Bab 49

260 30 1
                                    

Fajar kembali terbit. Mentari pagi yang hangat membangunkan Ara dari tidurnya.
Bising nya kendaraan kembali meramaikan suasana. Hari ini, hari dimana setiap orang memulai kembali aktifitasnya seperti semula.

Ara sudah siap dengan seragam pituh abu-abu nya. Dan dasi yang melingkar dilehernya, sabuk yang melingkar di pinggang nya dan topi yang sudah Ia siapkan didalam tasnya. Rambutnya sedikit basah, namun terlihat sudah rapi.

Ara menuruni anak tangga dan Ia akan menuju meja makan untuk sarapan bersama. Bangunnya di pagi hari ini Ia melihat Mama dan Ayahnya, berbeda dengan minggu lalu yang Ia lihat adalah Kak Shelly, Kak Zaky dan Faiz.

"Pagi Ma, Yah?" sapa Ara lalu mengambil posisi untuk duduk.

"Pagi sayang," sapa Mama Arin yang sedang mengoleskan selai coklat dirotinya.

"Pagi anak Ayah yang cantik," sapa Ayah Beni dengan senyumnya.

Kebersamaan ini yang selalu Ara rindukan. Karna semenjak keluarganya bercerai, kebersamaan dan kasih sayang menghilang dari hidupnya. Baru kali ini semuanya kembali seperti semula. Dan sekarang Ara tak akan merindukannya lagi, karna semuanya sedang Ia alami. Kebahagiaan, kebersamaan dan kasih sayang yang penuh padanya sedang Ia rasakan.

"Pulangnya jangan sore-sore ya!" pesan Mama Arin pada Ara.

"Iya Mamaku yang bawel," Jawab Ara sedikit usil.

"Ara berangkat bareng Ayah aja, biar Ayah yang anterin." ucap Ayah Beni lalu memasuki kamar mandi.

"Iya yah," jawab Ara sedikit teriak.

Ara sudah selesai memakai sepatunya. Suara motor yang tak asing bagi Ara kini mendekat dan saat ini sudah ada dihadapannya bersama seseorang yang mengendarainya. Siapa lagi jika bukan Egi. Egi datang memakai kaus abu-abu dan celana jeans hitamnya. Memang terlihat sangat santai. Apalagi rambutnya yang basah dan berantakan. Ara menatap Egi datar.

"Kak Egi ngapain kesini? Kan Kak Egi gak sekolah."

"Mau nganterin lo," jawab Egi datar.

"Ara bisa berangkat sendiri kali, mendingan Kak Egi belajar, terus istirahat dirumah."

"Udah jangan protes, ayo naik!" suruh Egi pada Ara.

Ara berjalan menghampiri Egi. Ia merapikan rambut Egi dengan tangannya "Kalo mau nganterin pacar harus rapi dong!" cibir Ara, tangannya masih berada  dirambut Egi. "Kalo gini kan ganteng," ucapnya setelah selesai merapikan rambut Egi.

Mama Arin dan Ayah Beni tiba-tiba keluar. Ara dan Egi menatap mereka datar. Kehadiran mereka seketika membuat Ara dan Egi terkejut. "Om, Tante?" sapa Egi lalu menyalami Mama Arin dan Ayah Beni. Dan berpamitan untuk berangkat ke sekolah.

"Titip Ara yah Egi, Makasih sebelumnya." pinta Mama Arin pada Egi. "Jaga dia baik-baik." Ujar Ayah Beni melanjutkan.

"Siap laksanakan," jawab Egi dengan lantangnya. Seperti tak ada perasaan gugup lagi disana, sangat terlihat jelas Egi mudah akrab dan bisa bercanda dengan orang tua Ara.

Mereka berangkat ke sekolah bersama. Ditengah bisingnya kendaraan, mereka menikmati perjalanannya. Bagai dunia milik berdua bersama dengan keheningan.

Saat ini mereka sudah sampai didepan gerbang sekolah. Egi pamit pada Ara untuk pulang, karna tidak memungkinkan jika Egi harus ikut masuk sekolah hanya untuk menemani Ara. "Oh iya, kamu jangan lepas dari handphone ya, ntar aku bakal hubungin kamu. Jangan ngilang biar aku gak berpikiran negatif!" tutur Egi seraya menepuk pundak Ara pelan.

"Nanti pulangnya aku jemput," lanjut Egi seraya mengacak rambut Ara pelan. Ara mengiyakan dan mengembangkan senyumannya pada Egi.

Upacara Bendera Merah Putih telah selesai dilaksanakan. Semua siswa sudah bubar dan kembali ke kelasnya masing-masing. 30 menit lagi pertandingan akan dimulai. Setiap kelas harus menampilkan tulisan-tulisan penyemangat bagi siswa yang bertanding.

Lawanpun sudah hadir dan menempati posisinya di SMA Taruna Bangsa. Tepi lapangan dan koridor kelas dari mulai lantai satu hingga dua terpenuhi siswa dan siswi. Ara masih berada dikelasnya dengan Cindy. Mereka akan turun ke lapangan ketika pertandingannya akan dimulai.

Angga menatap sekelilingnya, sudah banyak pendukung sekolahnya dan pendukung lawan yang memenuhi dan membuat ricuh suasana. Tak bisa dibohongi dari sekian banyak orang Angga hanya mencari satu wanita yang Ia harapkan, Ara. Tanpa Rina yang menyemangatinya setidaknya saat ini Ara lah yang dapat menggantikan posisi Rina. Angga benar-benar membutuhkan semangat dari salah satu diantara mereka.

Pertandingan akan dimulai 10 menit lagi. Suasana semakin ramai, sorakan para supporter semakin menggelegar disekitar lapangan. Angga berlari dan keluar dari lapangan "Kemana Ga?" teriak teman Angga, Ia khawatir Angga kabur atau bahkan tidak jadi mengikuti pertandingan ini. Bagaimanapun juga Angga adalah kapten, dan bisa disebut kepala. Tanpa kepala tubuh tidak akan bisa hidup dan bergerak.

Angga berlari menuju kelasnya, melewati koridor yang sudah terpenuhi oleh orang-orang. Ia melihat Ara dan Cindy yang ada didalam, mereka terlihat sedang bencengkrama. Angga melangkah dan menghampiri Ara, Ia menarik lengan Ara hingga tubuh Ara terbawa dan mengikuti langkah Angga.

"Apaan sih narik narik?" protes Ara melepaskan tangannya dengan keras dari genggaman Angga. "Gue mau minta tolong," pinta Angga kembali memegang tangan Ara. Sorot matanya benar-benar tulus memohon. "Udah bikin salah, minta tolong lagi. Emang lo mau minta lo apaan?" tanya Ara sedikit kesal.

"Gue butuh penyemangat Ra, gue mohon lo tonton pertandingan ini. Dan lo nonton dibarisan paling depan, untuk jadi seseorang yang gue lihat untuk menyemangati gue." tatapan Angga penuh pengharapan.

"Enak banget ya, kalo gitu berarti lo anggap gue pelampiasan dong." cibir Ara.

"Gue down banget Ra, Anggota tim dari lawan kita diam-diam ngancem. Kalo sampai mereka menang mereka bakalan tawuran ke sekolah kita. Dan ada kabar juga kalo mereka selalu jadi juara 1 disetiap perlombaan.

"Okey gini deh, lo lakuin ini jangan demi gue. Tapi demi sekolah kita. Plis lo mau kan?" Mendengar perkataan Angga, hati Ara seketika terketuk. Ara menatap Cindy, menandakan meminta bantuan padanya. Jujur Ia pun bingung apa yang harus Ia lakukan. Jika Ia mau bagaimana kalo Rina tahu? Apa dia akan menerima? Kalo tidak? Dia pasti mencibir Ara sebagai Wanita murahan lagi. Cindy mengangguk menandakan Ia menyuruh Ara untuk mengiyakan permohonan Angga. Ara berpikir sejenak dan menghela nafas pelan. "Okey," jawabnya singkat. Angga terlihat bahagia setelah mendengar jawaban Ara. Ia menarik lengan Ara "Yaudah ayo!" ajak Angga pada Ara dan Cindy.

Pertandingan berlangsung sangat ramai, suara sorakan semakin menggema. Ara sudah ada dibarisan depan para penonton. Paling depan, paling berceria dan paling bersemangat, Ia melakukan semuanya semata-mata hanya demi kemenangan sekolahnya.

Detik-detik akhir pertandingan Ara baru ingat dengan perkataan Egi tadi. Ia harus selalu membawa ponselnya, hanya karna tadi Angga yang memaksa dan menariknya Ia sampai lupa membawa benda itu yang Ia pindahkan ke dalam tasnya.

Ara berlari menuju kelasnya, melewati koridor yang penuh dengan penonton. Ia harus kembali ke lapangan sebelum pertandingan benar-benar berakhir dan sebelum Angga menyadari ketidakhadirannya. Kelas Ara tidak terlalu dekat dengan lapangan, dan ada kemungkinan kelasnya sepi karna semua siswa tidak boleh ada yang berdiam dikelas masing-masing.

Hanya tinggal 2 meter, Ara sampai didepan kelasnya. Rasanya cape sekali melewati kerumunan orang-orang. Ara menghela nafas kasar. Ia melanjutkan berlarinya, namun tiba-tiba air tergenang dihadapan kelasnya. "Aaaaaaa." teriak Ara. Ara terpeleset dan terjatuh, kepalanya terbentur ke lantai. Tak berapa lama kemudian Ara pingsan.

----------------------

Alur kehidupan


Gimana rame gak? Baper yaa baper😂

Mau tau kelanjutannya?
Penasaran gimana keadaannya Ara kan?
Yu comment dulu⬇ (lanjut)

Author mau tahu siapa aja yang selalu nungguin kelanjutan Alur kehidupan.

Yuk comment⬇

Follow dulu instagram author
➡@saskyaptr
Dan instagram quotes by author
➡@_sebuahrasaaa

See you in the next chapter❤

Semoga suka ceritanya
Jangan lupa tinggalkan jejak yahh.
Vote⭐ and comment💬. Pasti bakalan di vomment back kok.
Terimakasih🙏❤

Salamsayang
Saskyaputri♥


Alur Kehidupan [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang