Bab 44

329 30 3
                                    

'Jika ingin menghinaku, silahkan hina sepuas apa yang kamu inginkan. Bahkan aku menunggu hingga kamu benar-benar lelah.'

*********

Malam telah berlalu, matahari telah menampakkan sinarnya. Angin pagi menyelinap masuk perlahan membangunkan orang yang telah menikmati bunga tidurnya.

Ara sedang membereskan kamarnya. Malam tadi, semua perkataan Kak Shelly seakan menempel dimemori otaknya. Perkataannya seakan menjadi pemicu bagi semangat Ara. Ara bertekad mulai dari hari ini, tak ada waktu untuk mengulang luka lama. Luka itu hanya akan Ia kubur dihati yang terdalam, dan hanya akan mengambil pelajaran dari dalamnya. Apapun yang kelak Ia rasakan, maupun itu kesepian, kesunyian, bahkan kesendirianpun tak akan pernah bisa mengungkit perceraian kedua orang tuanya lagi. Masing-masing dari mereka kini sudah berbahagia dengan pasangannya masing-masing. Tak akan ada kesempatan untuk mengusik kebahagiaan mereka.

Ara segera bersiap-siap untuk sarapan. Di meja makan Ara menjadi pengunjung terakhir untuk sarapan pagi. Ara hanya menghabiskan satu roti dan setengah gelas susu.

"Abisin dong!" suruh Kak Shelly menunjuk pada roti yang ada dipiring Ara.

"Iya, biar gemuk." ketus Kak Zaky membalas ucapan Kak Shelly. Ara hanya memberikan jawaban dengan senyumnya. Ia paling tidak suka jika harus dipaksa makan yang banyak diluar kemampuan dan kebiasaannya.

Dihadapan rumah sudah terdengar suara klakson motor.

"Pasti itu Alif, aku berangkat dulu ya Kak." yakin Ara dengan kedatangan seseorang lalu pamit pada kedua Kakaknya. Ara berjalan menuju keluar, Ia menatap seseorang yang kini sudah ada dihadapannya. Mereka saling menatap selama beberapa detik, namun setelah itu Ara lah yang memalingkan wajah.

"Ngapain kesini Ga?" tanya Ara sedikit sinis. Wajah yang tak biasa Ia tampakkan ketika bertemu dengan sahabatnya, yaitu Angga.

"Jemput lo!" ketus Angga.

"Disuruh Alif?" tanya Ara seraya menatap Angga gusar. Ia hanya ingin menjaga perasaan Rina saat ini.

"Gak penting, udah cepet!" Angga mengalihkan pertanyaan Ara. Yang Ia butuhkan saat ini bukan pertanyaan-pertanyaan dari Ara, Namun dengan ikutnya Ara dengannya itu sudah cukup.

Ara terdiam sejenak, Ia benar-benar bingung apa yang harus Ia lakukan. Tetapi sudah jam segini, Jika Ia tidak ikut dengan Angga. Apa bisa Ia sampai ke sekolah dengan tepat waktu?

"Bismillah," desis Ara pelan.

Akhirnya Ara ikut dengan Angga, mereka menikmati udara pagi bersama. Melwati setiap tikungan yang ada dijalan. Rina menolak untuk dijemput Angga karna Ia akan diantar sopir pribadinya yang selalu siap siaga untuk mengantarnya. Dan alasan lain Rina tidak mau membuat kekasihnya kelelalahan dan kerepotan jika harus mengantar jemputnya tiap hari.

Ara dan Angga sudah sampai disekolah. Didepan gerbang Rina sedang berdiri ditemani oleh Cindy. Sudah pasti Rina menunggu Angga, karna tidak mungkin jika Rina menunggu Ara.

Ara menatap Rina yang sudah melihatnya nanar. Rina tidak tahu jika Angga akan menjemput Ara dan pergi bersama ke sekolah. Jika saja Ia tahu, mungkin lebih baik Ia yang diantar Angga dari pada harus melihat kebersamaan kekasihnya yang sahabatnya.

Alur Kehidupan [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang