Bab 42

333 33 1
                                    

'Karna sampai kapanpun semua cerita pahit itu akan ada dan tak akan terhapuskan dalam catatan kehidupannya'

********

Ara dan Egi memutuskan untuk berkunjung ke rumah Egi, karna Egi ingin sekali memperkenalkan Ara. Walapun Ara sudah bertemu dengan Tante Vera, ibunya Egi. Namun, Egi masih belum puas karna belum memperkenalkan langsung dan menceritakan Ara secara langsung oleh dirinya kepada Mamanya.

Ara sedikit merasa canggung sekaligus malu, karna Ia tak tahu apa yang akan Ia katakan pada Tante Vera jika diberi pertanyaan. Walaupun sebelumnya pernah bertemu namun saat ini berbeda. Ini adalah pertemuan khusus dan berbeda dengan kemarin.

Ara dan Egi sudah berada dihalaman rumah Egi. Hanya tinggal beberapa langkah lagi mereka sampai dan bertemu dengan Tante Vera.

"Kenapa?" tanya Egi mengernyit heran melihat wajah Ara yang tampak khawatir dan terlihat gugup.

Egi tertawa lalu mengusap pundak kepala Ara. "Gapapa tenang aja gak usah tegang, bukan di interview kok," sindir Egi.

Ara menatap Egi gusar, ucapan Egi terasa membuatnya semakin down.

Mereka sudah masuk ke dalam rumah, sudah bersalaman dan saat ini mereka sedang berbincang-bincang. Baru bertemu beberapa jam saja Ara dan Tante Vera sudah terlihat sangat akrab, membuat Egi tersenyum bahagia.

"Ara, kamu tinggal sama siapa?" tanya Tante Vera.

"Ara tinggal sama Mama dan Ayah sambung Ara Tante." jawab Ara.

"Papa kandung kamu?" lanjut Tante Vera kembali bertanya, tak ada niat lain Ia hanya ingin mengetahui asal usul keluarga Ara.

"Papa udah nikah lagi Tante, semenjak aku kelas 6 SD Mama dan Papa pisah." jawab Ara kembali menjelaskan, walaupun perceraian kedua orang tuanya adalah hal yang sensitif untuknya, tapi terlihat jelas Ia mencoba kuat dan terbiasa jika harus mengenang dan kembali mengingatnya. Karna sampai kapanpun semua cerita pahit itu akan ada dan tak akan terhapuskan dalam catatan kehidupannya. Hanya tekad yang kuat untuk menerima dan menjadikannya sebagai pelajaran yang berharga dalam kehidupan adalah hal yang terbaik yang harus dilakukan bagi setiap anak korban perceraian.

"Maaf ya Tante selancang ini," ucap Tante Vera.

"Gak apa-apa Tante, udah biasa kok. Ara harus udah siap jika ada orang yang menanyakan perihal keluarga." jawab Ara kembali menguatkan dirinya, menutupi dari semua kesedihan.

"Iya sayang," balas Tante Vera lalu meraih tubuh Ara dan memeluknya.

Sita adik perempuan Egi datang menghampiri Ara dan Mamanya.

"Kakak cantik main boneka bareng Sita yuk," ajak Sita merengek manja seraya menarik lengan Ara.

"Yuk," sahut Ara menuruti keinginan Sita. Bagaimanapun Ara memang menyukai anak kecil. Apalagi anak kecil yang selalu menggemaskan yang dapat membuat orang yang mengasuhnya tertawa dengan kelucuannya.

16.13
Ara sudah berada lama dirumah Egi, hari sudah mulai sore. Dan Ara berhasil membuat Sita nyaman bermain dengannya. Ia menemani Sita bermain boneka sampai kelelahan, hingga menyuapinya makan, menceritakan dongeng dan sampai saat ini dia tertidur pulas. Ara memberikan kenyamanan tersendiri bagi Sita.

"Ra, udah sore. Yuk pulang. Gue anter." Ajak Egi pada Ara yang sedang berada dikamar Sita.

"Ara pulang bareng Alif aja ya," sahut Ara menolak ajakan Egi. Sebenarnya Ia sangat mau jika harus pulang diantar Egi. Namun sekarang keadaannya berbeda Ia sedang tinggal dirumah Kakaknya. Dan bagaimana mungkin jika Ia harus diantar Egi. Apa kata Kak Zaky dan Kak Shelly? Ia hanya takut mereka salah paham dengan kedekatan Ara dan Angga lalu Ara dan Egi.

Alur Kehidupan [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang