Reki: 7

1.2K 265 101
                                    


Reki memandang sekali lagi ponselnya. Percakapan dengan Ibu barusan membuatnya termenung untuk sepersekian detik.

"Bapake wis sakit begitu, pulang bae lah. ."

Pulang.

Pulang dalam arti ia harus meninggalkan apa yang sudah ia bangun di Jakarta demi kelangsungan yang sudah jaya di Tegal sana.

"Rek. ." Reki tak kunjung menoleh pada Bram yang sudah memanggil untuk kedua kalinya.

"Reki!" Ulang Bram kali ini lengkap dengan guncangan di bahu sang sepupu.

Pulang berarti Reki harus menunda apa yang sudah ia rencanakan matang - matang dengan Kaka dan keluarga.

"Hah, opo?" Tanya Reki sedikit kaget.

"Inyong wis manggil berkali - kali loh! Opo kata Ibu?"

"Inyong disuruh balek. Bapak masuk rumah sakit. Jantungnya kumat." Jelas Reki dengan nada lesu.

"Ya wis pulang, biar inyong sama yang lain jaga Meraki. Ada si Pajar ini." Reki menatap Bram dengan penuh syukur. Sebuah keputusan yang benar menyeret sepupunya itu ke Meraki beberapa tahun yang lalu.

"Inyong ndak tahu kapan bisa balek kesini bro. Mungkin agak lama."

Bram mengangguk - angguk, lalu berkata, "Pulang dulu koen, masalah itu nanti bae pikirin. Ojo kaya inyong lah, yang telat nyamperin Ibu terus inyong nyesel si Ibu pergi." Reki lalu teringat kejadian sekitar lima tahun lalu, Bram masih bertahan di kampus karena musim ujian sedang Ibunya tanpa ia tahu sedang meregang nyawa di rumah sakit akibat kanker paru - parunya.

"Wis ngomong sama si Kaka?"

Reki menggeleng, kemudian berkata, "Nanti malem lah inyong ke rumahnya, sekalian ijin sama orangtuanya."

"Good luck koen. Salam juga buat Ibu sama Bapak ya." Bram menepuk bahu Reki, memberi semangat pada sang sepupu.

.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Assalammualaikum, Bang. Kenape nelpon?" Sapa suara Kaka di seberang sana.

"Walaikumsalam. Lo lagi dimana?" Tanya Reki.

"Gue. . Di rume aje sih. Kagak kemane - mane. Mau ke rume?"

"Iya. . Gue mau ke rumah lo abis magrib. Nyak sama Babe ada?"

"Ade. . Ade kok." Jawab Kaka.

"Oke gue ke rumah lo abis magrib deh."

"Bang Rek. ." Reki tidak jadi mematikan panggilan karena Kaka sepertinya ingin menyampaikan sesuatu.

"Opo Dek?" Reki tersenyum kecil. Dia tahu Kaka geli dipanggil begitu.

"Iyuuuh Bang. ." Kaka menjeda dengan tawanya sebelum melanjutkan, "Bawain karedok dooong hehehe~"

Kalau Dek Kaka sudah berkata mana bisa Bang Reki menolak?

"Siap. . Nanti gue bawain."

"Makasih ye Bang ye,"

"Sama - sama Dek," Goda Reki lagi.

"Ihhh geli Bang."

"Nggak boleh gitu. . Harus dibiasakan. ."

"Ya Allah Bang, ude ah, gue tutup ya! Gue tunggu karedoknya, Assalammualaikum!"

"Walaikumsalam Dek Kaka, hahahaha,"

"BANG REKI APADAAAH LOOOO IHHH!" Lalu panggilan terputus dengan suara tawa Reki yang bak bunyi wiper kaca itu.

.
.
.
.
.
.
.
.
.

[✔️] YNWA [BTS Local Fic]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang