'Gue tau, kesalahan terbesar gue adalah mencintai lo!'
*********
Ara terdiam sejenak, kejadian tersebut benar benar membuat dirinya syok. Ia benci pertengkaran, perceraian dan sentakan-sentakan. Sejujurnya Ia memang pernah bertemu dengan kedua anak perempuan Ayah Tirinya, Namun Ia tak pernah bertemu dengan Tante Leni sebelumnya. Sebenarnya siapa yang dimaksud Tante Leni, Siapa yang saat ini sedang sakit? Apakah Kak Mira? Atau Caca? Otak Ara kembali berputar, Ia juga masih tidak merasa damai dengan kemarahan luar biasa Tante Leni tadi.
Jarum jam dinding yang mengeluarkan bunyi tiap detik dan menitnya telah menunjukkan pukul 8 malam, riuh angin dingin menyelinap masuk melalui celah-celah kecil. Egi yang sedari tadi sudah menemani dan menenangkan Ara kini sudah pulang. Ara kini menyendiri duduk dan terdiam di Ruang Keluarga yang tertata rapi dengan sofa merah yang panjang. Yang dilakukan Ara saat ini hanya menunggu kedatangan kedua orang tuanya. Ia ingin segera membicarakan apa yang terjadi tadi.
Pintu terbuka, terdapat dua sosok yang datang. Mama dan Ayahnya. Mereka duduk dan menghampiri Ara, mereka menatap Ara dengan penuh keheranan, apa yang baru saja terjadi dengan putrinya? Air minum telah disiapkan Ara di meja.
"Ayah, tadi ada seseorang yang datang marah-marah kesini." ujar Ara membuka pembicaraan ditengah lelah kedua orang tuanya.
"Ara, bicaranya nanti lagi yah, kita capek. Tolong kamu ngertiin dong." cegah Mama Arin, saat ini dia sedang lelah.
"Yaudahh Ayah ke kamar dulu yah." pamit Ayah Beni dengan Mama Arin untuk segera ke kamar, mengistirahatkan diri sejenak, kegiatan seharian sudah sangat melelahkan mereka.
"Tadi Tante Leni kesini marah-marah." teriak Ara bangkit dari duduknya.
Seketika langkah Mama dan Ayahnya terhenti, merasa tak terpikir dengan apa yang baru saja anaknya katakan.
Mereka berbalik arah dan kembali mendekati Ara, Mama Arin memeluk tubuh anaknya yang kini telah bergetar. Telapak tangan Ara menutupi wajahnya. Sungguh Ia sangat terlihat merasa ketakutan.
"Apa yang dilakukan Tante Leni?" ucap Ayah Beni merasa khawatir.
Ara menceritakan semuanya sesuai dengan kenyataan yang Ia alami tadi. Ayahnya tak percaya mantan istrinya akan berlaku seperti itu. Padahal dipikirnya mantan istrinya bisa bertemu langsung dengan dirinya tanpa melibatkan Ara dalam masalah mereka.
"Ayah, tolong selesaikan masalah Ayah, Ara capek hidup Ara terus menerus banyak masalah dan gak pernah menemukan ujungnya." keluh Ara disertai isakan kecil, Ia lelah dengan semuanya. Jika ini hanyalah sebuah skenario film, Ia hanya ingin menyerah dan melambaikan kedua tangannya pada Kamera.
Ara pergi ke kamarnya, langkah demi langkah Ia lewati untuk menaiki anak tangga.
Mama Arin merasa tak enak dan tak menerima dengan perlakuan mantan istri suaminya pada anaknya.
"Ayah, Mama kan udah pernah bilang, Caca dan Mira itu adalah anak Ayah dan gak ada yang namanya mantan Anak. Jangan hanya sayangi Ara sepenuhnya, karna kedua anak Ayah juga masih membutuhkan Ayah. Mama gak terima yah Ara jadi korbannya. Pokoknya Ayah harus selesaikan dan temui mereka. Jangan sampai masalah ini berkepanjangan." ujar Mama Arin, emosinya sudah tak tertahankan. Ia segera menuju kamar dan meninggalkan Ayah Beni yang masih terdiam di Ruang Keluarga.
**********
Pagi telah menyambut, sinar mentari yang akan naik sedikit demi sedikit memberikan cahaya ke setiap penjuru. Ara yang saat ini sedang sarapan dimeja makan dengan beberapa Roti yang sudah dioleskan selai dan tak lupa juga susu putih kesukaannya untuk pelengkapnya. Dari sejak tadi malam, keluarga kecil itu tak berbincang dan saling interaksi. Bahkan saat ini pun mereka duduk di Ruang makan bersama, Namun bibir mereka sama-sama masih terbungkam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alur Kehidupan [REVISI]
Teen FictionJalan cerita kehidupan yang berliku Takdir kehidupan seseorang tak pernah bisa ditentukan oleh seseorang itu sendiri. Pasti ada yang berkuasa diatasnya. Dan Alur kehidupanku sudah ditentukan oleh Sang Maha Pencipta, aku hanya dapat menjalaninya dan...