Fajar: 8

1.3K 267 91
                                    



Siang sudah berganti sore saat Fajar melangkah menuju parkiran Meraki berserta Atta di belakangnya. Hari itu mereka kebagian shift tergabut kalau kata kru Meraki. Shift pagi artinya hanya akan benar - benar sibuk menjelang pukul 12 siang atau 4 jam saja sebelum jam kerja mereka selesai. Tak heran kalau mereka menyebut shift pagi sebagai shift gabut.

Seperti kemarin - kemarin, dua orang yang bingung harus disebut apa itu akan berboncengan menuju kosan yang nyatanya searah dalam mode hahahihi yang juga kurang jelas. Sebut saja mereka sedang terjebak dalam sesuatu yang disebut zona rawan HTS. Sesuatu yang sebenarnya menjadi pikiran bagi Atta belakangan ini. Yang membuatnya sering hanya ikut tertawa saja dalam lawakan Fajar tanpa ikut menyumbang lawakan balik.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Lo udah jadian ya sama Fajar?" Suatu hari Eva teman sekamarnya pernah bertanya saat Atta diantar pulang Fajar untuk kali keenam.

"Nebeng doang kok. Dia juga pulangnya lewat sini. Jadi sekalian aja. Lumayan ngirit." Jawab Atta waktu itu namun hatinya seketika ikut bertanya.

"Nebeng doang sih biasanya pas nyampe langsung bubar jalan Ta. Nggak pake pesan dan kesan sama senyum - senyum penutup." Waktu itu Atta ikut tertawa dengan Eva.

Setelahnya, pertanyaan Eva menjadi buah pikir Atta yang awalnya tidak mau aneh - aneh dengan perasaan senang jika sedang bersama Fajar dan juga perasaan senang saat mereka berbalas pesan. Atta memang tidak pernah tahu bagaimana rasanya pacaran walau hanya untuk disebut sebagai cinta monyet. Atta saat abege lebih senang diam di depan komputer dengan desain dan gambar yang ia pelajari secara otodidak. Atta saat SMA pun tidak jauh berbeda. Ia bukan anak SMA yang kesana kemari bersama genggesnya lalu heboh dengan obrolan tentang senior tampan, grup kpop menawan, drama korea booming, atau dunia Hollywood sana. Ia justru makin konsen dengan hobi desainnya yang membuatnya yakin dengan bakat dan tujuan akan kemana setelah lulus SMA.

Namun semangatnya dipatahkan saat seluruh keluarganya yang memang berbisnis itu beranggapan bahwa seni desain yang Atta miliki tidak akan mampu membuatnya bertahan hidup.

Bantahan yang pada akhirnya membuatnya memilih untuk menjauh ke Jakarta seorang diri. Ya, baru kali ini Atta tahu bahwa seorang pria bisa membuat hidupnya terasa lebih bahagia. Dan pria itu bernama Fajar.

"Akhirnya jatuh cinta juga temen gue ini. Alhamdulillah. Gue sempat mikir mau pindah kamar takut lo belok Ta. Gue pengen numpeng. Hahahahaha."

Kalimat nyeleneh Eva itu terngiang kembali. Jatuh cinta?

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Ta, jadi nggak nih?" Fajar agak menaikkan nada bicaranya sambil tetap mengendarai motornya.

"Hah? Apa?"

"JADI TA?" Suara Fajar yang meninggi mengembalikan Atta yang tadinya melamun.

"Bengong mulu euy si Ibu dari tadi."

Fajar lagi - lagi menyebutnya begitu. Jujur saja, Atta tidak suka. Sebutan Ibu PW yang awalnya diberikan oleh abang - abang gengnya Fajar itu terdengar biasa saja ditelinganya. Tapi saat sebutan itu juga keluar dari mulut Fajar, Atta mulai tidak suka. Seolah semua perhatian Fajar belum cukup ambigu.

"Jadi makan sate langganannya Oik nggak? Katanya kemarin lo mau nyobain." Tanya Fajar lagi.

"Udah deket kan? Jadi jadi." Jawab Atta teringat obrolan mereka sebelum bubaran shift tadi.

[✔️] YNWA [BTS Local Fic]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang