Bab 41

329 29 2
                                    

'Yang terbaik ada kalanya akan datang membawa kebahagiaan'

*********

Angga pulang sekolah bersama dengan Rina. Tanpa Ia ketahui bahwa saat pulang sekolah Ara akan menemui Angga dan meminta untuk mengantarnya pulang. Jika Angga mengetahui, mungkin saja Ia lebih memilih Ara.

Angga berniat untuk mengajak Rina ke Cafe atau bahkan Taman. Namun mau bagaimana lagi? Rina menolak. Ia hanya ingin dibawa pulang ke rumahnya. Memang sulit memahami mood seorang wanita.

Wajah Rina tak ada keceriaan sedikitpun.
Angga membukakan pintu dan mempersilahkan Rina duduk. Rumah Rina sudah tidak asing lagi bagi Angga. Mereka sering mengerjakan tugas dirumah ini, bersama Ara dan Cindy. Rumah yang besar namun sayangnya selalu terlihat sepi. Hanya ada asisten rumah tangga dan satpam dirumahnya.

Angga beranjak bangkit dari duduknya disamping Rina, "Wait for a minute!" ucapnya lalu pergi ke dapur dan membawakan Rina segelas air putih, setidaknya untuk memberi kedinginan ditenggorokannya.

"Nih minum dulu!" suruh Angga lalu memberikan minuman yang ada ditangannya kepada Rina. Rina menurut lalu meminumnya, kemudian menaruh gelas diatas meja. Angga memegang tangan Rina dan mencoba menatapnya dengan lembut.

"Tolong kasih gue kesempatan Rin," pinta Angga memohon.

"Kesempatan apa?" sahut Rina seraya menatap Angga nanar.

"Kesempatan untuk mencintai Lo!" Rina terdiam mendengar perkataan Angga. Ia tak pernah tahu apa Angga bersungguh-sungguh dengan ucapannya atau tidak. Ia hanya takut ucapannya sekarang tak berlaku untuk hari esok.

"Lo gak perlu memaksakan diri lo untuk mencintai gue. Karna cukup ngeliat lo bahagia aja itu udah cukup untuk gue. Dan lo harus tahu tanpa lo mencintai gue, Gue bakal tetap minta maaf ke Ara dan memperbaiki hubungan kita berdua." ucap Rina seketika membuat Angga takjub. Sebesar ini cinta Rina kepadanya? Dan pengorbanan Rina kepadanya sama besarnya seperti pengorbanan Angga kepada Ara.

"Kalo dengan mencintai lo gue bisa bahagia dan bisa ngebuat gue menghapuskan rasa cinta gue ke Ara. Gue mau." balas Angga. Saat ini mereka sedang bicara mengenai hati ke hati.

Ditengah keheningan, siang menjelang sore yang jauh dari suara bising apapun.

"Gue cuma gak mau kalo lo berhasil lupain Ara, lo malah ninggalin gue!" jawab Rina dengan polosnya, ketakutan untuk disakiti adalah hal yang wajar. Bagaimanapun juga Angga adalah cinta pertamanya. Orang yang Ia cintai setelah ayahnya.

"Gue gak sejahat itu kali!" ketus Angga, merasa gemas dengan jawaban Rina yang polos.

"Okey gini aja, biar lo percaya sama gue. Gimana kalo lo jadi pacar gue?" lanjut Angga dengan santai. Ia yakin Ia tak akan salah mengambil keputusan. Rina juga berhak untuk dicintai.

"Mau gak? Kalo gak mau yaudah gak akan maksa." tanya Angga ringan.

Rina masih terdiam. Sejujurnya, Ia sangat ingin menjawab "iya" karna ini adalah hal yang Ia tunggu-tunggu dan sangat Ia inginkan. Tapi Ia takut, jika dengan memiliki Angga hatinya akan semakin terluka lebih dalam lagi.

"Gini deh, kalo lo nerima gue lo minum lagi air putih ini. Dan kalo lo nolak gue siram air putih ini ke gue dan gak apa-apa kita tetep sahabat." ucap Angga memberikan pilihan pada Rina. Bagaimana mungkin Rina dapat menyiram dengan keras wajah seseorang yang Ia cintai. Pilihan yang benar-benar sulit.

Rina terkekeh pelan, untuk menghilangkan perasaan baper dan salah tingkahnya.

"Ayo dong!" paksa Angga menggoyang-goyangkan tubuh Rina pelan.

Alur Kehidupan [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang