Fajar: 6

1.6K 283 124
                                    



Hujan yang turun selama beberapa jam berhasil menyejukkan hawa Jakarta sore itu. Selain genangan air dimana - mana, hujan agaknya juga membawa hawa mager hampir ke seluruh penduduk ibu kota. Weekend dan hujan adalah waktu yang sempurna untuk berleha – leha di atas kasur. Namun hal itu rupanya tidak berlaku bagi Fajar, Aji dan Oik. Sejak hujan masih turun, ketiganya bahkan sudah rapi jali dengan style masing – masing.

"Ke Meraki kita bro." Tawar Oik saat hujan mulai deras, satu jam sebelum mereka mulai berbenah.

"Ujan gini? Mager." Aji tidak melepas pandangan dari One Piece ditangannya.

"Kasur lebih menggoda Rik." Fajar malah sudah ambil ancang – ancang mau tidur siang.

"Justru lagi ujan gini. Sepi bro, wifi bebas kayak jalan tol. Gimana – gimana?" Oik dengan skill orang Padang asli yang terkenal jago tawar menawar.

"Bener juga lo. Donlotan kemarin kan belom jadi." Aji duduk lalu memandang Oik dengan senyum kotaknya plus naik turun alis.

"Akang Fajar bagaimana?" Dua pasang mata menatap Fajar.

"Kuy lah."

Lalu berangkatlah tiga manusia tampan itu menuju Meraki. Menembus jalanan ibu kota yang terbilang lengang ditengah week end yang disiram hujan dan penuh genangan air.

.
.
.
.
.
.
.
.
.

Persis dugaan Oik, Meraki sore itu tidak sepadat week end biasanya. Hanya ada 4 meja saja yang terisi dalam area tertutup dan 5 meja di area terbuka. Seperti biasa mereka langsung menuju open space, meja besar dengan 8 kursi yang letaknya dekat dengan dapur dan back office. Aji dan Oik berjalan saling mendahului untuk bisa duduk di posisi dekat colokan. Sedangkan Fajar yang biasanya jadi pemenang acara rebutan colokan sekarang berjalan paling belakang sambil menggendong kucing gemuk berbulu coklat.

"Hari ini bayar geng. Sepi lapak inyong." Sapa Reki begitu ketiganya duduk di kursi masing – masing.

"Tega lo Bang. Baru juga duduk." Aji dengan wajah manyunnya.

"Orang pelit nikahnya pending." Sambung Fajar.

"Justru itu. Koen kabeh mesti bayar kalo lapak sepi. Jangan pelit koen. Inyong kan lagi ngumpulin modal nikah."

Ketiganya kompak pasang muka jijik. Sejak rencana lamarannya terbongkar, Reki malah lebih sombong dari Yogi kalau sudah perkara nikah.

"Ya udah itung aja. Lagi push rank ni. Dilarang ribut." Oik mulai fokus dengan ponselnya. Begitupun Aji dengan notebooknya. Dua orang ini selalu punya dunia sendiri jika sudah berhadapan dengan gadget. Apalagi Oik dengan gamenya. Pada akhirnya Fajar pun cengo.

'Teu aya beda nya didieu atau dikosan. Sorangan deui urang teh. Mana nggak bawa note book. Heuuu gublu maneh.'

Fajar bermonolog, lupa dengan kucing coklat yang dari tadi nyaman bergelung dipangkuannya. Makhluk gemuk berbulu coklat itu langsung akrab dengannya sejak pertama kali dihadiahkan Teteh satu bulan yang lalu. Sejak Aji ikut – ikutan jadi bucin, week end Fajar memang sudah berbeda.

Tidak ada lagi adu PS bareng Aji sampai adzan subuh. Untung sekarang ada Dudu. Kucing belasteran hadiah Teteh yang kata Aji kembaran Fajar dari spesies berbeda.

"Iya kan? Si Dudu tu sipit, bulet, bantet. Kayak lo udah, sama." Jawab Aji saat Fajar bertanya apa miripnya dia dengan Dudu. Mulut Aji memang kadang sama racunnya dengan Yogi kalau sudah membuli Fajar. Ia bisa apa selain diam dan bilang sabar berkali – kali.

[✔️] YNWA [BTS Local Fic]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang