Bab 59

204 28 1
                                    

Jam menunjukkan pukul 02.00 dini hari. Alif sudah tertidur dengan pulas. Suasana begitu hening, Namun keheningan itu perlahan memudar.

"Ayahhhhhhh." suara jeritan Ara terdengar ke kamar Alif, seketika membuat Alif tersontak kaget. Dan segera berlari untuk menghampiri dan melihat kondisi Ara. Keadaan Ara saat ini sangat tidak stabil, kejadian kemarin benar-benar membuatnya terpukul.

Alif bergegas dan berlari dengan cepat dan membuka pintu kamar Ara dengan keras. Apa yang dilihat Alif saat ini seketika membuatnya khawatir.

Ara menunduk, kedua tangannya memegang kepalanya. Badannya bergetar karna Ia menangis. Keringat dingin bercucuran disekitar pelipisnya.

Alif mendekati dan menghampiri Ara, Ia memeluk sepupunya. "Ra lo baik-baik aja kan?" Ara dengan spontan langsung memeluk Alif. Ia masih menangis.

Pelukan hangat itu bertahan selama beberapa menit, Alif menunggu Ara agar keadaannya menjadi lebih tenang.

Ara sudah tenang sekarang, perlahan badannya sudah tidak kembali bergetar, air matanya pun kini sudah berhenti untuk mengalir.

"Sekarang lo cerita, apa yang terjadi?" tanya Alif, mereka saling berhadapan. Sangat terlihat perhatian Alif yang begitu luar biasa pada Ara. Dibalik menyebalkannya Ia, Ia sangat menyayangi dan peduli pada Ara.

"Gue, gue mimpi buruk tentang ayah. Di mimpi gue ayah gak selamat Lif. Gue takut kalo itu jadi kenyataan. Pokonya sekaramg gue ingin ke Rumah Sakit, Gue ingin ketemu Ayah."

"Lo itu cuma mimpi, mimpi itu cuma bunga tidur. Dan kadang mimpi itu jauh dari kenyataan Ra. Udah sekarang lo tidur! Gue gak mau lo sakit. Lagian ini itu tengah malem, jalanan juga udah sepi."

Sudah sangat berat beban yang Ara hadapi sepanjang perjalanan hidupnya. Mungkin tak ada salahnya jika Ia ingin mencoba untuk melupakan semuanya, menghilangkan pikiran-pikiran negatif yang ada diotaknya. Ara membaringkan badannya, dan Alif menyelimuti tubuh Ara.

Malam kini berlalu, berlalu dengan begitu sangat cepat melenyapkan semua orang kedalam mimpinya.

*********

Ara yang berbalut seragam putih abu, dan sweater hitam yang dikenakannya sudah siap untuk berangkat sekolah. Pagi ini tidak seperti biasanya, Alif yang bangun lebih awal, Ia yang menyiapkan sarapan untuk Ara. Sedangkan Ara Ia bangun lebih akhir, badannya sangat lemas untuk melakukan semua aktifitasnya dihari ini. Bahkan untuk sarapan rasanya perutnya malas untuk menerima.

"Lo sarapan dulu, nih makanan spesial buatan gue. Jarang-jarang gue masak, apalagi buat lo!" cetus Alif, sifat menyebalkannya kkembali kambuh, seakan mudah berubah-ubah. Kadang sangat menyebalkan dan kadang pula sangat peduli dan perhatian.

"Gue gak mau!" tolak Ara dengan sinis.

"Lo nurut ke gue sekali ini aja." pinta Alif.

Ara menggeleng pelan, matanya sayu dan bengkak karna terus menerus menangis, suaranyapun sedikit serak. Ara menatap Alif dengan gusar, sedangkan Alif menatap Ara dengan tajam dan dengan seketika membuat orang yang ditatapnya menunduk dan merasa takut. Bagaimanapun sikap Alif yang sebenarnya sangat menakutkan.

"Gue makan," Ara mengambil roti yang sudah diolesi selai dihadapannya, lalu Ia meminum susu yang sudah Alif siapkan.

"Tumben banget rajin," cibir Ara.

"Bukannya bilang makasih," ketus Alif.

"Makasih," ucap Ara dengan malas dan tersenyum kaku.

"Sama-sama." balas Alif dengan manis.

Alur Kehidupan [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang