Bab 29

541 44 5
                                    

'Gue frontal aja ya gue muak sama lo! Lagian lo itu emang cewe murahan kan?'

*********

Ara mendekati Rina, mencoba menarik nafas kasar agar dapat mengucapkan apa yang ingin Ia katakan. Mereka saling berhadapan dan membalas tatapan satu sama lain.

"Biasa aja kali natapnya." cetus Rina kasar, merasa risih dengan tatapan Ara yang tak bisa Ia definisikan maknanya.

"Rina, Ara minta penjelasan. Kenapa Rina tega sebarin semua gosip itu? Rina kan yang nyebarin semuanya?." ucap Ara, terlihat sangat sulit untuk mengucapkannya.

Angga yang berdiri diantara mereka berdua merasa terkejut bukan main, dengan kata yang baru saja terucap dibibir Ara.

"Lo tega banget sih Rin? Kenapa lo jadi sejahat ini?" Angga menyolot, emosinya benar-benar terpancing oleh suasana.

Rina yang mendengar perkataan Angga, semakin membeludak.

"Gue kaya gini itu, karna kalian! Kalian itu gak pernah pikirin perasaan gue! Ya gini gue jadi egois dan sejahat ini. Jadi jangan salahin gue, salahin aja diri kalian sendiri!" tegas Rina, terlihat sangat egois, keangkuhan kini memenuhi dirinya.

Ara menahan badan Angga yang baru saja akan lebih mendekat dan kembali berbicara. Angga diam, dan kembali menyaksikan pertentangan itu.

"Oh jadi lo udah tau Ra, udahlah lo gak usah so baik, so lemah lembut dan cengeng. Gue frontal aja ya gue muak sama lo. Lagian lo itu emang cewe murahan kan? Ngaku aja lah dan terima semua gosip ini yang emang fakta. Hidup lo itu terlalu enak Ra, selalu bisa dapetin apa yang lo mau dan sesekali lo menderita boleh kan?" cetus Rina menjawab semua perkataan  Ara yang terpotong karna pembicaraannya dengan Angga, dengan egonya yang tinggi, tak ada rasa iba atau sayangnya terhadap Ara sahabatnya. Secepat itukah persahabatan menjadi permusuhan. Hanya kejahatan yang saat ini menyelimuti pikiran Rina. Rina meninggalkan Ara, membiarkan Ara merasakan sakit karna ucapannya. Karna baginya rasa sakit yang Ara rasakan tak sebanding dengan rasa sakit yang saat ini Rina rasakan.

Ara memandangi Rina yang semakin menjauh darinya. Mungkin untuk selamanya Ara tak akan kembali saling membahagiakan dengan Rina.

Rina yang sedang diam seorang diri di dalam kamarnya, menangis dan terus menangis. Ia tak pernah tau dengan apa yang baru saja Ia perbuat. Rasa sakit hatinya oleh Ara, tak pantas dibalas dengan hinaan untuk keluarga Ara. Itu pasti sangat menyakitkan. Namun apalah daya nasi sudah menjadi bubur, semua takkan kembali seperti semula. Semua sudah terjadi. Mungkin Rina harus melanjutkan semua ini sesuai dengan alurnya, pasti akan ada ujung jalannya.

Dalam hati kecilnya, Rina menyesali apa yang telah Ia perbuat. Sedangkan dilain tempat Ara yang rapuh nan lemah sedang mencoba membuat benteng yang mengkokohkan dirinya. Dengan Pembangkit semangatnya yaitu Egi, mungkin Ara dapat menjalaninya.

"Udah Ra, lebih baik sekarang, Kamu bangkit, buktikan ke semua orang yang udah gosipin kamu dan keluarga kamu kalo apa yang mereka katakan itu gak bener. Kalo kamu lemah mereka akan semakin suka menghina kamu. Tapi jika kamu tegar mereka akan jera dengan ketegaran kamu." ucap Egi memandang wajah Ara lembut, berharap kata-katanya dapat memicu semangat Ara.

"Iya Kak, Ara bakal bangkit jadi orang yang tegar. Makasih ya Kak." jawab Ara menghapus air mata dipipinya dan tersenyum dengan penuh semangat. Dengan sigap Ara memeluk tubuh Egi, berterimakasih karna Egi selalu ada disampingnya dan menjadi penyemangat untuknya. Begitu pula dengan Egi yang kembali membalas pelukannya. Ia merasa bangga melihat kekasihnya dapat tersenyum kembali.

**********

Setelah beberapa hari dari kejadian itu, Ara dan Rina layaknya seperti orang asing. Tak ada penyesalan yang terlihat sedikitpun dari wajah mereka berdua.

Ara yang baru saja pulang sekolah dan merasa sangat kelelahan. Cuaca yang panas benar-benar membuat tubuhnya lemas. Kini Ia duduk bersandar dibalkon kamarnya, dengan keadaan yang masih memakai seragam. Ia tak peduli karna esok Ia ganti memakai seragam lain.

Dirumahnya tak ada siapapun, Ayahnya sedang bekerja, begitu pula dengan Mamanya yang sibuk dengan bisnis barunya. Sedangkan Alif, dia sudah kurang lebih 1 minggu tak berkunjung dan menginap dirumah Ara.

Tuk...tuk..Tukkkk
Suara ketukan pintu yang teramat sangat keras, membuat penghuni rumah itu tersontak kaget dan cepat berlari menuruni anak tangga dan melihat siapa orang yang datang dengan cara seperti itu.

Ara membuka pintu dengan cepat dan melihat terdapat wanita paruh baya disana. Dengan memakai baju coklat muda yang membuatnya terlihat anggun. Namun keanggunan itu rusak karna tatapan wajahnya yang terlihat marah dan garang.

"Tante siapa?" tanya Ara heran, sebelumnya Ia tak pernah mengenali wanita itu.

"Mana Beni?" cetus wanita tersebut.

"Ayah lagi kerja Tante. Tante ini siapa?" ujar Ara, Ia tak menyerah. Rasa penasarannya semakin menumpuk. Apa hubungan antara Wanita itu dengan Ayah sambungnya?

"Saya Leni, Beni adalah mantan suami saya dan ayah dari anak-anak saya." angkuh Tante Leni, yang ternyata adalah mantan istri ayah sambung Ara.

"Tante mau apa?" ucap Ara masih tak mengerti apa sebenernya tujuan Tante Leni ke rumahnya.

Bukannya sudah tak ada lagi hubungan Tante Leni dengan Ayahnya. Hanya itu yang Ara pikirkan saat ini. Otaknya berputar keras, memikirkan semua itu. Apa masalah akan kembali menghampiri keluarganya? Entahlah, Ia tak berharap itu semua terjadi.

"Dengar ya, saya kesini cari Beni. Saya minta tanggung jawabnya sebagai seorang ayah. Dia udah lama gak kasih uang sepeser pun untuk anaknya. Yang Ia pikirkan hanya kamu anak tirinya." ucap wanita itu kasar, mendorong tubuh Ara.

"Tante tolong tenang, kita bisa bicarakan ini baik-baik." ujar Ara memohon kepada Tante Leni agar bisa lebih tenang tanpa bersikap kasar seperti itu.

"Bagaimana saya bisa tenang? Yang dipedulikan Beni itu adalah anak tirinya bukan anak kandungnya. Kamu itu benar-benar anak tiri yang gak tau diri ya." teriak Tante Leni, kali ini Ia mendorong tubuh Ara lebih kasar lagi sampai Ara terjatuh ke lantai karna tak kuat menahannya.

Egi yang baru saja datang dan belum memakirkan motornya dengan benar. Mendadak berhenti dan memakirkan asal motornya dipinggir jalan ketika melihat Ara yang sudah terjatuh dilantai.

"Ra?" panik Egi langsung membantu Ara untuk kembali berdiri.

"Tante bisa kan gak usah sekasar ini?" Egi tak menerima apa yang telah Tante Leni lakukan pada kekasihnya. Mereka itu sesama perempuan, mereka bisa kan berbicara dari hati ke hati. Bukan dengan cara kasar seperti ini.

"Udah lah gak usah banyak alasan, bilangin ke Ayah tiri kamu, Si Beni itu bahwa anaknya sekarang lagi sakit di Rumah Sakit dan membutuhkan banyak biaya." Ucap Tante Leni, nadanya sedikit menurun diakhir kalimat. Entah apa yang sebenernya terjadi.

"Okey Tante, Ara pasti aka kasih tau ke Ayahnya. Jadi sekarang Tante tolong pergi dari sini." ucap Egi sopan, sangat menghargai dan menghormati Wanita tersebut.

Ara terdiam, sejujurnya Ia memang pernah bertemu dengan kedua anak perempuan Ayah Tirinya, Namun Ia tak pernah bertemu dengan Tante Leni sebelumnya. Sekasar itu ternyata mantan istri Ayahnya. Sebenarnya siapa yang dimaksud Tante Leni, Siapa yang saat ini sedang sakit? Apakah Kak Mira? Atau Caca? Otak Ara kembali berputar, Ia juga masih syok dengan kemarahan luar biasa Tante Leni tadi.

----------------------

Alur kehidupan


Gimana rame gak? Baper yaa baper😂

Mau tau kelanjutannya?

See you in the next chapter❤
Semoga suka ceritanya
Jangan lupa tinggalkan jejak yahh.
Vote⭐ and comment💬. Pasti bakalan di vomment back kok.
Terimakasih🙏❤

Salamsayang
Saskyaputri♥

Alur Kehidupan [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang