Jari jemarinya menyentuh pipi Rina. "Lo dengerin gue! Gue gak bisa kehilangan lo. Dan jujur gue udah mulai mencintai lo! Tolong kasih gue kesempatan untuk memperbaiki semuanya." mohon Angga, tangan mereka masih saling menggenggam, mata mereka masih saling menatap, bahkan mungkin saat ini hati mereka sedang menyatu meski ditemani isakan tangis dan kemarahan. Jika Rina berani memperjuangkan cintanya hingga Ia benar-benar merasa lelah, mengapa Angga tak berani berjuang mempertahankan orang yang mencintainya hingga Ia pun benar-benar merasa lelah. Dan jika semua itu benar-benar terjadi, walaupun akhirnya harus berpisah setidaknya mereka telah mencoba sama-sama untuk saling memperjuangkan.
Cinta memang tak bisa dipaksakan, tapi tak ada salahnya mencoba memaksa hati untuk menerima bahwa ada kehadiran seseorang yang patut untuk dihargai keberadaannya.
----------------------
Alur kehidupan
•
•
Gimana rame gak? Baper yaa baper😂
•
Mau tau kelanjutannya?
•
Penasarankan gimana kelanjutan hubungan Angga dan Rina?
•
Hayoo siapa yang penasaran?
Yuk comment⬇•
Follow dulu instagram author
➡@saskyaptr
Dan instagram quotes by author
➡@_sebuahrasaaa
•
See you in the next chapter❤
•
Semoga suka ceritanya
Jangan lupa tinggalkan jejak yahh.
Vote⭐ and comment💬. Pasti bakalan di vomment back kok.
Terimakasih🙏❤Salamsayang
Saskyaputri♥
KAMU SEDANG MEMBACA
Alur Kehidupan [REVISI]
Teen FictionJalan cerita kehidupan yang berliku Takdir kehidupan seseorang tak pernah bisa ditentukan oleh seseorang itu sendiri. Pasti ada yang berkuasa diatasnya. Dan Alur kehidupanku sudah ditentukan oleh Sang Maha Pencipta, aku hanya dapat menjalaninya dan...