Prayogi Surya Tjandra atau Yogi adalah seorang pemuda berusia dua puluh lima tahunan dengan julukan si muka koin.
Kenapa?
Karena Yogi ini punya dua sisi yang bisa ditunjukan ke orang - orang yang mengenalnya.
Sebagai chief di divisinya, Yogi bisa jadi atasan super galak yang membuat bawahannya menyumpahinya jomblo seumur hidup karena galaknya yang nggak ketulungan itu.
Kalau - kalau Yogi kumat mode setannya, maka ada Opik yang akan menjadi pawangnya.
"Jangan galak - galak Pak Yogi, kesian anak baru belum gajian sudah resign," Ingetinnya sambil becanda, mana berani Opik kalau beneran menegur Yogi.
"Gue cuma bersikap profesional. Kapan pinternya dia kalau apa - apa dibantuin terus?" Yogi dengan santainya berujar sambil menyesap americanonya.
Disaat mereka lupa kalau Yogi masih manusia, maka ada momen - momen yang mengingatkan kalau Yogi itu bukan titisan setan.
Hari dimana pride seorang Prayogi luluh lantah demi mendoakan sahabat yang sedang berbaring di ranjang rumah sakit.
Terjadi sekitar hampir setahun yang lalu, saat Oik kecelakan lumayan parah. Setelah mendapat kabar dari Aji, Yogi langsung ngebut tunggang langgang dari kantor menuju rumah sakit dan meninggalkan kerjaan lemburnya.
Masih jelas wajah panik Yogi saat mendekati Fajar yang berjongkok di lantai menunggui sang teman berjuang di balik kamar operasi.
"Jar, gimana si Oik?" Tanya Yogi ikut berjongkok. Disana cuma ada Fajar, Reki, dan Ibunya Oik. Soalnya, Ayah Oik, Opik, Aji dan Genta pergi ke mushola untuk sholat isya yang tertunda karena langsung tancap gas ke rumah sakit setelah dapat telepon dari Fajar.
"Nggak tahu Ko, gue kaget waktu nerima telpon dari yang bawa si Oik ke rumah sakit." Untung saja ponsel Oik tidak sedang dalam mode dikunci apa - apa, jadilah Fajar yang ada di daftar teratas orang yang terakhir dihubungi Oik langsung di telepon oleh orang yang membawa Oik ke rumah sakit.
Yogi bangkit perlahan, kemudian ditatapnya wajah Tante Amira, ibunya Oik yang matanya sudah merah karena banyak menangis.
"Tante yang kuat ya, Oik pasti bakal baik - baik aja," Yogi berjongkok sambil menggenggam tangan Tante Amira.
"Terima kasih Nak," Tante Amira balas menggenggam tangan Yogi.
Tidak ada yang tahu kalau malam itu Yogi menangis di kamar mandi. Menangis karena segala kalau - kalau yang lewat di kepalanya.
Dia masih belum siap kalau mereka kurang satu. Biasanya kalau salah satu dari mereka pergi, itu pasti kalau tidak pulang kampung, urusan bisnis atau liburan.
Dan yang pergi pasti kembali. Pasti ikut berkumpul lagi di kafenya Reki. Belum bisa Yogi membayangkan jika salah satu dari mereka pergi dan tidak kembali. Mau bagaimana pun juga, Aji, Fajar dan Oik itu sudah seperti adik yang tidak pernah dia punya.
Walaupun lebih sering membully mereka, tapi begitulah cara seorang Yogi menyayangi orang lain.
"Ko. . Lo? Nangis?" Tanya Aji yang berpapasan dengan Yogi yang baru keluar dari toilet.
"Gue kurang tidur," Jawab Yogi bohong.
Aji tahu Yogi bohong, tapi biar sajalah, ini bisa dikonfrontasi lagi nanti kalau - kalau mereka kurang bukti seorang Prayogi adalah manusia biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔️] YNWA [BTS Local Fic]
Romans"Terima kasih untuk pertemanan, persaudaraan, dan percintaannya ehe?, cerita ini bukan sekedar kenangan yang kita lalui sama - sama, jadi lebih baik di tulis biar nggak lupa, sekalian bukti si Fajar yang selalu teraniaya , ataupun Bang Reki yang mi...