'Jar, langsung ke ruangan Pak Deni ya, urgent.'Fajar langsung menemukan sehelai sticky note bewarna hijau stabilo tertempel di meja kerjanya begitu ia sampai disana. Ini sudah bulan ke empat Fajar berstatus staff IT di perusahaan yang sama dengan Yogi dan Opik. Dan Pak Deni yang dimaksud tadi adalah atasan Yogi. Begitulah hari - hari Fajar.
Segala keluh kesah menyangkut laptop, komputer, printer, bahkan tablet pribadi karyawan adukan saja pada Fajar. Meskipun ada tiga orang staff IT yang juga se ruangan dengannya, nyatanya seisi kantor sepakat memilih jajaka berwajah unyu itu sebagai akang laptop terfavorit.
Jika dilihat dari tulisannya, sticky note tadi pasti dari Mba Reni si sekretaris Pak Deni yang paling rajin mengadukan keluh kesah gadgetnya pada Fajar.
Segera Fajar bergegas melangkah ke ruangan si Bos yang pintunya selalu tertutup rapat dan jika pintunya terbuka, maka aroma Marlboro bercampur Paco Rabanne plus hawa sejuk AC inferter akan langsung menyambut. Hawa yang sebenarnya membuat Fajar tidak nyaman.
"Assalamu'alaikum Pak. Permisi." Tidak lupa Fajar mengetuk dulu pintu kaca itu sebelum masuk.
"Jar. Ini Jar, aduh ini HD saya kemaren dipake si ibu negara isi filenya dikosongin. Abis udah bahan presentasi lobi lobi diganti sama drama korea." Pak Deni sepertinya panik luar biasa akibat ulah istrinya sampai tidak menjawab salam Fajar.
"Filenya ada di folder apa di luar aja Pak?" Tanpa menatap balik muka si Bos, Fajar langsung saja memulai tugasnya.
"Ada di folder, ada yang di luar juga Jar." Pak Deni masih belum berhenti bolak balik sambil menggulung lengan kemejanya.
"Pak Yogi nggak nyimpen copy filenya Pak?" Fajar masih berusaha mengutak atik supaya si file yang terlenyapkan itu bisa balik lagi.
"Itu dia Jar. Pas udah finishing saya suruh apus bersih dari laptopnya si Yogi. Biar itu file aman di saya aja. Aaaa sial emang ini drama Korea."
"Tender besar ini masalahnya. Makanya saya mau filenya aman. Saking amannya malah di apus. Asu!"
Pak Deni yang masih menggerutu itu mulai lelah lalu berdiri disamping Fajar."Bismillah ya Pak. Insya Allah bisa dibalikin lagi. Tapi agak lama gitu Pak prosesnya." Fajar balik menatap bosnya.
"Berapa lama tu? Ini meeting paling telat 2 jam lagi udah harus mulai. Kayaknya klien malah udah otw kesini. Si Bono udah saya suruh jemput ke hotelnya dari hampir sejam yang lalu." Si bos malah makin panik.
"Ya paling lama segitu Pak." Baiknya dijawab begitu saja pikir Fajar.
"Oalaah si Mboooook. Bojoku iki yo ampun ampunan!" Keluar sudah jawanya Pak Deni.
"Ya udah. Kerjain aja dulu." Pak Deni keluar ruangan sambil membanting pintu kaca ruangannya.
Lebih kurang begitulah hari seorang Fajar sebagai seorang staff IT sebuah kantor yang lumayan besar. Seseorang akan mendatanginya dengan wajah kusut dan panik, berharap Fajar segera saja mengeluarkan tongkat ajaibnya lalu voila, si gadget sembuh total. Jujur saja Fajar kadang jenuh dengan itu. Tuntutan tak kasat mata dari mereka yang mencarinya. Seolah Fajar punya tangan malaikat penyembuh. Seringkali dengan embel - embel 'Bisa selesai cepet kan ya Jar? Kerjaan gue deadline bangeeet.' Ditambah wajah memelas yang entah betulan atau akting. Fajar juga tidak tau.
Beberapa bulan bekerja disini membuat Fajar memahami satu hal. Hampir semua karyawan di kantor itu suka menciptakan deadline untuk dirinya sendiri. Punya semboyan semua akan selesai disaat kepepet. Mereka akan santai saat menerima tugas, pasang sticky note di cubicle kapan kerjaan itu harus diserahkan, lalu santai lagi sampai tanggal di sticky note itu tinggal 2 atau 3 hari lagi saja. Bahkan ada satu orang yang semua karyawan panggil Seno H-1.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔️] YNWA [BTS Local Fic]
Romance"Terima kasih untuk pertemanan, persaudaraan, dan percintaannya ehe?, cerita ini bukan sekedar kenangan yang kita lalui sama - sama, jadi lebih baik di tulis biar nggak lupa, sekalian bukti si Fajar yang selalu teraniaya , ataupun Bang Reki yang mi...