Bab 6

1.1K 78 4
                                    

'Sulit untuk membenci jika masih mencintai.'

**********


Lamunan Ara seketika buyar saat melihat seorang lelaki paruh baya sedang duduk sembari  memandang Ara.

Dia adalah Roni Suherman, papa kandung Ara yang sudah setahun ini menghilang tanpa kabar. Dia adalah orang yang sangat Ara cintai sekaligus cinta pertama baginya. Namun karena satu kesalahan semua rasa cinta Ara seakan hancur dan sulit kembali untuk diperbaiki.

“Papa?” panggil Ara dengan pelan. Ia tak mampu berkata apa-apa lagi. Ia mematung di tempat dan bungkam karena tak menyangka Papanya akan datang.

“Ara, Papa rindu kamu nak,” gumam Papa Roni kemudian melangkah menghampiri Ara dan memeluk tubuh gadis mungil itu. Ara hanya diam tanpa membalas pelukan Papanya yang melingkar ditubuhnya.

Mata Ara perlahan berkaca-kaca, hatinya seakan terluka kembali setelah perlahan mulai sembuh, dan perlahan air mata menetes dan mengalir di pipinya.

Begitu besar rasa rindu seorang anak kepada Papanya, setelah perpisahan kedua orang tuanya, banyak sekali waktu yang ia lewatkan untuk bertemu dan bercengkrama. Dan setelah papa menghilang selama setahun Ara sudah mulai menerima bahwa mungkin Papanya sudah menemukan keluarga baru yang lebih bisa membuatnya bahagia.

Saat ini situasi sangat tidak mendukung, Ara tidak bisa melakukan apapun untuk melepaskan kerinduannya hanya karena terlalu berat untuk menerima semuanya. Kecewa dan kemarahan masih menumpuk dalam batinnya.

Ara melepaskan pelukan Papanya dan menatap wajahnya, “Papa kemana aja? Papa gak inget sama Ara? Papa lupa kalo Papa masih punya seorang putri yang masih membutuhkan Papa? Ara ini masih anak Papa kan?” tanya Ara dengan tegas.

“Maafkan Papa nak, Papa gak pernah bermaksud untuk melupakan kamu,” ucap Papa Roni memohon dengan lembut.

“Pa, apa Papa gak kangen Ara? Ara kangen banget sama Papa. Papa masih menganggap Ara sebagai anak kandung papa kan? Kenapa Papa jarang temui Ara, bukan jarang tapi lebih ke gak pernah! Mau Papa ada uang atau nggak, Papa seharusnya tetep temui Ara,” lirih Ara, ia mencoba menguatkan dirinya. Papa Roni mengusap air mata yang membasahi pipi putrinya.

“Ara,” gumam Papa Roni, sorot matanya penuh dengan penyesalan.

“Ara gak butuh materi aja, Ara juga masih butuh kasih sayang dari Papa. Ara kangen pelukan papa, perhatian, ara juga ingin papa jadi temen curhat ara. Ara ingin kaya teman teman ara yang dapat perhatian dari papanya setiap saat. Ara tahu sekarang ara sudah punya appa sambung, tapi papa tetap papa kandung ara, gak ada yang bisa menggantikan posisi papa di hati Ara. Ara tetap butuh sosok papa Roni yang dulu,” ungkap Ara sembari menangis, entah mengapa bibirnya mampu mengatakan semua hal seperti itu yang pasti akan melukai hati papanya.

Kali ini Ara terlihat sangat rapuh dan lemah, air mata terus membanjiri pipinya tanpa henti, jantungnya berdegup sangat kencang, namun kekuatan untuk mengungkapkan semua kekesalannya sangatlah besar.

“Ra, tolong jangan bilang seperti itu. Papa ini adalah papa kandung kamu sayang, papa adalah laki-laki pertama yang begitu mencintai kamu.”

“Iya memang. Papa adalah laki-laki pertama yang mencintai Ara, dan Papa juga laki-laki pertama yang menggoreskan luka yang sangat dalam di hati Ara. Papa yang menyakiti, papa yang pergi dan papa pula yang menghilang. Asal papa tahu, setahun terlewati tanpa kehadiran papa. Gimana perasaan Ara? Rasanya hampa, seakan ada yang hilang dalam hidup Ara,” jelas Ara semakin membuat Papanya menyesal.

Alur Kehidupan [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang