(First of all, ini kejadiannya sebelum Oik - Ica jadian yaaaa ekekeke)
Dahi si tampan Aji berkerut ketika ia menginjakkan kaki di jurusan Bahasa Inggris. Kemarin - kemarin Oik masih menemaninya. Tak ada Oik, Jeni pun setia mengantar dan menunggu ke ruang dosen manapun asal masih jurusan Bahasa Inggris.
Tapi sekarang Aji asli hilang arah. Dua penunjuk arahnya itu tak terlihat selama berhari - hari disana.
Sejak kejadian ulang tahun Oik yang masih misteri karena Oik masih bungkam dan mendadak tidak bisa dihubungi, Jeni anehnya juga ikut mengabaikan Aji.
Tak ada balasan pesan seperti hari - hari sebelumnya. Tak ada berbalas komentar di instagram, bahkan puluan ping Aji pun tidak di read adik sepupu Genta itu.
Aji salah apa lagi? Bingung Aji tuh!
Begitu pikirnya.
Kenapa isi kepala wanita itu serumit itu untuk diurai?
Apa salahnya tinggal bilang kalau Aji emang ada salah dari pada menjauh?
Ya kan?
Dan setelah berhari - hari kebingungan akhirnya Aji mendapatkan jawabannya hari itu.
Hari ketika ia gabut ke Bahasa Inggris dan bertemu Jeni yang sedang menunggu dosen pembimbingnya.
"Assalammualaikum, maaf apa disini kosong?" Tanya Aji pada Jeni yang terlalu fokus melihat layar laptopnya.
"Walaikumsalam, duduk. . " Jeni mengangkat wajahnya, kemudian melanjutkan, "Eh elo,"
"Kenapa kalau gue emang? Muka gue ngingetin lo sama tagihan utang? Gitu amat liatinnya." Canda Aji.
"Gue lagi nggak mood becanda Ji," Ucap Jeni ketus.
Okay, they basically got back to the cold shoulder phase.
"Makanya gue becanda biar mood lo bagus lagi mbak," Aji masih berusaha biasa saja, padahal dalam hati gereget mau nanya kan, 'Salah gue apa lagi Jen? Apa ada yang jelek - jelekin lo pake nama gue lagi? Sini gue kepret orangnya!?'
"Jen, giliran lo." Begitu bunyi perkataan seseorang yang baru keluar dari ruang dosen barusan.
Tanpa menoleh, apalagi sampai mengucap 'tungguin gue Ji' seperti biasanya, Jeni langsung berdiri dari dudukannya dan berjalan meninggalkan Aji yang hanya bisa melongo clueless.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Sedari tadi omongan dosen pembimbingnya lewat begitu saja di telinga Jeni.
Setiap Mam Dira bertanya, 'Do you understand what I mean?' Jeni akan mengangguk, padahal entah apa yang dibicirakan dosennya itu.
And thanks to Aji yang berhasil mengacaukan kepalanya saat itu. Well, tidak hanya saat itu sih, sejak Oik - Ica gonjang - ganjing Jeni jadi ikutan kesel ke Aji, bahkan ke Fajar dan Genta sekalipun.
That's her nature.
Protect what she loves no matter cost.
Walaupun Jeni jadi korban perasaan, karena sebenarnya dia sama sekali tidak membenci Aji. Yang salah cuma Oik.
Kalau Lisa nggak nangis - nangis ke Jeni supaya jangan samperin Oik, mungkin nggak ada yang tahu akan sememalukan apa Jeni ngamuk ke kosan Parjo nantinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔️] YNWA [BTS Local Fic]
Romance"Terima kasih untuk pertemanan, persaudaraan, dan percintaannya ehe?, cerita ini bukan sekedar kenangan yang kita lalui sama - sama, jadi lebih baik di tulis biar nggak lupa, sekalian bukti si Fajar yang selalu teraniaya , ataupun Bang Reki yang mi...