Papa." Ara memeluk Papanya dengan erat. Papa Roni membalas pelukan Ara. Tubuhnya bergetar karna menangis. Berapapun usianya, ketika harus kehilangan sosok seorang Ibu untuk selamanya sudah pasti itu adalah hal yang sangat memilukan.
Papa diam seribu bahasa, tubuhnya masih memeluk gadis kecilnya. Kesedihannya begitu sangat mendalam.
"Papa yang kuat ya, Ara sayang Papa."Semua berduka kehilangan sosok Oma yang terbaik bagi anak dan cucu-cucunya. Tangisan mengiringi kepergian Sang Oma. Hari semakin sore, jenazah harus segera dikuburkan. Semua keluarga sudah bersiap menuju pemakaman.
Jenazah Oma sudah tertutup dengan tanah, tak ada lagi waktu untuk melihat wajahnya. Semua keluarga satu persatu menaburkan bunga dipemakaman Oma. Ara berdiri mematung dibelakang Papanya, Iapun sangat merasa terpukul dan begitu bersedih. Disampingnya, Farid mengelus rambut Ara dan menenangkannya.
Tangisan kehilangan terus menyertai, semua keluarga sudah beranjak dari pemakaman. Tak ada lagi yang harus dilakukan selain mendo'akan yang terbaik bagi Oma. Mama Arin pamit pada semua Keluarga dan kepada Papa Roni. "Pa, Mama pamit pulang dengan Ara dan Farid."
"Terimakasih Ma," ucap Papa Roni dengan suaranya yang serak dan matanya yang merah.
"Papa yang sabar."
Ara menghampiri Papanya dan memeluknya. "Ara nginep disini ya Pa."
"Nggak sayang, kamu pulang ya. Besok kamu harus sekolah."
"Tapi Pa,"
"Farid, antar Ara pulang ya. Terimakasih sudah selalu ada disamping Ara." Papa mengalihkan pembicaraannya dengan Ara dan langsung meminta Farid untuk mengantarkan Ara pulang.
"Siap Pa." balas Farid.
"Kak, Ara pulang duluan ya." pamit Ara pada Kak Shelly dan Kak Zaky. "Hati-hati!"
**********
Akhirnya Ara sudah sampai dirumah. Mama Arin segera masuk ke dalam dan meninggalkan Ara dengan Farid yang masih berada didepan rumah.
"Makasih ya." ucap Ara pelan dengan hati yang masih terasa sedih.
"Sama-sama."
"Don't cry!" Farid mengusap air mata di pipi Ara dan menatap gadis yang ada dihadapannya itu dengan tatapan yang menenangkan. Ara mengangguk pelan dan menatap Farid begitu dalam. Farid hadir diwaktu yang begitu tepat, saat Ara rapuh, terpuruk dan membutuhkan sosok penguat bagi dirinya. Farid hadir dan menjadi sosok yang begitu Ara butuhkan kehadirannya.
"Ada Farid disini." Farid meraih tangan Ara dan mengusap punggung tangan Ara dengan sentuhan yang lembut. Dia mencoba meyakinkan gadis yang ada dihadapannya bahwa semuanya akan baik-baik saja dan perlahan akan mereka lalui dengan penuh kebahagiaan.
"Farid pamit pulang ya. Semuanya bakalan baik-baik aja kok." ucap Farid meyakinkan.
Farid memasuki mobilnya dan meninggalkan Ara yang masih berdiri mematung menatap mobil Farid yang semakin menjauh dari pekarangan rumahnya.
Hari ini sekaligus Ara kehilangan orang yang begitu berarti baginya. Oma dan Egi. Dua orang itu harus Ia ikhlaskan meskipun rasanya berat. Ara hanya berharap Oma diberikan tempat terbaik disisi Sang Ilahi. Dan harapan Ara pada Egi, meskipun hubungan mereka harus kandas. Namun mereka akan selalu mendoakan agar sama-sama bahagia meskipun tidak bersatu. Dan Ara selalu mendoakan kebahagiaan Egi. Dia hanya berharap hatinya diberi keikhlasan dan kelapangan dada untuk menerima semuanya. Karna kebahagiaan sudah menanti kedatangan mereka, Ara maupun Egi.
Hari penuh duka dilalui dengan penuh air mata kesedihan. Harapan dalam benak yang paling dalam, adalah hari esok yang lebih baik lagi tanpa duka dan air mata. Semoga semua kisah sendu berlalu, semua air mata terganti dengan bahagia dan semoga isak tangis berubah menjadi gelak tawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alur Kehidupan [REVISI]
Fiksi RemajaJalan cerita kehidupan yang berliku Takdir kehidupan seseorang tak pernah bisa ditentukan oleh seseorang itu sendiri. Pasti ada yang berkuasa diatasnya. Dan Alur kehidupanku sudah ditentukan oleh Sang Maha Pencipta, aku hanya dapat menjalaninya dan...