Setelah pulih dan diperbolehkan pulang ke rumah, hal pertama yang terlintas di benak Hani adalah menepati janjinya ke Gina.Terlepas bagaimanapun dia dan Genta, Hani merasa ia tidak boleh memutus silahturahmi dengan keluarga Genta yang rasanya sudah seperti keluarga ketiganya (yang kedua itu keluarganya Opik pastinya) apalgi Mama sama Gina yang juga sesayang itu sama dia.
Gadis itu mematut pantulannya di cermin sekali lagi sebelum menyusul Opik yang menunggu di ruang tamu.
"Udah neng?" Tanya Opik saat melihat Hani yang sudah turun dari kamarnya lengkap dengan kaftan putihnya, soalnya kata Gina sekalian tasyakuran rumah barunya sama Bima, jadi kaftan adalah pilihan paling appropriate lah.
"Udah Aa. ." Hani mengangguk sambil memasang sepatunya.
"Neng. . Nggak apa - apa kan?"
Hani tahu betul maksud pertanyaan Opik. Kalau mau jujur - jujuran mah, hatinya belum kuat ketemu Genta. Selama di rumah sakit saja Hani sangat bersyukur Genta tidak masuk ke dalam dan menemuinya.
Ya, Hani tahu. Hani tahu Genta suka datang diam - diam dan mengintipnya dari jendela. Gadis itu pernah memergoki Genta sekali. Kalau tidak, suster yang merawatnya selalu membocorkan setiap kali Genta datang.
"Mbak, itu yang di luar pacarnya ya? Kenapa nggak di suruh masuk aja Mbak? Mas itu berdiri disitu dua hari ini loh,"
'Gimana aku bisa lupain kamu gitu aja Ta? Gimana? Kalau setiap hari aku udah bayangin gimana rasanya pulang ke kamu. Gimana kita pulang ke dalam pelukan masing - masing. Kalau bukan kamu, itu bukan rumah aku Ta.'
"Nggak apa - apa kumaha Aa? Neng teh nggak apa - apa, udah nggak oleng lagi." Jawab Hani dengan senyumnya yang kentara sekali paksaannya.
Opik pun tahu sebenarnya Hani paham pertanyaannya apa, tapi ia biarkan saja. Karena kalau bertanya lagi tidak akan membuat keadaan Hani jadi lebih baik.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
."Taa. . " Panggilan Gina membuat Genta menghentikan kegiatannya membentang karpet di ruang tamu.
"Kenapa Kak?" Tanya Genta.
'Mungkin ada yang kelupaan yang belom di beli kali?'
Pikir Genta.
"Gue undang Hani. Nggak apa - apa kan?"
Genta terdiam sejenak. Mendengar pertanyaan Gina, agaknya kakaknya itu sudah tahu masalahnya dan Hani.
"Nggak apa - apa Kak. Emang gue anak SMP? Yang kalau putus terus musuhan sampe kiamat?" Ada nada jenaka dalam ucapan Genta, tapi tetap saja, sebenarnya ia galau luar biasa.
"Bener juga sih. . Gue doain kalian balikan deh. . Gue sama Mama udah terlanjur suka sama Hani, Ta. Tapi apapun keputusan kalian berdua kita hargain kok. Kalaupun kalian nggak jodoh, Hani tetep adek perempuan yang nggak gue dapet dari Mama hehe,"
"Makasih Kak." Ucap Genta tulus.
"Buat apa?"
"Buat sesayang itu juga sama Hani. Jadi dia nggak kesepian mulu, anak tunggal soalnya haha."
"Diiiih lo masih sayang kan sama dia? Jujur deh!" Gina meninju lengan Genta.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔️] YNWA [BTS Local Fic]
Romance"Terima kasih untuk pertemanan, persaudaraan, dan percintaannya ehe?, cerita ini bukan sekedar kenangan yang kita lalui sama - sama, jadi lebih baik di tulis biar nggak lupa, sekalian bukti si Fajar yang selalu teraniaya , ataupun Bang Reki yang mi...