Dari seluruh hari dalam satu minggu, Opik paling menyukai Jum'at. Karena besoknya sudah libur kerja, istirahatnya lama karena Jum'atan jadi bisa sekalian makan siang di luar, juga karena setiap Jum'at si 'neng' akan mendarat di Jakarta. Mengecek cabang makeup storenya tentu saja. Opik tidak mau ge er.Meskipun awalnya dia memang sempat ge er. Terima kasih kepada Genta Adhiguna Nasution yang otak logisnya cepat menyadarkan Opik bahwa Farah memang dari lama sudah punya urusan bolak balik Jakarta - Bandung.
'Travelnya baru banget jalan. Aku kayaknya mau tidur aja sampe nanti nyampe Jakarta. Ngantuk pisan.' Sebut Farah dalam chatnya.
'Ari kamu teh sebelahna cewe apa cowo? Kalo cowo mah ulah tidur nya. Beli kopi kaleng dulu kitu biar melek.'
Opik dengan cepat membalas.
Ia mendadak ingat cerita Farah dua minggu yang lalu kalau dirinya diajak ngobrol ngalor ngidul oleh bapak - bapak paruh baya sepanjang perjalanan Jakarta - Bandung.
"Besok - besok kalo ada yang begitu mah bilang aja kamu teh sudah ibu - ibu anak dua." Ingat Opik waktu itu yang membuat Farah tertawa.
"Eh malah ketawa kamu teh? Serius ini mah neng."
"Boong teh dosa." Tanggap Farah lagi. Wajahnya penuh senyum.
"Ya gimana atuh biar nggak dosa?"
Balas Opik dengan suara lebih pelan dari sebelumnya. Diliriknya Farah yang mulai menyantap banana split nya sore itu.
'Dasar ini mulut suka teu kenal sikon.' Rutuknya.
'Ibu - ibu kok. Sama anak cewenya :)'
Balas Farah kemudian.
'Ya udah. Ati ati nya neng. Kabarin kalo udah deket'
Mungkin Opik memang harus lebih serius seperti saran Genta. Jangan menyelipkan sesuatu sepenting ngelamar anak gadis orang dalam becandaan. Tapi apa daya. Opik lagi - lagi merasa belum percaya diri kalau Farah akan menerimanya secepat itu sebagai calon suami.
'Iya. Aku offline ya :)'
Balasan Farah datang lima menit kemudian. See, bahkan sampai saat ini Farah masih belum menambah embel - embel 'Aa' didepan nama Opik.
"Aa jadi mau ke kosan?" Fajar menepuk pelan pundak Opik yang tadi sempat melamun. Sudah agak lama rupanya ia duduk melamun di meja keramat geng rinso.
"Iya. Si neng dianter travel ke kosan maneh aja ceunah. Sekalian lah urang rebahan dulu." Jawab Opik lalu mengemasi laptop dan beberapa kertas laporannya. Dari pulang Jumatan tadi, Opik memutuskan ijin ke atasannya untuk menyelesaikan laporan diluar kantor saja.
"Sooklah kalo gitu urang duluan nya. Aa kan bawa mobil?" Fajar menenteng helm hitamnya.
"Mau ngantar Ibu PW dulu?" Ledek Opik.
"Lagi nggak ada shift dia. Hehehe." Fajar tertawa malu.
Keduanya lalu melangkah ke parkiran menuju kendaraan masing - masing. Sebelum menekan pedal gas, Opik mengecek What'sApp sekali lagi. Rupanya Farah masih belum mengaktifkan ponsel.
Berniat untuk bisa tidur sejenak sebelum yang dihati datang, Opik malah kepikiran lagi dengan beberapa kali kalimat yang menyerempet ke arah lamaran yang pernah diucapkannya pada Farah. Dan kemudian, apa yang dikatakan Genta tempo hari pun datang setelahnya. Bermain - main dikepalanya seminggu belakangan ini.
"Jar." Opik melirik Fajar yang juga rebahan di karpet sambil memainkan ponselnya.
"Naon Aa?" Fajar mengetik sesuatu diponselnya lalu melirik Opik.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔️] YNWA [BTS Local Fic]
Romance"Terima kasih untuk pertemanan, persaudaraan, dan percintaannya ehe?, cerita ini bukan sekedar kenangan yang kita lalui sama - sama, jadi lebih baik di tulis biar nggak lupa, sekalian bukti si Fajar yang selalu teraniaya , ataupun Bang Reki yang mi...