Bab 46

324 30 2
                                    

'Aku ingin membuat kenangan baru ditempat yang sama, namun dengan orang yang berbeda.'

**********

Pagi hari dengan semangat baru Ara berangkat ke sekolah, kali ini Ia akan kembali diantar jemput oleh Alif. Kabarnya sekarang keadaan Fani sudah sangat membaik. Maka dari itu, Alif memutuskan untuk mengantar Ara. Setidaknya Ara merasa lega dengan Alif mengantarnya ke sekolah, Angga tidak mungkin mengantarnya dan Ara tak akan mengulangi kesalahan yang sama.

Mentari pagi telah bangkit menyinari tiap penjuru kota. Memberikan kecerahan sebagai penyemangat baru bagi sebagian orang yang menikmatinya.

Ara menghampiri Alif dan menepuk bahunya keras. "Kemana aja sih lo?" Alif menoleh dan menatap Ara dengan santai. "Gue kan ngurusin Fani, tapi untungnya sekarang Fani udah mendingan. Bahkan besok udah boleh pulang, jadi sekarang giliran orang tuanya yang nungguin." jelas Alif, selama Ia dapat menerima Fani kembali ke dalam hidupnya. Rasanya hari-harinya kembali berwarna. Ia dapat kembali bangkit untuk melanjutkan kehidupannya. Ternyata sosok Fani begitu berarti bagi kehidupan Alif. Cinta yang terlalu dalam membuat seseorang sulit membuka hatinya untuk orang lain.

"Emangnya Fani gak jadi operasi pencakokan ginjal?" tanya Ara dengan sedikit hati-hati. Karna takutnya apa yang Ia ucapkan dapat membuat Alif sedikit terpuruk.

Alif menghela nafas kasar, mencoba santai dalam menanggapi permasalahan penyakit Fani. "Belum ada donor untuk Fani, tapi untung aja keadaannya semakin membaik." Ara tersenyum mendengar perkataan Alif. Jika keadaan Fani membaik, setidaknya ada harapan untuk kesembuhannya.

Alif menundukkan wajahnya dan sekarang Ia terlihat murung. "Tapi gue takut kalo suatu saat nanti Fani harus dioperasi." keluh Alif. Rasa khawatirnya masih menumpuk. Tak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Bila saja Fani sembuh total dan bisa saja Fani kembali terbaring lemah dan Ia akan menjalani operasi.

Ara mendekati Alif. "Yaudah lo sabar aja, lo jangan sampai terlihat rapuh dihadapan Fani. Seharusnya lo kasih suport buat dia," jawab Ara memberikan dukungan untuk Alif. Jika Alif mau menerima Fani kembali, tandanya Ia harus mau menjalani kehidupan yang suka maupun duka dengan Fani. Alif mengangguk mengiyakan perkataan Ara. Bagaimanapun juga perkataannya benar, Alif menjadi penyemangat Fani saat ini.

"Lagian gue mau kasih waktu khusus buat Lo. Sekarang kan hari terakhir lo nginep dirumah Kak Shelly, terus lo bakalan pulang. Nah gue bakal anterin lo pulang ke rumah lo okey?" jelas Alif.

Ara mengangguk, Ia mendekatkan tubuhnya kepada Alif. Ia membisikkan sesuatu ditelinga Alif. "Tumben lo baik," ketus Ara lalu terkekeh dan segera naik ke motornya. Alif mendengus kesal. Ia merasa serba salah dengan sikapnya.

"Terus lo maunya gimana? Gue baik salah. gue nyebelin juga salah. Kan pusing pala barbie." protes Alif dengan sedikit candaan. Ara memukul pundak Alif keras. "Udah siang," cetus Ara.

"Siappp,"

Suasana sekolah sangat ramai, banyak siswa dan siswi yang berkeliaran diluar kelas, terutama dikoridor dan lapangan. Hari ini OSIS sedang sibuk untuk mempersiapkan Pertandingan Bola Basket pada Hari Senin. SMA Taruna Bangsa tentu saja akan dikunjungi oleh sponsor sekolah lain yang akan mendukung anggotanya. Dan Siswa Siswi serta Para Guru juga berusaha untuk membawa nama baik sekolah dan tidak memalukan.

Hari ini hari sabtu semua siswa diwajibkan masuk sekolah hanya untuk membersihkan Ruangan Kelasnya dan memberikan semangat untuk Para Anggota yang akan bertanding Hari Senin nanti.

Setelah Ara bekerja sama dengan teman-temannya untuk membersihkan kelasnya. Ia memutuskan untuk duduk dihadapan kelasnya. Egi menghampiri Ara yang sedang duduk sendiri menatap beberapa orang yang sedang Latihan Basket.

"Ehem," deheman Egi seketika membuat Ara menolehnya.

"Kak Egi ada disini?"

"Iya dong, Gue disini mau nemenin Tuan Putri yang lagi kesepian." Gombalan Egi berhasil membuat Ara tersenyum.

"Masih pagi ini, gak usah ngegombal." ketus Ara. Egi mendekatkan tubuhnya agar duduk berdampingan dengan Ara.

"Emang ngegombal ada waktu batasannya ya?" tanya Egi tersenyum gemas menatap wajah Ara. Tatapan Egi penuh arti dan berhasil membuat orang yang ditatapnya salah tingkah. Saat ini rasanya jantung Ara berdegup kencang. Tiba-tiba Cindy muncul dari dalam kelas. Saat Ini Ia berada dihadapan pintu kelasnya seraya menatap sepasang kekasih yang masih saja beradu pandang.

"Ngegombal itu gak ada batasannya. Tapi non stop 24 jam," cetus Cindy dengan tiba-tiba.

"Emang mini market." balas Egi menyindir ucapan Cindy. Ara tertawa melihat Cindy,  jujur saja Ia merasa malu.

"Jangan pacaran mulu, yang jomblo sirik nih." tukas Cindy tidak secara langsung Ia mengungkapkan perasaannya. Egi bangkit dari duduknya lalu merangkul Ara. "Gak apa-apa biar yang jomblo makin sirik." balas Egi kembali menyindir Cindy. Dan mereka pergi berlalu meninggalkan Cindy sendirian.

"Awas aja tahu tahu gue udah punya pacar dan langgeng sama pacar gue," gerutu Cindy dalam batinnya. Roda pasti berputar dan tak lama lagi pasti Ia akan merasakan bagaimana rasanya dicintai oleh seorang lelaki yang begitu tulus kepadanya. Kebahagiaan akan segera berpihak padanya.

*********

Hari sudah mulai sore. Bahkan cuaca sore ini sudah sangat tidak mendukung. Hujan terus menerus mengguyur lapangan, hujan sama sekali tak kunjung reda setelah beberapa jam. Namun tak pernah mengugurkan rasa cinta Rina kepada seseorang yang begitu berarti untuknya. Rina rela menemani Angga hingga berjam-jam. Bahkan saat ini waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore.

"Rin ayo kita pulang," ajak Angga pada Rina yang sedang duduk didepan koridor kelas dekat lapangan. Seragam Rina sudah basah kuyup karna terkena air hujan. Badan Rina juga sudah menggigil.

"Rin?" Angga panik melihat keadaan Rina. Ia memegang badan Rina yang dingin. 

"Lo gak apa-apa kan?" tanya Angga semakin panik. Ia segera mengambil jaket yang ada didalam tasnya. Walaupun jaket itu sedikit basah, tapi setidaknya jaket itu dapat memberikan sedikit kehangatan bagi Rina. Setelah memakaikan jaketnya ke tubuh Rina. Angga langsung meraih tubuh Rina dan menggendongnya untuk menuju keluar gerbang. Motornya memang berada diparkiran, tapi saat ini yang harus Ia lakukan adalah mengantarkan Rina ke rumahnya dengan aman dan tidak membuat keadaannya semakin parah.

Angga segera menaiki taksi. Sebelumnya Ia meminta tolong temannya untuk membawa motornya ke rumahnya. Yang terpenting sekarang adalah Rina. Rina sudah tak berdaya, sekujur tubuhnya dingin sedangkan keningnya panas. Matanyapun sudah merah, dan suaranya juga parau. Tiba-tiba Angga terlintas dengan kejadian beberapa minggu yang lalu, ketika Ara sama seperti Rina dan Ia yang ada disampingnya. Angga menggelengkan kepalanya. Ia menyesal mengapa dipikirannya harus terlintas kenangannya dengan Ara. Yang harus Ia pikirkan sekarang hanya kondisi Rina.

Rina terbaring dipaha Angga. Badannya sudah terkulai lemas, bahkan saat ini matanya sudah tertutup. Keadaannya yang seperti ini membuat Angga semakin khawatir. "Gue bodoh banget sih," gerutu Angga kesal. Ia menyesali kesalahannya yang benar-benar tak memperdulikan keadaan Rina. Tapi sedari tadi Ia sudah menyuruh Rina pulang, Namun Rina tetap bersikukuh untuk menunggunya. Angga menatap wajah Rina dengan begitu sangat tulus.

"Maafin gue Rin."

----------------------

Alur kehidupan


Gimana rame gak? Baper yaa baper😂

Mau tau kelanjutannya?
Comment dulu dong! Kalo gak comment gak akan dilanjut wkwk

Author mau tahu siapa aja yang selalu nungguin kelanjutan Alur kehidupan.
Yuk comment⬇

Follow dulu instagram author
➡@saskyaptr
Dan instagram quotes by author
➡@_sebuahrasaaa

See you in the next chapter❤

Semoga suka ceritanya
Jangan lupa tinggalkan jejak yahh.
Vote⭐ and comment💬. Pasti bakalan di vomment back kok.
Terimakasih🙏❤

Salamsayang
Saskyaputri♥

Alur Kehidupan [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang