Pintu terbuka secara perlahan
Brukkk..
Ara terjatuh, badannya tergeletak dilantai. "Ara?" teriak Mama Arin dengan panik. Ia khawatir dengan keadaan Ara yang terlihat lemah. "Sayang kamu kenapa?" Mama Arin membawa anaknya ke kamar, dengan kemampuannya sendiri, Ia berjuang sekuat tenaga yang Ia miliki hanya demi anaknya.Setelah sampai dikamar, Mama Arin membersihkan tubuh Ara dan menggantikan pakaian Ara yang basah karna kehujanan. Tak lama kemudian setelah beberapa saat Ara terbaring, matanya kini perlahan terbuka. Mama Arin memberikan minum pada anaknya.
"Sayang cerita sama Mama, kamu ini kenapa?" Ara memeluk Mamanya. Ia bungkam, sama sekali tak menceritakan apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya. Ara menangis tersedu-sedu dipelukan Mamanya. Ia belum siap untuk menceritakan semuanya. Mama Arin mengusap rambut Ara pelan. "Jika kamu belum siap untuk bercerita, tidak apa-apa sayang. Mama akan menunggu kamu siap. Tapi Mama mohon, jangan seperti ini nak, jika kamu menangis Mama juga akan sedih, Mama tidak akan bisa memaafkan orang yang tega menyakiti anak Mama, bahkan Papa kamu sekalipun Mama tidak akan memaafkannya." Ara hanya terdiam dan terus menangis. Air matanya tak berhenti, tubuhnya pun masih bergetar. Semua ini hanyalah perihal waktu. waktu yang akan berjalan terus akan menjawab semuanya, Ia akan perlahan mengobati luka atau malah semakin membuat luka itu menganga.
Malam hari kini telah tiba, semenjak kejadian tadi Ara hanya berdiam diri dikamarnya tanpa mau mengisi perutnya yang membutuhkan asupan makanan. Mama Arin mengetuk pintu kamar Ara, "Ara? Mama masuk ya, Mama bawakan Nasi goreng kesukaan kamu, isi perut kamu ya sayang. Mama khawatir kamu sakit."
Ara melirik ke arah pintu. "Ara gak lapar Mam, Ara mau istirahat aja." jawaban Ara dengan suara paraunya. Mau bagaimana lagi? Jika dipaksapun Ara tidak akan mau. Mama Arin meninggalkan kamar Ara. Ia kembali menuju ke kamarnya setelah menyimpan Nasi Goreng bawaannya.
"Yah, Mama bingung deh, Ara kenapa ya?" Mama Arin mengajak Ayah Beni berbincang, Ayah Beni mendengarkan perkataan Mama sembari memainkan ponselnya.
"Emangnya apa yang terjadi sama Ara?" tanya Ayah Beni.
"Ara keadaannya mengkhawatirkan Yah, gak mau makan, nangis terus. Mama khawatir, dia gak mau cerita apa yang terjadi."
"Yaudah, Ibu tenang aja. Mudah mudahan Ara gak ada apa-apa. Dan besok dia mau cerita apa yang terjadi. Mending sekarang Ibu tidur udah malem ini."
"Iya Yah semoga. Ibu tidur duluan yah."
**********
Sedangkan dilain tempat, Egi duduk termenung sendiri dibalik keheningan malam. Ia memandangi ponselnya, rasanya ingin sekali menghubungi Ara. tapi hati kecilnya ragu. Masalah tadi siang benar-benar membuat semuanya seakan sulit untuk dijalani.
Egi memainkan ponselnya, mengetik kata demi kata untuk Ia kirimkan pada Ara, namun Ia menghapusnya kembali. Perasaan Egi begitu bimbang kali ini. Jam sudah menunjukkan pukul 23.48 mungkin saja Ara sudah tidur. Kini Egi mengurungkan niatnya.
Egi memejamkan matanya, mencoba untuk tertidur agar semua pikiran karna masalahnya tidak menempel lagi dalam ingatannya.
*********
Pagi hari telah tiba, malam sudah berlalu. Masalah yang hampir saja terlupakan dengan tertidur kini harus kembali menghampiri dan menjadi alasan mengapa Ara tak semangat menjalani hari. Ara masih terbaring ditempat tidurnya. Pikirannya bimbang, apa yang harus Ia lakukan saat ini. Semuanya seakan tak menemukan jalan keluar.
Pintu kamar terbuka, Mama Arin membawakan roti dan susu untuk anaknya. "Selamat Pagi sayang, kamu sarapan dulu ya nak." ucapnya dengan lembut.
"Ara gak mau Mam," tolak Ara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alur Kehidupan [REVISI]
Novela JuvenilJalan cerita kehidupan yang berliku Takdir kehidupan seseorang tak pernah bisa ditentukan oleh seseorang itu sendiri. Pasti ada yang berkuasa diatasnya. Dan Alur kehidupanku sudah ditentukan oleh Sang Maha Pencipta, aku hanya dapat menjalaninya dan...