Ra?
Egi memeluk Ara dengan erat, kerinduannya pada kekasihnya sudah sangat dalam. Ara berbalik memeluk Egi, sungguh sebenarnya Ara juga sangatlah merindukan sosok Egi.
Kini pelukan mereka terlepas. Egi menarik nafas pelan, ada sesuatu yang ingin Ia bicarakan namun terasa sangat sulit untuk diungkapkan. "Maafkan Egi, mungkin hubungan kita cukup sampai disini. Egi gak bisa lanjutin hubungan kita. Mungkin dengan Egi pergi, kamu akan lebih bahagia Ra. Kamu adalah wanita yang berharga dan wanita terbaik yang pernah Egi kenal. Kamu harus bisa melewati hari-hari tanpa Egi." perkataan Egi membuat Ara terkejut dan meneteskan air mata.
"Kak Egi, kenapa?" Ara hanya bisa mengeluarkan kalimat itu dari mulutnya. Rasanya sulit untuk berbicara apapun yang ada dalam hatinya, namun hanya bisa air mata yang mengungkapkan semuanya. Egi memegang pipi Ara dan menghapus air matanya.
"Ini adalah jalan terbaik Ra, Egi gak mau ngebuat luka dihati kamu semakin dalam karna Egi adalah anak dari penghancur keluarga kamu. Besok pagi Egi berangkat ke Depok untuk kuliah, dan Egi juga akan tinggal disana. Mungkin ini adalah pertemuan kita yang terakhir. Dan ini jalan yang terbaik Ra, Egi gak mau kedepannya akan semakin melukai kamu."
"Ara kira Kak Egi mau berjuang dan memperbaiki semuanya. Ara udah terima semua Kak, Ara ingin kita perbaiki hubungan kita. Ara udah ikhlas dengan semua perlakuan Tante Vera, semua itu udah berlalu. Ara memilih bertahan karna Ara mencintai Kak Egi."
"Egipun mencintai kamu."
"Terus?"
"Tapi tetep gak bisa Ra. Keputusan Egi udah bulat. Suatu hari kamu bakalan nemuin lelaki yang gak akan pernah buat kamu kembali patah."
"Kak Egi tega," Ara menundukkan kepalanya dan semakin menangis. Rasanya semuanya begitu sangat mengejutkan, setelah beberapa lama Egi menghilang tanpa kabar, dan saat pada waktunya Ia datang tapi dengan tujuan untuk pergi kembali dan bahkan untuk selamanya. Egi beranjak dari duduknya, dan mengambil sesuatu yang Ia simpan dimotornya.
Egi memberikan setangkai bunga mawar merah dan boneka beruang pink yang Ia sudah sediakan untuk Ara dihari ulang tahunnya. "Kamu terima ya, ini kenang-kenangan dari Egi. Happy birthday sayang!" ucap Egi dengan sedikit berat, perasaan Egipun tak bisa dibohongi. Ia sangat berat mengatakan semuanya dan rasanya masih begitu dalam perasaannya pada Ara. Egi adalah orang terakhir yang memberikan ucapan selamat ulang tahun pada Ara, meskipun hati kecil Ara berharap Egi yang menjadi orang pertama bukan terakhir.
Tapi mau bagaimana lagi, jika hubungan mereka terus berlanjut ke depannya bahkan jika berlanjut ke jenjang serius, Ara maupun keluarganya pasti akan selalu mengingat dan mengungkit kesalahan Tante Vera. Dan tidak akan pernah mungkin semudah itu melupakannya. Dan Egi mengambil langkah yang berat untuk memutuskan hubungannya dengan Ara hanya karna Ia tidak mau membuat Mamanya semakin menderita dan menyesal berkepanjangan akan semua kesalahannya dimasa lalu, dan bukan berarti karna dia tidak mau mempertahankan hubungannya dengan Ara. Tapi keputusannya adalah jalan terbaik, dengan jarak yang memisahkan sudah tentu perlahan akan mengobati luka Ara dan penyesalan Mamanya. Dan saatnya Egi fokus pada masa depannya. Karna kelak cinta pasti akan menemukan jalan akhir yang akan dia tempuh.
Tangan Ara menerima pemberian Egi. Ara merasa wanita yang sangat rapuh dihadapan Egi saat ini. Tanpa kendali satu tamparan mendarat bebas di pipi Egi, tamparan Ara karna hatinya yang telah disakiti. "Kak Egi jahat." sentak Ara dengan isakan tangisnya. Suara Ara terdengar hingga dalam rumah. Sebagian orang yang berada didalam segera keluar dan melihat kejadian yang terjadi antara Egi dan Ara.
"Tampar Egi terus Ra sampai hati kamu lega." jawab Egi menyerahkan dirinya pada Ara. Karna Iapun merasa semua ini sangat menyulitkan. Dia menyesal dan bahkan tidak mau menyakiti hati wanita yang dicintainya.
Farid tiba-tiba datang dan mendorong Egi dengan keras. "Bajingan!" Egi tersungkur dan terjatuh. Dia kemudian kembali bangkit namun tanpa memberikan perlawanan pada Farid sedikitpun.
"Kalo lo datang kesini cuma untuk nyakitin Ara mendingan lo gak usah datang sekalian!" bentak Farid, semuanya terkejut dengan perlakuan Farid pada Egi. Semua orang tau bagaimana keseharian Farid, dia jarang emosi dan berkata kasar seperti itu. Farid pria cool dan santai ternyata bisa bersikap kasar juga.
"Gue," ucapan Egi terpotong.
"Mending lo pergi dari sini!" usir Farid.
"Gue masih mau bicara sama Ara."
"Kak Egi tolong pergi dari sini." lirih Ara pelan memohon agar Egi segera pergi dari hadapannya. Semuanya terasa sangat menyedihkan. Ara sudah tidak sanggup jika harus semakin tersakiti dengan semua perkataan Egi.
Egi kemudian pergi tanpa mengatakan apapun lagi. Ia mengendarai motornya dengan kecepatan sangat tinggi. Hati Egipun saat ini sangat berkecamuk dan bahkan merasa melakukan kesalahan besar dalam hidupnya. Sedangkan Ara, dia masih dalam keadaan berdiri sembari menunduk menitikan air mata dan masih tidak percaya dengan semua yang baru saja terjadi. Farid mendekap Ara, Ia mengusap rambut kepala Ara dan mencoba menenangkannya. Arapun hanyut dalam pelukan Farid, air matanya tumpah di dada lelaki itu.
Suasana menjadi sendu setelah semua kebahagiaan dirasakan kini kesedihan yang menyelimuti. Semuanya mencoba menenangkan Ara dan menghiburnya. Perlahan Ara mencoba tersenyum meskipun masih terasa perih dilubuk hatinya. Tapi jika dia harus terus bersedih di acara ini rasanya tidak mungkin, Ia juga harus membawa kebahagiaan kepada orang-orang yang peduli dan sangat menyayangi nya.
"Makasih semuanya udah datang. Maaf kalo acaranya gak berjalan sempurna."
Kini satu per satu memberikan kado spesial dan ucapan secara langsung pada Ara dan kemudian pamit untuk pulang. Acara kini sudah selesai, karna jarum jam pun sudah menunjukkan pukul 22.00
"Sayang, Papa dan Bunda pulang dulu ya." pamit Bunda Dila, kembali mencium kening Ara dan begitupun Papanya.
"Patah hati bukanlah akhir dari segalanya. Kamu harus bangkit! Perjalanan hidup kamu masih panjang!!" Bunda mencoba menyemangati Ara dengan kata-katanya.
"Makasih Bunda, Papa."
"Sama-sama sayang " sahut mereka bersamaaan.
Kemudian Rina dan Angga mendekati Ara dan memeluknya. "Lo harus kuat Ra, lo itu wanita tangguh. Gue percaya itu." ucap Angga mencoba menyemangati Ara.
"Iya Ra, kamu tenang aja ada kita yang akan selalu ada untuk kamu." Rina menggenggam tangan Ara dengan erat. Ia meyakinkan sahabatnya bahwa meskipun tak ada kekasih tetapi masih ada sahabat yang dapat melakukan segala hal melebihi dari seorang kekasih.
"Makasih ya Rin, Ga. Gue sayang kalian."
Setelah Bunda Dila, Papa Roni, Rina dan Angga pamit dan pulang. Alif mengambil bunga mawar yang ada digenggaman Ara. "Mending buang aja bunganya." Alif melempar Bunga mawar itu keluar.
"Alif." lirih Ara pelan.
"Bunga itu bisa busuk dan layu Ra gak akan lama, kaya hubungan lo sama Egi."
"Alif," gerutu wanita disamping Alif, dia adalah Fani. Fani juga ikut menghadiri acara Ara karna diapun teman Ara sekaligus pacar Alif. Sebenarnya yang mengadakan acara ini bukanlah Ara, melainkan Mama Arin dan Kak Shelly lah yang merancang semuanya. Dan mereka pula yang mengundang teman-teman Ara dan memohon bantuan mereka untuk sedikit dekorasi rumah dan membuatkan surprise sederhana.
Ara hanya diam tanpa melawan semua perlakuan Alif, Ia benar-benar malas untuk mencari masalah apalagi jika harus berdebat dengan sepupunya itu.
"Ra, gue pulang ya. Lo yang sabar. Semangat!!!" ucap Fani kemudian memeluk Ara. Dan pamit pada semuanya, begitupun dengan Alif. "Gak usah nangis, lebay!" bisik Alif ditelinga Ara. Ara menatap Alif gusar, sepupunya selalu saja membuatnya jengkel.
----------
A L U R K E H I D U P A N
•
See you in the next chapter💜
•
Penasaran sama endingnya kaya gimana?
Tunggu kelanjutannya ya!!!🤗❣
Dont forget vote and comment!!!Salam sayang
Saskyaputri❤

KAMU SEDANG MEMBACA
Alur Kehidupan [REVISI]
Novela JuvenilJalan cerita kehidupan yang berliku Takdir kehidupan seseorang tak pernah bisa ditentukan oleh seseorang itu sendiri. Pasti ada yang berkuasa diatasnya. Dan Alur kehidupanku sudah ditentukan oleh Sang Maha Pencipta, aku hanya dapat menjalaninya dan...