Sore itu mungkin lusinan ibu - ibu di yang lalu lalang di stasiun kereta berharap kalau nama mereka adalah Sartika.Seperti nama yang tertulis di kertas HVS A4 yang sedang Reki angkat agar si ibu negara bisa menemukannya diantara kerumunan penjemput. Padahal ya, dengan tubuh tinggi dan muka gantengnya saja si ibu tidak harus memicingkan mata apalagi sampai keluar kacamata baca untuk mengenali putra semata wayangnya itu.
"Ibu!"
"Adi!"
Adegan sesudahnya adalah pelukan antar ibu - anak yang sudah terpisah selama berbulan - bulan.
Oh, Adi itu panggilan Reki di rumah.
Reki mah, nyampenya di Jakarta aja, biar gaul katanya gitu. Ssst! Nggak ada yang tahu itu, jadi ini rahasia kita aja ya.
"Sehat kamu nak," Ibu Sartika mengusap wajah sang putra.
"Sehat Bu, Ibu sama Bapak sehat kan?"
"Sehat, alhamdulillah. Kamu ndak perlu jemput Ibu lah, nanti Meraki siapa yang jaga,"
"Kan ada si Bram, Bu, hehehe. ." Reki kemudian mengangkat tas bawaan Ibu dan memasukkannya ke mobil.
"Ibu jadi ndak sabar ketemu sama si Kaka. Dari foto yang kamu kirim ayu tenan e," Si Ibu senyum - senyum sendiri sepanjang jalan menuju Meraki.
Kalau dipikir - pikir, rencana Tuhan itu memang siapa yang bisa menebak. Sempat menyerah dan berusaha bodo amat dengan urusan hati karena patah berkali - kali, Atiqah Syafitri dihadirkan ke dalam hidupnya.
Sejujurnya, kalau ditanya Reki cinta atau tidak pada Kaka, Reki sendiri belum bisa menjawab, 'Ya, gue cinta sama Kaka' dengan tegas dan lantang seperti Yogi ke Mila atau Oik ke Ica.
Yang Reki tahu mereka berdua adalah dua orang yang sama - sama punya luka dan mereka bersedia untuk saling menyembuhkan satu sama lain.
Mungkin itu belum cinta.
Tapi Reki tahu yang jelas itu sesuatu yang berharga, yang kalau ia sampai bermain - main dengannya, maka terkutuklah Reki selamanya.
Reki menepikan mobil di halaman parkir khusus untuknya dan Bram di Meraki. Di depan pintu belakang yang memang hanya digunakan oleh para staf, Kaka sudah berdiri menunggu dengan senyum manisnya.
"Di. . Bener e, cantik." Puji Ibu Sartika.
Iya. .
Cantik banget Bu, tapi Reki lebih suka apa yang ada di dalemnya sih, sifatnya maksudnya sifaaaat jangan mikir yang aneh - aneh koen!
Batin Reki.
.
.
.
.
.
.
.
.
."Assalammualaikum, Tante." Kaka kemudian menyalami Ibunya Reki.
"Ibu nak. . Ibu aja," Kaka langsung dipeluk sama si Ibu.
Hanya dengan interaksi segitu saja Kaka bisa menilai darimana sifat easygoing nya Reki itu berasal.
"Masuk . . Masuk. ." Kaka dipersilahkan masuk ke 'rumah' Reki. Bagian di belakang Meraki yang hanya pernah dimasuki geng rinso saja. .
Dan Fiona.
Uhuk.
Mantan.
Kaka mengedarkan pandangan ke sekeliling ruang tamu mini Reki. Rumahnya Reki itu sangat Reki sekali. Itulah kesan yang Kaka dapatkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔️] YNWA [BTS Local Fic]
Romance"Terima kasih untuk pertemanan, persaudaraan, dan percintaannya ehe?, cerita ini bukan sekedar kenangan yang kita lalui sama - sama, jadi lebih baik di tulis biar nggak lupa, sekalian bukti si Fajar yang selalu teraniaya , ataupun Bang Reki yang mi...