Sutejo, temui saya di bahasa Inggris sekarang.Aji yang sedang leyeh - leyeh di kasurnya langsung terduduk ketika ponselnya kedatangan pesan dari caller id bernama: Trafo🙌🏻
"Mampus," Gumam Aji yang secepat mungkin menyorongkan celana jeans nya lalu cepat - cepat juga memasukan map - map bahan dan laptopnya ke dalam tas ranselnya.
"Kenapa?" Tanya Fajar yang juga sedang leyeh - leyeh karena stuck ide di sebelahnya.
"Trafo nyuruh nyamper ke Bahasa Inggris."
"Pantes mampus. Bab dua sama tiga lo?" Fajar mengingatkan.
"Beres,"
"Pintar kultur ckck, good luck Jing," Kemudian Fajar kembali menelungkupkan kepalanya ke bantal.
"Yoi," Dan Aji langsung menstarter motornya sebelum ngebut ke Bahasa Inggris.
Selama perjalanan Aji heran sendiri. Trafo itu dosen Teknik, tapi lantaran istrinya sedang hamil besar beliau lebih sering nongkrong di Bahasa Inggris. Kesimpulan yang Aji dapatkan adalah, Trafo itu tak ubahnya Oik dan Genta. Bucin. Ingatkan Aji untuk berbaik - baik pada Bu Riana agar jalannya mudah menuju acc.
Setelah memarkir motornya, Aji celingak - celinguk memandang sekeliling fakultas Ilmu Budaya.
Tempat itu asing baginya. Keder Aji mah nggak ada Oik. Dan si Ibab itu bisa - bisanya bilang 'gue lagi jalan sama Ica' disaat Aji sedang gentig begitu. Sahabat my ass, dengus Aji.
Berbekalkan pengalaman sekali ke bahasa Inggris, Aji akhirnya sampai di depan pintu ruang dosen Bahasa Inggris.
Si ganteng TK itu tak mengerti entah sindrom apa yang dia miliki, tapi setiap kali mau bimbingan perutnya selalu melilit. Padahal setelah bertemu trafo dan bimbingan prosesnya tidak semenakutkan itu.
Aji menahan napasnya kala pintu coklat itu terbuka. Bibir mulai berkomat - kamit melantunkan ayat pendek yang ia ingat.
"Jen, di dalem ada Trafo nggak!?" Tanpa pikir panjang Aji yang kaget karena Jeni keluar dari ruang dosen langsung menyemburkan pertanyaannya.
"Tau!" Jawab Jeni ketus. Jika diperhatikan wajahnya saat keluar juga tidak cerah. Apa Jeni habis di 'bantai' dospemnya? Pikir Aji.
Entah kesambet apa atau kebanyakan baca ayat, Aji yang tadinya ingin masuk malah berbalik dan memanggil Jeni. "Jen,"
"Apaan sih?" Jeni masih tidak bersahabat.
"Tunggu di sini lima, bukan, sepuluh menit!"
"Lah? Urusan lo sama gue apa!?"
"Gue bilang tunggu!" Ucap Aji sedikit mengancam karena suaranya mendadak tidak seramah sebelumnya.
Akhirnya si mbaknya diam dan duduk di kursi penungggu yang tersedia.
"Udah?" Tanya Jeni.
"Bentar," Aji buru - buru masuk ke dalam.
Sepuluh menit. Aji menyetel stopwatch di ponselnya.
Tik. . Tok. . Tik. . Tok. .
Di luar sana Jeni berusaha keras mencerna perkataan Aji. Like, why does she even care? Kenapa dia malah menurut dan menunggu si Tuan Sok Ok itu keluar?
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔️] YNWA [BTS Local Fic]
Romance"Terima kasih untuk pertemanan, persaudaraan, dan percintaannya ehe?, cerita ini bukan sekedar kenangan yang kita lalui sama - sama, jadi lebih baik di tulis biar nggak lupa, sekalian bukti si Fajar yang selalu teraniaya , ataupun Bang Reki yang mi...