Paper Wall - Enam Belas

543 123 22
                                    

“Aku penasaran, memangnya apa yang kau mimpikan?” tanya Jooheon setelah menyelesaikan urusannya dengan Shownu. Mia baru saja menjelaskan secara singkat apa yang membuatnya bahagia, ia yang kini tengah mencuci piring jadi membuat Jooheon penasaran apa yang dimimpikannya.

Mia tersenyum, ia melirik Jooheon sekilas lalu menceritakan apa yang terjadi ketika di dalam mimpi. Sebenarnya sebelum itu Mia memimpikan bertemu dengan keluarga Kyungsoo yang keadaannya sama seperti sore kemarin. Tapi saat ia kembali tidur, justru yang muncul hanya dirinya dan Kyungsoo.

Untuk mencoba, Mia menjalankan mimpinya dengan keyakinan penuh. Ia pergi ke taman bermain, pergi belanja, baca buku bersama bahkan makan. Makan! Biasanya dalam mimpi itu Mia kalau mau makan selalu –dengan entah kenapa- gagal!

“Memang tidak kenyang, sih. Tapi yang jelas aku sudah berhasil, Jooheon! Aku bisa mengendalikan mimpi!” seru Mia menghentikan dulu kegiatannya, karena kedua tangan mungil itu sibuk bergerak sampai busanya menempel di wajah Jooheon.

“Kenapa kau harus mendatangkannya? Kenapa tidak aku saja?” tanya Jooheon iri sambil mengusap busa itu.

“Dia yang selalu ada di pikiranku,” jawab Mia tak acuh dan tak sadar bahwa Kyungsoo mendengar semua ceritanya di dekat dapur. Niatnya ingin pamit setelah numpang sarapan, tapi tak jadi. Ia segera berbalik dan pergi dengan telinga yang memerah karena semua ucapan Mia. Tapi itu ada beruntungnya, karena kalau ia mendengar lanjutannya … Kyungsoo pasti akan mengamuk. “dia sepertinya darah tinggi.”

Jooheon mengerutkan keningnya karena tak mengerti.

“Jooheon! Dia itu kerjanya mengomeliku terus! Marah-marah, mendorongku, menyentilku, membentakku seenaknya, mengataiku bodoh, dia selalu menganggapku pembawa sial. Kau pikir apalagi namanya kalau dia tidak darah tinggi? Seenaknya berlaku seperti sudah sempurna saja! Tentu kecil sekali kemungkinannya aku melupakan semua hinaan itu, iya kan?!”

“Dan kau hanya diam saja?” tanya Jooheon sudah mendiamkan tangan Mia yang terus bergerak untuk mendukung ocehannya dengan semangat.

“Aku ... kalau sudah ada di situasi seperti itu hanya bisa melongo atau menatapnya saja.”

“Aku mengerti perasaannya, kenapa bisa dia mengataimu bodoh dan membentakmu,” sahutnya mengangguk paham. “aku bisa darah tinggi bahkan stroke dadakan kalau melihat ekspresimu yang cengo sana cengo sini.”

Mia mengelapkan tangannya ke wajah Jooheon dan mendumal. Ia merasa tak ada yang mendukung atau sependapat dengannya seorang pun.








***

Kyungsoo pergi dengan perasaan bahagia yang masih ia pertanyakan apa sebabnya. Apakah karena Mia sukses mengendalikan mimpi? Apakah karena mereka akan saling berjauhan mulai sekarang? Atau apakah karena Mia memimpikannya?

Lelaki itu menggeleng untuk kemungkinan terakhir. Ia benar-benar sudah gila rasanya karena bisa merasa senang hanya karena gadis idiot itu memimpikannya.

Tapi kalau dipikir-pikir … selama ini Mia memang sudah membuatnya banyak ekspresi dan merasakan perasaan yang hampir ia lupakan. Geram, gemas, senang, geli, hangat dalam hatinya, dan yah … walaupun memang banyak jengkelnya.

Namun setidaknya Kyungsoo tak semurung ketika Jihyun meninggalkannya. Ia sadar akan hal itu. Bertemu Mia bukanlah sesuatu yang buruk juga, toh gadis itu membawa pengaruh ke dalam kesehariannya.

Kyungsoo mengangkat sudut bibirnya sedikit, ia meredam debaran jantungnya yang mendadak sedikit cepat hanya karena memikirkannya. Terutama memikirkan kenapa bisa senyum dan tawa Mia ketika bahagia menjadi sangat manis dan menggemaskan?

“Bisa gila aku …” gumamnya membelokkan mobil ke rumah Chanyeol. Beberapa hari kemarin ia berpikir untuk menggarap film baru, Kyungsoo ingin sekali membicarakan soal ini padanya. Tapi belum sempat ia masuk ke rumah, lelaki tampan itu sudah keluar sambil bertepuk tangan. “ … kenapa?”

“Aku senang kau bisa berubah dan lebih ‘hidup’.” Kyungsoo mengerutkan keningnya karena bingung. Sekilas Chanyeol menjelaskan kalau Jooheon menceritakan singkat apa yang terjadi tadi pagi, yang menjadi sebab kenapa mereka tidak bisa bertemu hari ini.

Tanpa dijelaskan lebih detail, Chanyeol sudah mengerti kenapa Kyungsoo bisa senyam-senyum di dalam mobil. Lagipula sedikit-banyak ia mengenal Mia dari Seulgi atau secara langsung. Gadis itu memang rusuh tapi ceria.

“Kau menyukainya?” tanya Chanyeol sambil berjalan masuk ke dalam rumah. Kyungsoo mendengar itu jelas saja memasang raut ogah-ogahan. “Itu berarti kau menyukainya, hahaha. Tidak apa-apa, coba saja kencan dulu. Siapa tahu bisa membuatmu lupa pada kesedihan.”

Kyungsoo diam-diam memikirkan itu.






***

Jooheon dengan malas-malasan membuka ponsel Mia yang tergeletak di atas nakas dekat kasur, membuka pesan yang diabaikan oleh sang empunya karena terlalu sibuk mengetik untuk update nanti malam.

Pesan singkat ajakan menonton dari Kyungsoo membuat matanya yang semula hampir menutup menjadi sangat membesar walau tidak sebesar yang semestinya. Belum sempat menolak dengan tanpa sepengetahuan Mia, gadis itu langsung merebut ponselnya dengan kasar.

“Aku tak tahu kalau kau tidak punya sopan santun,” celetuknya sambil membaca pesan Kyungsoo. Ia memekik lalu membalas untuk menyetujui ajakannya dengan berlabel merayakan keberhasilan Mia mengendalikan mimpi.

Karena tak terima akibat rasa cemburunya, Jooheon berseru bahwa dia akan ikut serta. Walau awalnya Mia menolak dengan sangat keras, tetap saja Jooheon itu kepala batu dan akan mengikuti mereka besoknya.

Dia bertekad untuk tidak menjadikan acara besok jadi sebuah kencan. Perlu orang ketiga untuk mencegah itu, jadi Jooheon rela melakukannya. Tak peduli bahwa Mia akan mengamuk.

Di sela-sela pikirannya, Mia kembali duduk di depan laptop sambil mengendurkan senyum. Ia teringat akan masa lalu Kyungsoo yang sempat Sohyun ceritakan. Ah, mungkin membuatnya lupa akan mantan kekasihnya bukan ide yang buruk.

Mia merekahkan senyumnya lagi sambil kembali mengetik, ia meyakinkan diri untuk membuat Kyungsoo tertawa saat menonton besok. Berharap lelaki itu akan berhenti bersedih dan murung persis ketika mereka di taman beberapa hari yang lalu.

Biarlah membuatnya kesal seperti biasa. Aku mungkin bisa membuat dia lupa pada indahnya sebuah cerita dalam suatu hubungan yang robek di tengah halaman. Cerita miliknya dengan Jihyun,’ batin Mia sambil mengangguk pelan.

Keduanya tak sadar bahwa ini bisa dikatakan awal untuk saling tarik-menarik. Mendekat ke dalam rasa cinta yang masih bersembunyi dan malu menunjukkan dirinya.

“Mia, yang penting besok aku ikut!”

Heung, like TT~” rengek Mia sambil menghentikan pikirannya soal rencana mini karena Jooheon terus menganggunya untuk mendapat izin agar ikut. Walau begitu, ia segera mendapatkan ide cemerlang untuk membuat Jooheon takkan betah jika bersamanya. “Baiklah, terserah kau saja.”

“Oke! Besok jangan dandan cantik, pakai saja baju dinasmu. Aku ada perlu sebentar, bye!” pamitnya sambil keluar dari kamar. Mia lantas memekik dari sana.

“Mana ada aku menonton pakai baju tidur, Jooheon-aaaaa~!!!”

“Aku tak peduli! Pokoknya jangan cantik-cantik!”

“Kau gila!”

“Kau aneh!”

“Idiot!”

“Hahahaha!”





















Okeh, Mimu udah bingung sebenarnya wkwkwk.

Paper WallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang