Dering ponsel yang lumayan stereo berhasil membangunkan Fajar dari tidur lelapnya. Shift kuda saat malam minggu selalu sukses membuatnya kelelahan lalu jatuh tertidur segera setelah kepala bertemu bantal.Bibirnya auto senyum saat mata sipitnya yang agak bengkak karena baru bangun tidur itu membaca caller id sang penelpon.
'Bu Atta is calling'
"Assalamu'alaikum." Sapa Fajar dengan suara serak khas bangun tidur.
"Waalaikumsalam. Subuh Pak." Jawab Atta di seberang sana.
"Iyaa... Hoaaaaaamm." Fajar tidak bisa menahan untuk tidak menguap sebelum kalimatnya selesai.
"Duduk buru jangan iya iya aja." Lanjut suara itu lagi diiringi tawa pelan.
"Udah ini udah duduk, mau otw kamar mandi. Mau dibawa aja hapenya Ibu?" Radar jahil Fajar sudah ikut aktif.
"Ya udah bawa aja." Balas Atta diluar dugaan Fajar.
"Eiii si Ibu awas batal wudhu lo."
"Belom wudhu kok aku. Tadi bangun langsung telpon." Jawab Atta lagi yang berhasil membuat senyum Fajar makin lebar.
Fajar baru menyadari kalau dirinya sudah terjangkit virus bucin seperti sahabat - sahabatnya yang lain. Yang dengan kalimat sesederhana tadi saja bisa membuatnya merasa semangat memulai hari. Fakta bahwa saat ini ponselnya sudah berisik dan itu karena Atta adalah sesuatu yang membuat hari - hari Fajar jadi terasa lebih indah. Apalagi mereka yang entah kebetulan atau memang disetting untuk sering satu shift di Meraki.
"Pak, halooooo." Atta mungkin saja mengira Fajar sudah tertidur lagi.
"Ya Buuuk. Udah ya subuh dulu. Keburu iqomah nanti di musola. Assalamu'alaikum." Sahut Fajar.
"Waalaikumsalam." Tutup Atta.
Fajar menatap layar ponselnya. Sedikit menyesal tidak mengatakan sesuatu sebelum Atta menutup telponnya. Mungkin ini masih terlalu pagi untuk bilang kangen meski memang begitulah adanya..
.
.
.
.
.
.Pukul 9 malam kurang 10 menit Fajar memarkir scoopynya di parkiran khusus karyawan Meraki. Setelah membuka helm dan merapikan rambut, ia melangkah masuk untuk menjemput Atta yang hari itu masuk di shift kuda.
"Eh Bapak Fajar udah nyampe aja." Sambut Bram yang sedang berada di dapur.
Sejak Fajar berubah status seluruh kru Meraki termasuk bos mereka dan juga geng rinso kompak memanggil Fajar dengan sebutan Bapak, seperti halnya Atta yang memanggilnya begitu. Fajar lagi - lagi tersenyum lebar.
"Ngopo ndak dari tadi bae datengnya Bapak?" Reki ikut nimbrung dari ambang pintu dapur tak jauh dari Bram.
"Wani piro Bang." Sebut Fajar namun malah duduk di meja keramat geng rinso.
"Ndak pake. Koen punya bojo wes pontang panting dari tadi." Reki pasang muka sok serius. Namun Fajar yakin kalau hari itu pasti benar - benar shift kuda bagi semua kru. Karena hari Minggu sore adalah shift kuda yang sebenarnya.
Fajar balas tertawa saja sambil mulai memainkan ponsel dengan satu lutut naik di atas kursi. Sesekali diliriknya Atta yang memang terlihat sibuk mondar - mandir dari satu meja ke meja lainnya, lalu kembali ke dapur. Bahkan sepertinya ia belum menyadari kalau Fajar sudah duduk ganteng menunggu Atta selesai dengan shift kudanya. Merasa tidak akan disadari kehadirannya, Fajar memutuskan untuk main game. Beberapa waktu yang lalu Oik sempat mengajarinya beberapa trik baru, kali aja menang kan.
"Eiiii si Koko ah!" Keseruan game yang sedang dijajal Fajar terinterupsi telpon Yogi.
"Ya Ko." Meski agak kesal karena ia baru saja harus kalah dari kemenangan yang sudah di depan mata, Fajar tetap menjawab dengan suara cerianya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔️] YNWA [BTS Local Fic]
Romance"Terima kasih untuk pertemanan, persaudaraan, dan percintaannya ehe?, cerita ini bukan sekedar kenangan yang kita lalui sama - sama, jadi lebih baik di tulis biar nggak lupa, sekalian bukti si Fajar yang selalu teraniaya , ataupun Bang Reki yang mi...