'Ajari aku bagaimana cara membencimu, atau bahkan mengikhlaskanmu dengan yang lain.'
**********
Pagi telah kembali menyambut, sinar mentari di pagi hari menyorot di jendela kamar Ara, menembus dan seakan memberikan isyarat kepada sang pemilik kamar yang terlelap dalam tidurnya.
Ara dan Alif sudah selesai sarapan, Alif akan mengantar Ara untuk sekolah dan Alif akan pergi ke tempatnya bekerja. "Pulangnya jangan kemana-mana dulu!" Mama Arin khawatir dengan keadaan Ara yang kurang sehat karna semalam. "Iya Mama,"
"Tenang Tan, nanti biar Alif yang jemput Ara." Mama Arin dan Ayah Beni mengangguk, dan percaya bahwa Alif akan menjaganya.
Ara sudah sampai disekolah, suasana sekolah tidak berbeda dari biasanya. Masih seperti ini. Namun satu hal yang kembali menguras pikirannya yaitu perihal Rina, apa hubungannya akan seperti ini terus dengan Rina? Tak akan ada perbaikan. Dan bagaimana hubungannya dengan Egi? Apa selamanya Egi akan acuh pada Ara? Hanya Aralah yang saat ini memendam pertanyaan-pertanyaan yang selalu menghantuinya, meskipun begitu banyak waktu yang Ia luangkan untuk melampiaskan semuanya. Tetapi tetap saja masalah itu kembali menghampirinya.
Ara menatap pasangan yang sedang berbincang dikoridor kelas mereka. Siapa lagi jika bukan Angga dan Rina. Sikap Angga terlihat manis pada Rina. Tapi mengapa perasaan Ara terasa sesak? Apa arti perasaan yang Ia rasakan sebenarnya?
Rina melengkungkan senyuman manisnya pada Angga, dan Ia masuk ke dalam kelas dengan wajah yang terlihat bahagia. Cindy yang sedang fokus memainkan ponselnya. Seketika terhenti dengan langkah Rina yang mendekatinya dan duduk dimeja Cindy.
"Cin, gue bahagia banget sumpah! Kemarin itu Angga kan marahin gue ya didepan dia! Tapi apa coba? Dia tetep belain gue dan mau berjuang mempertahankan hubungannya sama gue. Gue seneng banget karna dia lebih milih gue." ucap Rina, matanya yang berarti menunjuk Ara dan perkataannya yang sengaja dimain-mainkan. Ara yang mendengar dan sekaligus melihat tatapan Rina yang sinis, beranjak pergi dari tempat duduknya. Ia keluar dan mencari tempat sepi untuk menenangkan diri selama beberapa menit saja sebelum bel masuk.
Cindy menatap Ara, dan balik menatap Rina dengan tatapan yang nanar. "Lo sengaja kan?" tanya Cindy menyolot.
"Sengaja apaan sih?" tukas Rina.
"Gue heran sama lo, yang sahabatnya Ara itu kan lo! Tapi kenapa gue yang ngerasa jadi sahabatnya Ara. Dan yang gue rasain lo itu cuma musuh dalam selimutnya Ara. Lo itu munafik!" sentak Cindy, telunjuknya menunjuk tepat dihadapan wajah Rina. Namun pertengkaran mereka tidak berlangsung lama karna kedatangan Bu Vita yang izin untuk tidak masuk kelas karna harus mengisi pemantapan kimia full dikelas 12, dan Ia hanya memberikan tugas pada siswa kelas 11 Ipa 3 agar tidak ribut dan keluar kelas saat jam belajar.
Bu Vita sudah keluar dari kelas, untung saja dia belum menyadari bahwa tak ada Ara didalam kelas.
Angga masuk ke dalam kelasnya, Ia mengecek sakunya, Ia baru sadar bahwa tadi ponselnya dimainkan Rina saat dijalan. Dan pasti ponselnya berada ditangan Rina. Angga berbalik arah dan memutuskan untuk kembali ke kelas Rina untuk mengambil ponselnya.
Cindy dan Rina masih berselisih. Kata kata yang tidak baik untuk didengar masih terlontar dari mulut mereka.
"Gue gak peduli lo mau ngomong apapun tentang gue!"
"Sadar Rin sadar." sentak Cindy.
Angga datang menggebrak pintu kelas Rina, membuat semua pasang mata menatapnya. Wajah Cindy dan Rina terlihat sinis. "Stop, apa-apaan sih?" tanya Angga pada Rina. "Mending lo didik pacar lo deh!" sindir Cindy. "Jaga mulut lo!" sentak Rina pada Cindy. Angga yang sudah kesal dengan sikap Rina dan Cindy, memutuskan untuk pergi menjauh dari mereka. Melihat pertengkaran mereka hanya semakin membuat kepalanya pusing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alur Kehidupan [REVISI]
أدب المراهقينJalan cerita kehidupan yang berliku Takdir kehidupan seseorang tak pernah bisa ditentukan oleh seseorang itu sendiri. Pasti ada yang berkuasa diatasnya. Dan Alur kehidupanku sudah ditentukan oleh Sang Maha Pencipta, aku hanya dapat menjalaninya dan...