Paper Wall - Sembilan

588 138 22
                                    

“Kau mendengarku?”

Pertanyaan yang Kyungsoo lontarkan membuat Mia segera menurunkan tangannya yang sudah berlaku kurang ajar. Ia melihat ke sekitarnya asal tidak pada Kyungsoo sambil bilang, “Heung, ternyata kau tampan juga.”

Kyungsoo melepaskan genggamannya dan menghela napas, ia mencoba melupakan kejadian awkward barusan dengan mengingat beberapa metode yang akan ia beritahukan lagi pada Mia.

Ah, tidak bisa tidak bisa! Aku harus fokus untuk belajar!” ujar Mia sambil menampar pipinya sendiri berkali-kali dengan pelan. “Nah, apalagi selanjutnya?”

“Aku rasa kau harusnya bisa melakukan apa yang tadi kukatakan sebelumnya.” Mia mengangguk lalu mulai memperhatikan keadaan sekitarnya dengan detail. Bola matanya menerawang ke segala arah tanpa merubah posisi tidurnya. “Selanjutnya … menurutku akan lebih baik kalau kau memejamkan mata dan kita beralih ke metode berikutnya. Itupun kalau kau sudah merasa cukup untuk melihat keadaan.”

Mia bergeming sekitar 10 detik, lalu ia memejamkan matanya.

“Dengar. Pahami apa yang kau dengar dari mulai nada, intonasi, volume, penekanan suara, hingga macam-macam bunyi.” Penjelasan Kyungsoo membuat Mia mengerutkan keningnya. Karena lumayan bingung, Mia mendengarkan setiap suara yang mampir ke telinganya. Sedetail mungkin saking inginnya bisa mengendalikan mimpi.

Suara TV dari ruang tengah, suara jam dinding, suara detak jantungnya sendiri, suara angin malam di luar, lalu …

“ … Baby Good Night. Kkumsoge geuryeobodeon sungane nan. Geudaero meomchwobeorigoman sipeo. Dasi neol nae pume angireul wonhae, ajik …” (Selamat malam, sayang. Saat aku sedang memimpikanmu. Aku ingin berhenti saat itu juga. Aku ingin memelukmu lagi, namun …)

“…”

“ …Nega geuriwo nan. Eodiseodo neoreul chaejul su eopseo. Neon eopsneunde. Areumdaun I bameun doraogo. Amugeosdo namji anheun binjarineun keojyeo, jakkuman.” (Aku merindukanmu. Aku tak bisa menemukanmu di manapun. Malam yang indah kembali. Tempat yang kosong tumbuh kian membesar. Terus berlanjut.)

… Mia mendengar suara merdu milik Kyungsoo.

Lelaki itu menghentikan nyanyianya dan menelan ludah, ia segera menggerakkan bola matanya ke sekitar dan kembali melihat wajah damai Mia yang tengah terpejam.

Apa yang tadi aku lakukan?’ batin Kyungsoo bertanya-tanya. Sebenarnya situasi sekarang hampir mirip dengan kejadian di masa lalu. Di mana ia pernah mengajarkan Ji Hyun untuk mengendalikan mimpi. Salah satu metodenya adalah dengan bernyanyi seperti tadi.

Sayangnya Kyungsoo lupa, sekarang yang ia ajarkan itu Mia. Bukan Nam Ji Hyun, kekasihnya yang sudah meninggal.

Sekarang aku harus bagaimana?’ batin Kyungsoo bingung sendiri. Dengan pertimbangan yang cepat, Kyungsoo menggoyangkan tangan Mia.

“Apa kau mendengarku?” tanya Kyungsoo pelan. Karena tak mendapat respons, Kyungsoo mendekatkan wajahnya sedikit dan ia langsung bisa mendengar Mia mengorok. “Apa dia—"

“…”

“Yak!” Kyungsoo menggoyangkan Mia dengan cukup keras, tapi gadis itu seakan tak mendengarkan pekikkannya. “Astaga! Dosa apa dia sampai harus bertemu denganku?”

“Permisi …” Kyungsoo menoleh ke arah pintu dan menemukan Shownu yang sedang menggaruk kepalanya, kaku. “ … Mommy mengajak kalian untuk segera makan malam.”

Kyungsoo berdiri sambil menjelaskan kalau Mia malah tidur di sela-sela latihan. Shownu masuk ke dalam kamar dan menghela napas, ia menjelaskan Mia mungkin akan melewatkan makan malamnya karena gadis itu susah sekali bangun kalau sudah tidur.

Tapi karena malu rasanya jika Kyungsoo ikut makan malam apalagi tidak ditemani oleh Mia, akhirnya ia beralasan harus segera pulang karena ada yang perlu dia kerjakan dan itu sangat penting. Walau sudah dipaksa oleh Shin Hye, Kyungsoo tetap bisa melarikan diri dan pulang ke rumah.

Tentu saja setelah mengirimi Mia pesan singkat tentang kekesalannya.

“Sepertinya dia bukan lelaki yang dingin atau kaku seperti Shownu,” celetuk Shin Hye setelah mengantarkan Kyungsoo ke pintu depan. Shownu yang sudah sibuk mengunyah makan malam mengangguk saja. “aku suka padanya.”

Honey, apa-apaan kalimatmu itu?” tanya Jung Suk yang dibalas dengan tak acuh oleh sang istri. “Padahal dia baru sebentar di sini. Mia itu … kenapa malah tertidur?”

Tak lama terdengar suara langkah kaki mendekat, dan anak gadis yang baru saja dibicarakan itu keluar dari kamarnya. Tanpa berkata apa-apa, dia duduk di meja makan dan mengambil nasi serta lauk pauknya.

“Ternyata kau belum tidur?” tanya Jung Suk sedikit sewot. Mia hanya mengedikkan bahunya lalu mulai mengunyah sambil menyenggol Shownu yang sibuk meliriknya.

“Apa?” tanya Shownu bingung.

“Kyungsoo tidak diantar pulang?” tanya Mia di sela-sela kunyahannya. Shownu mengingatkan Mia kalau lelaki itu membawa mobilnya. Gadis itu mengangguk, lalu tak acuh kembali makan. Sampai ketika Shin Hye bertanya kenapa Mia malah pura-pura tidur, gadis itu menjawab, “Tadi aku gugup. Jadi karena takut dimarahi, aku pura-pura saja.”

Gugup? Mia gugup kenapa? Itu pertanyaan yang muncul dalam benak orang tuanya.




***

Kyungsoo masuk ke dalam kamar setelah makan malamnya selesai, ia duduk di kasur dan membuka ponselnya. Mia, gadis itu belum juga membalas pesannya. Memang pada dasarnya dia itu menyebalkan bagi Kyungsoo, jadi daripada makan hati lelaki itu memilih untuk membuka pesan yang lain.

Setelah dirasa tak ada yang penting, Kyunsoo dengan sangat tiba-tiba ingat apa alasan Mia ingin mengendalikan mimpi.

“Ahh, dia kan author gila,” gumamnya sambil mengetik sesuatu di google. “apa-apaan? Kenapa harus pakai aplikasinya segala?”

Kyungsoo dengan malas men-download Wattpad dan membuat akun. Setelah itu, dia mencoba mencari nama akun MIA_OPPA yang sempat Mia beritahukan padanya tanpa ia minta. Lalu … JJANG! Lelaki itu beberapa kali melontarkan kekagumannya pada apa yang sudah Mia hasilkan lewat tulisannya.

Pembacanya cukup banyak, pengikutnya juga, karyanya apalagi. Tak sia-sia Mia menjadi seorang fangirl, lagipula dia menyalurkan hobby-nya ke sesuatu yang baik.

“Coba aku lihat satu.” Kyungsoo lantas membaca satu karyanya yang berjudul, “One Day in September.” Soalnya cerita itu hanya oneshot, jadi takkan membutuhkan waktu yang lama untuk membaca. Dan sekitar kurang lebih 5 menit berlalu, ia melemparkan ponselnya ke kasur dan mengumpat.

Baekhyun yang mendengar itu saat melewati kamarnya lantas masuk dan bertanya. Ia malahan dengan tak tahu dirinya mengecek ponsel Kyungsoo yang tak sempat diambilnya. Dengan gaya jijik dia berkata, “Ew, kau jadi gay sekarang? Sejak kapan kau membaca BL begini?”

“Tutup mulutmu. Aku tidak menyukainya!”

“Terus kenapa kau membacanya? Eomma! Kyungsoo sebenarnya itu—mph!”

Kyungsoo terpaksa menarik Baekhyun ke kasur dan membungkam mulut sampai wajahnya dengan bantal. Ia merebut ponselnya dan terus menahan Baekhyun agar tak lepas dari aksinya. Soalnya dia tak terima karena disangka gay, hanya karena membaca karya Mia yang ternyata BxB atau biasa dikenal BoyXBoy yang berarti percintaan sesama lelaki.

Author dan kembaran gila, memang! Rutuknya dalam hati.

Sedangkan kini Yeri datang dan mengembuskan napasnya dengan malas. Ia melihat pertengkaran konyol itu di ambang pintu sambil memegang cangkir kopinya. “Ya tuhan, kenapa aku harus punya saudara seperti ini? Sukanya adu mulut dan adu tenaga terus, ckckck …”




Adakah yang membaca? Adakah yang menunggu? Adakah ... adakah ... yang lainnya?

Paper WallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang