Hani terjaga semalaman. Tak sekedipun matanya terpejam, padahal besok dia akan berangkat ke Belitung untuk travel vlog yang kesekian.Si cantik itu bangkit dari tempat tidurnya, namun badannya yang terhuyung ke depan menandakan dirinya sama sekali tidak siap untuk keluar rumah pagi itu. Padahal Hani tidak ingin berlama - lama ada di Jakarta.
"Sialan!" Umpatnya, kemudian kembali berbaring di ranjangnya.
Bukan sekali dua kali Hani tidak tidur semalam suntuk, tapi mungkin, tubuhnya baru menyerah sekarang.
"Mbok. ." Panggil Hani.
Tapi tak ada ada jawaban dari si Mboknya.
Ah ya. . Sepertinya si Mbok belum kembali dari kampung karena anak sulungnya hajatan.
Hani meraih ponselnya, Opik adalah pilihan terakhirnya dan satu - satunya.
Hani terdiam sejenak. Wallpaper ponselnya masih foto Genta.
Bahkan hanya melihat Genta dari wallpapernya saja bisa membuat Hani sebahagia itu.
Buru - buru Hani mendial nomor dua untuk speed dial Opik, karena tidak baik jika berlama - lama memandangi foto Genta yang kelewat ganteng itu.
Panggilan terjawab dalam empat kali dering.
"Assalammualaikum Aa. ." Sapa Hani.
"Walaikumsalam neng, kunaon nelpon pagi - pagi?" Opik balas menyapa dengan suaranya yang kelewat semangat seperti biasanya.
"Aa. . Beliin neng paracetamol dong, nggak enak badan ini," Pinta Hani.
"Neng teh sakit? Sebentar Aa ke rumah. Teu boleh ngapa - ngapain nya! Tunggu Aa sampe,"
"Hmm. . . Makasih Aa,"
"Sama - sama,"
Lalu Hani meletakkan ponselnya kembali keatas meja nakas. Kemudian si cantik itu kembali memejamkan matanya karena rasa pusing yang dirasakannya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
."Neng. . Neng Hani. ." Hani baru membuka matanya saat ia merasakan ada guncangan halus pada bahunya.
"Aa. . Paracetamolnya ada?" Tanya Hani sambil berusaha duduk, dan tentu saja Opik membantunya.
"Ini nih, tapi si neng teh meni pucet kitu! Ke dokter nya?" Bujuk Opik.
Hani menggeleng.
"Nggak usah Aa, neng tiduran bentar juga baikan." Ucap Hani sambil mengambil paracetamol dari tangan Opik dan meminum sebutir.
"Terakhir kali kamu bilang baik - baik aja, besoknya teh kamu masuk rumah sakit tipus neng, jangan bandel ah." Hani tertawa kecil. Disaat seperti ini dia merasa bersyukur Opik terlahir menjadi saudaranya. Meski bukan saudara kandung tapi Opik memang sesayang itu padanya.
"Ke dokter ya?" Ulang Opik sambil mengusap kepala Hani, lalu memeriksa panas di dahinya.
Hani akhirnya mengangguk. Semakin cepat dia pulih semakin baik, siapa tahu dia masih bisa kabur ke Belitung setelah penerbangannya di reschedule.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
."A. . Aa. . " Opik yang menunggu Hani berganti baju di luar kamar Hani langsung berlari ke dalam ketika Hani memanggilnya setengah berteriak.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔️] YNWA [BTS Local Fic]
Romance"Terima kasih untuk pertemanan, persaudaraan, dan percintaannya ehe?, cerita ini bukan sekedar kenangan yang kita lalui sama - sama, jadi lebih baik di tulis biar nggak lupa, sekalian bukti si Fajar yang selalu teraniaya , ataupun Bang Reki yang mi...