Opik: [Finish]

1.5K 295 208
                                    


Semburat fajar subuh menemani langkah Opik yang tengah berjalan gontai menuju rumahnya.

"Assalamu'alaikum calon manten, udah deg deg an?" Pak Hedi tetangga Opik yang tadi juga sholat subuh berjamaah di mushola mensejajari langkah Opik.

"Waalaikumsalam Pak Hedi, asa marathon euy jantung teh Pak." Jawab Opik lalu keduanya tertawa.
Opik sungguh - sungguh dengan jantungnya yang marathon sejak kemarin dan rasanya sudah mau melompat keluar. Padahal prosesi ijab qobul baru akan berlangsung 6 jam lagi. Ia bahkan takut mendadak tumbang karena serangan jantung sebelum resmi berganti status.

Setelah 27 tahun menunggu, akhirnya seorang Taufik Naufal Ibrahim menemukan satu tulang rusuknya yang hilang.

Tidak pernah ia menyangka pemilik tulang rusuk itu adalah kakak kandung sahabatnya sendiri. Berparas cantik, ayu dan terdidik dalam agama yang baik.

Opik sejujurnya masih tidak percaya dirinya akan berjodoh dengan seorang Farah. Namun rencana Sang Pencipta adalah sesuatu yang tidak akan pernah manusia sangka - sangka bukan?

.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Coba GR dulu bedua sini." Aji menarik Opik dan Fajar untuk duduk berhadapan kemarin malam. Mereka sepakat mengadakan pesta bujang untuk Opik di rumah orang tua Hani.

"Eh iya ya, besok koen salamannya sama si Fajar." Reki ikut duduk disebelah Aji dan Oik yang sudah lebih dulu ambil tempat.

"Nggak boleh gagu Aa. Sekali napas harus lancar." Oik sebagai senior ijab qobul geng rinso memberikan ilmunya.

"Jangan - jangan belom pada hapal." Yogi dengan tawa cemoohnya yang biasa akhirnya ikut mendekat ke meja ijab qobul dadakan itu.

"Oke ya, GR take satu." Ucap Aji lagi.

"Dikira shooting sinetron." Sambut Genta lalu mereka tertawa lagi.

"Eheemmm." Keriuhan itu mendadak tenang setelah deheman Fajar.

"Saudara Taufik. Saya terima..."

"Ei yang nerima teh urang Jar." Tangan Opik yang menjabat Fajar langsung terlepas. Diikuti tawa penonton yang sedang menyimak.

"Ah elah si Fajar. Baru juga GR udah grogi." Oik tertawa lagi setelahnya.

"Maap maap. Hahahaha." Fajar memegang perutnya yang keram karena kebanyakan tertawa.

"Take dua take dua." Seru Aji.

"Serius atuh Jar." Opik menjabat lagi tangan Fajar tapi yang dijabat malah kembali tertawa lepas. Pada akhirnya GR yang dimaksud pun tidak pernah selesai.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Aa! Ya ampun dari tadi dicariin. Eta hape bunyi - bunyi mulu dari tadi."
Opik yang baru muncul diambang pintu utama terkejut dengan suara lantang adik sepupunya. Sudah pasti si adik ipar juga ada bersamanya.

"Genta mana neng?" Ia mendekat menerima ponsel yang disodorkan Hani.

"Ada di dalem lagi sama Abah."

"Telpon dulu nya." Opik tersenyum lalu berbelok ke taman anggrek Ibu.

"Assalamu'alaikum." Sahut seseorang diseberang sana.

"Waalaikumsalam. Punten nya Neng baru nyampe rumah. Tadi keluar teu bawa hape." Merasa kadar rindu akan bisa berkurang mendengar suara itu, nyatanya Opik malah makin rindu. Nyaris tiga minggu tidak bertemu ternyata mampu membuatnya uring - uringan.

[✔️] YNWA [BTS Local Fic]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang