Bab 48

286 24 3
                                    

'Cinta itu akan datang dengan sendirinya.'

**********

Matahari sudah berada tepat diatas kepala, teriknya sudah membuat setiap orang yang berada dibawahnya berkeringat. Ara baru saja sampai dirumahnya bersama dengan Alif. Mama dan Ayahnya sedang tidak ada di rumah. Padahal ini hari libur, tapi mengapa mereka tak ada dirumah? Ara hanya mencoba berpikiran positif.

Alif dan Ara sama-sama merebahkan tubuhnya disofa. Rasanya mereka sangat lelah melewati perjalanan ditengah teriknya matahari.

"Bawa minum dong!" suruh Alif mendorong tubuh Ara. Rasanya Ia merasa tenggorokannya teramat sangat kering.

"Apaan nyuruh-nyuruh, ambil aja sendiri." protes Ara menepis tangan Alif yang kini ada dibahunya.

"Yaelah udah dijemput juga. Gak tau terimakasih amat." Alif mengambil remote tv dan menyalakan tv. Wajahnya terlihat sangat kesal. Keringat masih membekas dipelipisnya.

Ara berdiri dan berjalan menuju dapur untuk membawa minuman dingin yang dapat memberikan kesejukan dibalik rasa gerah dan haus.

Tak lama kemudian setelah Ara dan Alif menikmati makanan dan minuman dingin mereka, tiba-tiba Mama Arin dan Ayah Beni datang. "Assalamu'alaikum." salam mereka bersamaan ketika ada dihadapan pintu. "Wa'alaikumussalam." jawab Ara dan Alif. Ara berlari menghampiri Mamanya "Mama?" Ara memeluk Mamanya, begitupun Mamanya menyimpan belanjaannya dan balas memeluk Ara.

"Mama kangen banget sama kamu sayang," ucap Mamanya masih memeluk Ara dengan erat dan penuh kerinduan. Ayah Beni yang berdiri disamping Mamanya, mengusap pundak Ara lembut. Ia pun sama merindukan sosok Ara dirumah ini. Hanya Ara yang dapat membuat rumah yang sepi kini menjadi ramai, Dan Ara lah yang dapat membawa kebahagiaan dirumah mereka.

"Kamu jangan tinggalin rumah ini lagi," ucap Ayah Beni. Ara tersenyum dan mengangguk.

Setelah beberapa menit Alif nikmati untuk istirahat dari lelahnya perjalanan. Kini Ia sudah siap untuk pergi menjemput Fani di Rumah Sakit. Alif pamit kepada orang tua Ara. "Ra gue pamit," ucapnya kali ini pamit pada Ara.

"Okey, Thank you ya."

"Yoi," balas Alif santai "Do'ain gue," lanjutnya.

"Do'a apaa?" tanya Ara heran.

"Biar dapet restu dari camer," jawab Alif dengan santai dan percaya dirinya yang berlebihan.

"Ngarep," cetus Ara.

Mendengar jawaban Ara, Alif langsung mengendarai motornya dengan kecepatan yang lumayan tinggi. Ara yang kini memandang Alif dari kejauhan hanya menggelengkan kepalanya pelan.

Ara masuk ke dalam kamar, Ia menatap dinding disekitar kamarnya yang bercat pink, dihiasi foto dan tumbler lamp. Rasanya kamarnya terasa sunyi dan hampa setelah ditinggalkan beberapa saat oleh Ara. Kini Ara kembali lagi disini, ditempat yang membesarkan dia dan tempat yang membuat Ara semakin kuat dalam menghadapi carut marutnya kehidupan.

*********

Ara membaringkan tubuhnya diatas tempat tidur yang selalu menjadi tempat paling nyaman disepanjang hidupnya. Tempat tidur yang selalu menjadi tempat Ia mencurahkan semua keluh kesahnya, rasa sakit dan kebahagiaannya. Rasanya hari ini sangat melelahkan bagi Ara, cuaca yang sangat terik, perjalanan yang lumayan jauh, apalagi kemacetan dihari minggu sangat padat, dan akan menambah waktu perjalanan yang semakin lama.

Ara menatap fokus foto-foto yang Ia pajang di dinding kamarnya. Disana terdapat satu foto saat Ia sama sama merayakan ulang tahun Farid dirumahnya. Dimana Ara hanya seorang wanita diantara yang lainnya. Ia mendapat foto itu dari Angga, Angga sengaja meminta foto itu dari kamera Farid dan mencetaknya 2, untuknya dan Ara.

Alur Kehidupan [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang