Bab 36

380 34 7
                                    

'Bismillah, semoga rasa ini tak akan pernah salah.'

**********

"Ra?" ulang Alif kembali menyentak Ara. Ara menghela nafas pelan, berfikir bagaimana caranya menghindar dari semua ini. Ara baru tersadar Ia memakai jam tangan dan perjalanan menuju sekolah itu memakan waktu yang lumayan cukup lama. Ara melirik jam tangan hitam yang melingkar dipergelangan tangannya dan memasang wajah terkejut.

"Lif plis, sekarang gue mau sekolah, kalo gue telat gimana? Lo emang mau tanggung jawab?" Alif pasrah, sulit untuk memaksa Ara dalam keadaan seperti ini. Lebih baik Ia tunda dulu sampai menunggu waktu yang tepat. Alif langsung kembali menaiki motornya, mengajak Ara untuk melanjutkan perjalanannya. Ara tersenyum lega "syukurlah" seraya mengelus dada dan bernafas lega.

Dikantin sekolah yang ramai oleh orang yang memesan makanan dan minuman. Mengisi perut yang kosong dan otak yang lelah karena pelajaran. Tak akan lama lagi semua siswa akan menghadapi Ujian Akhir Semester. Setelah ujian pasti akan naik kelas. Dan tak lama lagi Egi akan keluar dari sekolah ini, tentu saja Ia akan berpisah dengan Ara. Namun kita tak pernah tahu apa dengan berpisah sekolah hubungan Egi dan Ara akan berlanjut atau berakhir?

Ara dan Cindy sedang menikmati pesanan mereka tanpa Rina disana. Rina benar-benar sudah berubah. Sudah bukan Rina yang dulu lagi.

Seseorang menghampiri Ara dan Cindy, lalu duduk tepat disamping mereka. Ia adalah Fikri, teman Egi yang selama ini selalu memberikan informasi pada Ara.

"Ra, Si Egi itu kenapa sih?" tanya Fikri seraya wajahnya memandang Ara penuh tanda tanya.

"Kenapa apanya Kak?" tanya Ara balik, rasanya Ia mempunyai firasat aneh dengan pertanyaan Fikri. Lagian Ara juga belum tahu apa hari ini Egi masuk sekolah atau tidak. Rasanya semenjak kemarin tak ada sedikitpun kabar dari Egi untuknya.

"Ini anak ditanya malah balik nanya. Gini ya, hari ini Si Egi gak sekolah dan tanpa keterangan alias alfa. Kita udah telfon dia beberapa kali ponselnya gak aktif terus. Nah lo kan pacarnya, setidaknya lo tahu dong kemana pacar lo pergi." sindir Fikri diakhir kalimatnya. Fikri memang orang yang baik walau terkadang ceplas ceplos dalam perkataannya.

Pipi Ara memerah, jujur saja apa yang dibilang Fikri kan ada benarnya juga, bagaimanapun juga Ia adalah pacarnya, orang terdekat Egi selain keluarga dan sahabatnya. Dia berhak tahu dengan apa yang terjadi pada Egi.

"A..Ara gak tahu apa-apa." jawab Ara gugup, merasa malu untuk mengatakannya.

"Hati-hati deh, takutnya tuh Si Egi kecantol pelakor!" ledek Fikri tidak mengontrol ucapannya.

Ara terdiam, Ia tidak mau berfikiran negatif pada Egi.

"Lebih baik lo tanya deh ke Mamanya," usul Fikri.

"Ara gak tahu rumahnya Kak," polos Ara.

"Tar pulang sekolah gue kasih alamatnya ke lo!"

"Makasih kak," jawab Ara lemas dengan sedikit semyum yang nampak dipaksakan.

"Udahlah Ra, gak usah dimasukin ke hati omongannya Kak Fikri." Ara mengangguk pelan, mengiyakan apa yang dikatakan Cindy, walau bagaimanapun perasaan Ara saat ini sangat tidak enak. Pikirannya selalu negatif dan negatif, rasanya sulit sekali mengubah pikiran negatif itu menjadi positif.

Alur Kehidupan [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang