Paper Wall - Tiga Puluh

414 110 30
                                    

Dengan cerianya Mia masuk ke dalam rumah, menghampiri Geun Hyung dan menyapanya hangat. Tak lupa menyerahkan kimchi buatannya sambil berharap-harap cemas. Irene menggigit bibir bawahnya, ia cukup khawatir melihat ekspresi tak suka yang Hyo Jin tunjukkan.

“Oh, eomma-nim! Anyyeonghaseyo!” sapa Mia sambil berdiri. Ia hendak menghampiri Hyo Jin, namun sang empu mundur satu langkah. Jelas Mia tersinggung, namun ia memilih tersenyum sambil menawarkan kimchi buatannya. “Eomma-nim! Saya membuat kimchi cukup banyak, barangkali eomma-nim juga ingin mencicipi—"

“Tak perlu,” jawab Hyo Jin sarkas. Mia mengulum bibirnya gugup, apalagi ketika Hyo Jin memperhatikan penampilannya dari atas sampai bawah. Sungguh, untuk hari ini saja Mia rela berdandan demi bertemu ibu Kyungsoo.

Sejak obrolannya dengan sang kekasih, ia selalu berusaha bersikap sebaik mungkin untuk dapat diterima di keluarga Kyungsoo. Bahkan setiap kalimat yang ingin ia lontarkan, Mia memikirkannya dengan matang.

Hening beberapa saat, Mia memainkan jari-jarinya karena bingung.

“Ayo, makan!” ajak Geun Hyung sambil menyenggol lengan Mia dengan membawa kimchi-nya. Namun Hyo Jin menahan dengan mengambil kimchi itu.

“Jangan makan sekarang, harabeoji harus istirahat.”

“Apa maksudmu?” tanya Geun Hyung heran. Walau begitu Hyo Jin tetap tak memberikan kimchi-nya saat Geun Hyung meminta. Perdebatan kecil tercipta hingga membuat Mia memisahkan keduanya, ia jadi sedikit merasa bersalah.

Eomma-nim benar, harabeoji makannya nanti saja.” Mia memaksakan tersenyum walau keadaanya tidak mengenakkan. Ia benar-benar tersinggung, dan sedikit-banyak hawa panas di tubuhnya berpengaruh. Geun Hyung terbatuk, tubuhnya memang butuh istirahat. Namun ia tak ingin menolak kedatangan Mia.

Dengan gesit Mia mencoba mengambil minum di atas meja, Hyo Jin bermaksud mencegahnya karena itu sudah menjadi tugasnya. Dan hal itu membuat gelas yang dipegang Mia terjatuh sampai pecah, lantai basah di mana-mana.

Akh, maaf! Kenapa aku ceroboh sekali?” ujar Mia sambil bergegas mengambil pecahan kaca dan membersihkan airnya. Namun Hyo Jin yang sudah tak tahan segera menariknya berdiri.

“Menjauh! Aku yang akan membereskannya!” ujarnya meninggi, tak sadar bahwa tangannya memegang wadah kimchi. Ia menyimpannya di atas meja dengan kasar, membuat tutupnya terbuka dan kimchi-nya mengenai meja sedikit. “Hhhh~ kenapa jadi kacau begini, sih?!”

Mia tersentak dan menelan ludahnya, ia sungguh tak mengerti kenapa Hyo Jin bisa tampak marah hanya karena dia menumpahkan segelas air dan kimchi-nya tumpah. Mereka saling tatap, Du Ling mendekat sambil membawakan alat kebersihan. Namun ia tak bergerak dari dekat Irene karena cukup takut.

“Perempuan macam apa yang tergesa-gesa begitu?” tanya Hyo Jin sambil menyenggol bahu Mia, bermaksud membersihkan lantai di posisinya. Mia mundur perlahan, napasnya sudah tak teratur dan kepalaya pusing. “Selalu menyusahkan orang.”

“Saya tidak bermaksud begitu, eomma-nim,” ujar Mia pelan sambil memegang keningnya. Pandangannya menguning, menahan mati-matian agar dirinya tak ambruk dan dianggap lebih menyusahkan orang. Namun sayangnya ia sudah tak kuat, tubuhnya limbung dan hampir jatuh ke belakang kalau Irene tak menahannya.

“Mia!”

















***

Kyungsoo duduk di samping kasurnya sambil memperhatikan Mia dengan khawatir, sudah 30 menit sejak pingsannya Mia tak kunjung bangun. Padahal Irene dan Du Ling sudah mengusahakan agar Mia bisa sadar.

“Tapi bukannya dia bisa mengendalikan mimpi? Apa jangan-jangan dia sedang bersama Lee Min Hoo-akh!” Kyungsoo mencubit lengan Baekhyun yang baru saja berbisik di telinganya itu. Mana mungkin kan Mia sedang sakit begini malah berselancar di dunia mimpi?

“…”

Tapi bisa saja, sih.

Ngh …” Mia membuka matanya perlahan, menerima cahaya lampu yang menggantung di atasnya. Namun matanya juga mulai menerima pemandangan yang begitu membuatnya sedikit terkejut. Mau bagaimana lagi? Hampir semua anggota keluarga Kyungsoo ada di kamar. “… ugh, ada apa ini?”

“Kau baru saja memimpikan Lee Min Hoo?” bisik Kyungsoo membuat Mia mengerutkan keningnya, jelas Kyungsoo langsung tahu itu hanya dugaannya yang meleset saja. Ia jadi tampak konyol sekarang, lantas segera berdeham untuk menutupi kekonyolannya. “Bagaimana keadaanmu? Masih pusing?”

“Sedikit.” Mia mengedarkan pandangannya, belum sempat ia memanggil Hyo Jin, ibu Kyungsoo ini langsung keluar dari kamar sambil masih memasang raut datar. Terlihat sedikit mendecak tapi Mia kurang yakin.

Kyungsoo yang mengerti hanya mengusap kepalanya dan menyuruhnya untuk makan dulu, awalnya Mia menolak karena tak enak. Hanya saja Geun Hyung memaksa Mia dan tentu saja gadis ini langsung menurutinya.

Satu-persatu anggota keluarga Kyungsoo keluar, menyisakan keduanya yang hanya terdiam karena Mia makan dengan cepat. Mereka saling pandang walau pikiran masing-masing berbeda. Mia memikirkan sikap Hyo Jin, sedangkan Kyungsoo memikirkan orang di depannya.

“Aku harus berusaha lebih keras lagi,” ucap Mia akhirnya memecah keheningan sambil nyengir lebar, menunjukkan eyes smile yang terkesan dipaksakan di mata Kyungsoo.

“Sehat dulu, nanti kita main.” Kyungsoo mengusap kepala Mia dengan lembut, maksud hati ingin membuatnya melupakan soal Hyo Jin. Kyungsoo memang tak tahu secara pasti, hanya saja ia bisa menebak bahwa ada yang terjadi dan itu bukan sesuatu yang menyenangkan sebelum Mia pingsan.

Mia mengangguk dan mengatakan kalau ia harus menghubungi keluarganya soal dirinya yang perlu beristirahat sebentar di rumah Kyungsoo. Ia tak mau membuat Shin Hye khawatir.

Setelah menghubungi ibunya, Kyungsoo merebahkan diri di samping Mia. Ia merentangkan sebelah tangan kirinya dan menyuruh Mia secara tak langsung untuk tidur di sana dengan cara menggerakkannya pelan. Dengan gestur yang sok-sok lemah karena sakit, Mia merebah juga.

“Jangan sakit. Tingkahmu makin aneh kalau begini,” celetuk Kyungsoo yang langsung dihadiahi cubitan di perutnya oleh Mia.

“Apa karena itu ibumu makin tak menyukaiku?” tanya Mia merasakan pelukan Kyungsoo di pinggangnya. Mereka saling bertatapan dalam jarak yang dekat, tak ada sahutan dari Kyungsoo. “Kyungsoo …?”

“Orang tua memang selalu khawatir akan pilihan anaknya. Tapi kalau pilihan anaknya saja memang baik, lama-lama hati mereka akan terbuka untuk menyambutnya.” Mia tersenyum simpul, sedikit malu karena secara tak langsung Kyungsoo memujinya.

Pucuk kepala Mia dikecupnya singkat, lalu Kyungsoo memejamkan mata.

“Ayo istirahat sebentar, nanti aku antar pulang.” Mia mengangguk sambil memejamkan matanya, sedikit mengantuk karena efek obat yang baru dikonsumsinya. “Aku merindukanmu.”

“Aku juga,” sahut Mia sambil membalas pelukannya. Tak bertemu beberapa hari bagi orang yang saling menyukai membuat rindu seakan menggunung. Perlu bertemu untuk meleburkan perasaan itu, agar hatimu tetap dalam kondisi yang baik-baik saja. Well ... walau keadaannya tak begitu. Benar? 

 Benar? 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Paper WallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang