Bab 54

242 22 1
                                    

'Kamu sudah membuatku menderita secara perlahan.'

**********

Alif dan Ara masih berada dalam perjalanan, sepanjang jalan suara isak tangis Ara masih terdengar ditelinga Alif.

"Berhenti dong nangis nya! Masa gue bawa pulang orang yang nangis, entar kena omel gue." protes Alif, apa yang Ia katakan memang ada benarnya juga. Jika Ia membawa pulang Ara dalam keadaan yang masih menangis bisa saja Ia yang dituduh Tante Arin yang melakukannya dan menyebabkan Ara seperti ini.

"Ya biarin, biar lo yang disangka penyebab gue nangis." ketus Ara dengan polosnya.

"Enak aja," cetus Alif.

"Gue boleh minta tolong gak?"
"Apa?"
"Lo bawa gue jalan-jalan dong. Gue ingin cari ketenangan biar hati gue gak terluka lagi."

"Anak alay ini namanya, sakit hati minta jalan jalan." Alif terus mengoceh, ucapannya tak habis-habis untuk meledek Ara.

"Yaudah turunin gue disini!" suruh Ara kesal.

Alif menghentikan motornya. Ara menghapus air matanya dan turun dari motor. Ia kira dengan permintaan terakhirnya Alif akan membujuk Ia dam meminta maaf, tapi perkiraannya salah. Malah sebaliknya, Alif seakan tidak mau membantu sedikitpun.

"Benar-benar menyebalkan." gerutu Ara kesal.

Bola mata Ara menatap Alif nanar, Ia memutar badannya dan pergi menjauh dari Alif. Namun tangan Alif menahannya, tangan Alif memegang pergelangan tangan Ara dengan cepat. "Apa?" ucap Ara dengan penuh kekesalan. Lelaki manapun memang tak bisa diandalkan. Namun andai saja jika ada Angga pasti Ia akan menghibur Ara.

"Okey gue mau, tapi lo harus pulang dulu! makan dulu, mandi, ganti baju, izin. Dan kita nikmatin senja bareng. Gimana?"

"Detail amat persyaratannya," protes Ara.

"Mau gak? Kesempatan gak akan datang beberapa kali kaya di monopoli nih!"

"Okey gue mau," Ara menyetujui persyaratan Alif. Karna saat ini yang terpenting baginya hanyalah seseorang yang mau mengertinya dengan benar, bahu seseorang yang dapat menenangkannya. Dan seseorang yang dapat membawanya kembali kepada ketenangan hingga dapat menghapus luka baru yang baru menancap dihatinya.

Untung saja Alif adalah saudara sepupunya. Jika bukan Alif, mungkin Ara bisa saja mencari pelampiasan yang lain. Dan entah kapan itu pasti akan terjadi.

**********

Alif dan Ara sudah sampai dirumah Ara. Mereka sedang makan siang bersama. Mama Arin sudah membuat masakan untuk makan siang, walaupun makan siang kali ini tanpa ada Ayah Beni, Ia belum bisa pulang karna masih ada proyek yang harus diselesaikan.

Ara berpikir mungkin ini saatnya untuk meminta izin kepada Mamanya. "Ma, Ara mau jalan-jalan ya sama Alif." ucapnya dengan mulut yang penuh dengan makanan. Mana Arin seketika menyimpan sendok yang akan Ia siapkan ke mulutnya dan matanya menatap Aktif gusar. Alif yang akan memasukkan makanan ke dalam mulut seketika berhenti dan balik menatap Tante Arin.

"Ada apa Tan?" tanya Alif dengan polos, seakan tak mendengar apa yang diucapkan Ara. "Kamu mau bawa Ara jalan-jalan kemana?" tanya Tante Arin.

"Mending tanya ke Ara aja Tan," Alif mengalihkan.

"Ih Alif," gumam Ara.

"Yaudah Mama izinin, tapi pulangnya jangan larut malem! Jagain Ara ya Lif!"

"Siap," sahut Alif. Lalu memberi kode pada Ara dengan mengangkat alisnya.

********

Alur Kehidupan [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang