'Lantas apa salah jika aku menginginkan kebahagiaanku kembali?'
**********
Sebuah senyuman terlukis dibibir Ara, rasanya serasa lega, Ia tak akan merasa kehilangan kembali dengan tak ada kehadiran Angga. Dan kini waktunya memperbaiki hubungannya dengan Rina.
Lamunannya buyar, ketika Egi datang menyentuh bahu Ara. Terdapat rasa heran disana, Egi menatap Ara dengan seksama. Ia menafsirkan bahwa Ara sedang menatap Angga, yang membuat senyum tipis terlukis diwajahnya. Sedangkan Ara sangat terkejut, Ia takut Egi mengetahui apa yang dilakukannya, walaupun nyatanya Egi sudah mengetahui semuanya.
"Kenapa?" tanya Egi heran.
Ara hanya menggeleng pelan dan beranjak dari posisi duduknya. Tanpa menunggu lagi, Egi langsung meraih tangan Ara, untuk berjalan pulang. Ara hanya mengikuti langkah Egi yang cepat. Sebenarnya sangat sulit menyeimbangkan langkah keduanya. Egi berjalan cepat dihadapan Ara, tak ada jeda untuk berjalan berdampingan. Seakan Ara adalah pengikutnya.
Angga menatap keduanya yang kini sudah jauh dari pandangannya. Hatinya terasa sakit melihat mereka berdua. Tapi bagaimana lagi? Ini sudah jalannya, yang terpenting hubungannya tak retak kembali dengan Ara.
Mereka sudah sampai dihadapan rumah Ara, tak ada tempat yang mereka kunjungi terlebih dahulu. Hanya menuju ke tujuan.
"Udah baikan ya sama Angga." ujar Egi.
Tak ada jawaban apapun, hanya anggukan malas dari Ara. Setelah itu Egi berpamitan untuk pulang, Ara hanya menatap nanar punggung Egi yang kini menjauh. Entah kenapa perasaannya sedang tak beraturan saat ini.
Saat membuka pintu, terdapat Ayah disana yang sedang menonton tv, dengan secangkir kopi yang ada dimeja dan makanan ringan terdapat disana. Ara mengernyit heran dan menghampiri Ayahnya.
"Ayah gak kerja? Mama mana?" tanya Ara.
Ayah Beni menatap lembut wajah Ara, yang sudah terlihat kelelahan.
"Nggak Ra, Mama ada dikamar." ucapnya lembut, memberikan ketenangan. Meskipun Ayah Beni sekedar berstatus sebagai ayah tirinya, tetapi rasa sayang tetaplah rasa sayang. Ia menyayangi Ara dengan sepenuh hati. Seakan-akan Ara adalah darah dagingnya sendiri.
"Mungkin Mama sama Ayah lagi marahan." desisnya pelan.
"Yaudah Ara ke kamar dulu ya." ucapnya, lalu pergi dan menaiki anak tangga perlahan. Otaknya berputar keras, lelahnya sudah mendera untuk menghadapi masalah terus menerus. Ia memutuskan untuk tinggal bersama Kakak Perempuannya, yang mungkin jarak rumahnya lumayan jauh beberapa km. Ia akan menempun perjalanan sampai kurang lebih 30 menit untuk menuju ke sekolah. Tak menutup kemungkinan Ara tinggal disana selama 1 minggu. Lagi pula Ia merindukan Kakak Perempuannya, dan keponakannya yang berusia 6 tahun, tepatnya kelas 1 SD.
Semenjak Kakaknya memiliki rumah sendiri dan mendirikan usaha yoghurt sendiri, membuat dirinya sibuk dan tak ada waktu untuk meluangkan kebersamaan.
Ya, Ara berfikir terlebih dahulu, Ia meminta izin kepada Kakaknya untuk menginap disana. Jika Kakaknya mengizinkan, bagaimana dengan Kakak Iparnya?
Ara mengambil ponsel, dan segera mencari kontak Kak Shelly.
Kak, Ara minta kita ketemuan yaa..
Please.
Important!

KAMU SEDANG MEMBACA
Alur Kehidupan [REVISI]
Fiksi RemajaJalan cerita kehidupan yang berliku Takdir kehidupan seseorang tak pernah bisa ditentukan oleh seseorang itu sendiri. Pasti ada yang berkuasa diatasnya. Dan Alur kehidupanku sudah ditentukan oleh Sang Maha Pencipta, aku hanya dapat menjalaninya dan...