Semilir angin sore menyambut saat Fajar keluar dari gedung dekanat Fakultas Teknik. Fajar sudah kembali menjadi jajaka Bandung yang selalu salam senyum dan sapa.
Tiga huruf 'ACC' sudah cukup membalik kegalauannya belakangan ini. Dengan tiga huruf dan tambahan paraf antiknya Pak Samsuri, Fajar berhak ikut mengantri untuk bisa segera seminar hasil penilitian.
"Minggu depan bisa kok Fajar. Hubungi dulu aja dosen yang terkait ya. Kalau sudah clear kesini lagi untuk konfirmasi."
Dan entah karena semilir angin sore jugakah, Mbak bagian akademik yang terkenal dengan 'badmood abadi'nya itu berubah jadi seramah agen asuransi. Komplitlah sudah ringannya senyum Fajar saat ini. Meskipun pada awalnya coretan Pak Sam pada draft skripsinya masih dengan perjanjian besok harus diperbaiki, ramahnya si Mbak Akademik membuat semua beban Fajar jadi lebih ringan.
Setelah mengabari suporter setianya Mamah dan Teteh, Fajar memutuskan untuk berbagi bahagia dengan saudara saudaranya di Meraki.
"Assalamu'alaikum." Fajar langsung mendarat di dapur.
"Waalaikumsalam Akang Fajar yang budiman. Udah tau jalan kesini?"
Fajar hanya bisa hehehe saat Reki bertanya dengan muka marah yang sangat dibuat - buat. Sejak makan - makan ulang tahun Oik, Fajar memang tenggelam dengan skripsinya."Hampura Bang Rek. Ini udah kangen banget karedoknya Bang Rek."
"Bokek koen? Lapar dulu baru ingat inyong."
"Tak kasih pedes koen." Lanjutnya lagi lalu sibuk dengan potongan sayuran. Fajar dengan wajah penuh senyum pindah ke meja favorit mereka, spot meraki yang bisa jadi tempat pengintaian.
Fajar kembali membuka notebook dan mulai tidak peduli pada sekelilingnya. Bab IV sudah menunggu untuk segera direvisi. Entah mengapa feeling Fajar berkata suasana Meraki bisa mengurangi ketegangan bayang - bayang deadline. Benar kata Ko Yogi, setan Bab IV itu paling ganas.
"Karedoknya Kang. Sekalian es teh manis." Reki memukul lutut kiri Fajar yang sudah naik dari tadi.
"Ini lutut suruh sopan dulu. Lapak inyong berasa di warteg apa?"
"Yang punya kan orang tegal." Jawab Fajar polos.
"Nanti ini tak tagih lo ya." Ancam Reki yang kemudian dijawab tawa hehehe nya Fajar dan berhasil membuat lututnya tertib. Hanya 10 menit. Begitu karedok mulai masuk mulutnya, lutut Fajar kembali naik keatas kursi lengkap dengan kaki - kakinya. Sementara Reki hanya bisa geleng - geleng kepala dari back office.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
."Bang, hmmmm pesen strawberry milkshakenya 1, vanilla milkshake 2, hmmmm mango smoothiesnya 2."
Suara yang nadanya 11 12 dengan princess Syahrini itu sedikit mengalihkan perhatian Fajar dari halaman Microsoft word di depannya.Fajar spontan terkejut mendapati sang pemilik suara yang ternyata berseragam putih abu - abu. Keempat temannya yang duduk memenuhi meja juga bertingkah hampir sama. Senyum - senyum manis sambil sesekali memainkan rambut hasil salon. Kelimanya juga kompak menatap Reki dengan sangat terpesona.
"Makanannya?" Tanya Reki tanpa beralih dari note kecil ditangannya.
"Itu dulu aja." Jawab si KW Syahrini lagi diikuti keempat temannya yang mengangguk sambil cengo.
"Ditunggu ya."
Pamit Reki tanpa berlama - lama.
"Jumpa fans euy." Ledek Fajar saat Reki mendekat. Yang diledek malah pasang wajah pd luar biasa, lalu menghilang di balik pintu dapur.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔️] YNWA [BTS Local Fic]
Romance"Terima kasih untuk pertemanan, persaudaraan, dan percintaannya ehe?, cerita ini bukan sekedar kenangan yang kita lalui sama - sama, jadi lebih baik di tulis biar nggak lupa, sekalian bukti si Fajar yang selalu teraniaya , ataupun Bang Reki yang mi...