Yogi: 4

2.1K 345 144
                                    



Tak terasa sudah enam bulan lebih Yogi dan Mila memutuskan untuk setuju dengan perjodohan mereka. Dan selama enam bulan itu pula lah hubungan mereka lancar jaya, bagai internetan di depan gedung telkom yang ada spot wifi.id. Itu heuheuheu.

Malam itu, Ibu Lili menelpon si bungsu, Prayogi.

"Lim. . Tadi Ibu ketemu sama Om sama Tante Wijaya. Jadi. . Gimana menurut kamu kalau pertunangan kalian di percepat aja? Toh kamu sama Mila sama - sama setuju ini," Yogi nyaris tercekik es kopi hitamnya ketika mendengar opening speech si Ibu.

"Lim! Denger Ibu ndak!?" Si Ibu yang merasa tercueki protes.

"Denger, denger Bu, terus gimana?" Yogi bingung mau respon apa bruh. Dia belum pernah punya tunangan sebelumnya. Mendengar kata itu saja, asli jantungnya dag dug seer~

"Ya kamu setuju ndak? Makanya Ibu telepon kamu dulu. Tante Wijaya sudah ngomong sama Mila, nah sekarang Ibu nanya kamu."

"Mila jawab apa Bu?" Tanya Yogi was - was.

"Milanya ndak masalah katanya, sekarang tinggal tanya kamu,"

"Bu. . Yogi boleh tanya Mila dulu ndak? Nanti Yogi telpon balik."

"Ya sudah, tapi jangan lama - lama ya,"

Lalu panggilan terputus. Si Bapak Prayogi menggaruk kepalanya yang tak gatal, yang mau nikah dia ini lah kenapa si Ibu yang ngebet?

Sembari mengetuk - ngetukkan jemari di meja kerjanya, Yogi berpikir apa yang akan ia tanyakan pada Mila.

Seperti orang sakit jiwa, ia bergumam sendiri.

"Mil. . Kamu yakin mau nikah sama saya?" Lalu ia menggeleng sendiri karena merasa tidak puas dengan pertanyaan yang terdengar sangat tidak yakin itu.

"Kamilia. . . Saya ini masih banyak kurangnya. Saya juga bukan orang yang cepat tanggap tentang perasaan, sebut saja kurang peka. . Saya. . Anjir banyak banget kurangnya gue,"

Lalu entah kerasukan apa, kalimat Oik saban hari malah terngiang di kepalanya, 'Jangan kebanyakan mikir Ko, nanti lo kalah sama timing,'

Berbekalkan petuah Oik si Cassanova Padang - Betawi itu Yogi akhirnya tanpa pikir panjang langsung mendial nomor Mila.

Milanya yang manis itu. Ya, yang itu.

Tidak butuh waktu lama untuk panggilannya terjawab, seakan si nona di seberang sana juga sudah menanti telpon darinya.

"Halo. ." Sapa Yogi duluan.

"Halo. . Mas Yogi. . Kenapa nelpon?" Yogi selalu suka bagaimana Mila memanggilnya dengan embel - embel Mas itu. Telinganya sudah terbiasa mendengar Mila yang memanggilnya begitu.

"Tadi saya di telpon Ibu, Mil. ."

"Oh. . Mau nanyain yang masalah pertunangan kita ya Mas?"

Kenapa si Mila bisa enteng banget ngomong kaya gitu? Gue aja masih deg - degan mikir kalau itu cewek bakal jadi tunangan gue?

Pikir Yogi.

"Mas Yogi. ." Panggil Mila.

"Ya. . Oh. . Iya. . Saya mau nanya itu ke kamu."

"Mas Yogi bukannya udah tahu jawaban Mila apa ya?" Ada nada malu dalam pertanyaan Mila yang mau tak mau juga membuat pipi Yogi agak memanas, entah karena Jakarta yang mendadak jadi gurun sahara atau karena hal lainnya.

[✔️] YNWA [BTS Local Fic]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang