Paper Wall - Enam Puluh Tujuh

451 97 58
                                        

Kyungsoo menghela napas dari kamar, barusan Baekhyun sepulang kerja langsung menemuinya dan mengatakan bahwa ia sempat bertemu Shownu dan lelaki itu masih tak mengatakan di mana Mia sekarang. Ia memijat keningnya, Kyungsoo belum bisa pergi keluar dengan kondisi yang masih lemah. Yang ia andalkan sekarang hanya informasi dari teman atau kenalan Mia.

Pintu diketuk dua kali, seseorang masuk setelah ia memberi izin. Hyo Jin tersenyum dan menanyakan beberapa hal seperti biasa; apa dia sudah makan? Apa ada yang Kyungsoo inginkan? Dan yang lainnya. Yang Hyo Jin bagi juga bukan sekadar perhatiannya, wanita ini menyampaikan bahwa beberapa rekan kerjanya akan datang dalam waktu dekat untuk membicarakan soal film garapannya yang sempat tertunda.

Ia mengangguk, berusaha supaya beberapa hari ke depan kondisinya makin membaik dan ia bisa beraktivitas di luar seperti biasanya.

“Tapi sebenarnya ada beberapa wartawan yang ingin menemuimu. Sepertinya mereka mendengar info tidur panjang yang kau alami,” kata Hyo Jin mendudukkan diri di pinggiran kasur.

“Mungkin karena aneh, eomma.”

“Apa kau mau jika mereka memintamu untuk melakukan wawancara?” tanya Hyo Jin hati-hati. Kyungsoo menggeleng, entah kenapa rasanya lebih baik jika ia menyembunyikan apa yang dialaminya. Karena ini bukan sekadar tidur panjang, melainkan berjelajah di dunia mimpi dengan segudang cerita suka dan dukanya.

Sekian menit hening begitu saja, Kyungsoo sedikit heran karena Hyo Jin tidak beranjak pergi dan sibuk mengedarkan pandangan ke seisi ruangan tanpa melakukan obrolan. Hingga tak lama tatapannya jatuh kepada Kyungsoo dan tersenyum tipis.

“Masih belum ada kabar darinya?” tanya Hyo Jin membuat Kyungsoo terperangah dan segera membalas tatapannya. Ia mengulum bibirnya sendiri, bingung harus menjawab apa.

“Tiba-tiba?” tanya Kyungsoo berusaha bersikap biasa, tidak menunjukkan bahwa ia terkejut dengan pertanyaan ibunya. Menanyakan Mia yang jelas-jelas ketika terakhir mereka bertemu, hanya perdebatan yang terjadi.

Hyo Jin menghela napas, ia merasa tak enak hati karena pertanyaan Kyungsoo. Batinnya terus bertanya sebenci apa dia pada Mia yang akhir-akhir ini mengganggu pikirannya hingga Kyungsoo bertanya demikian.

Mendapati gelagat itu, Kyungsoo berkata, “Aku akan ke rumahnya kalau sudah benar-benar sehat. Eomma mau ikut?”

Hyo Jin awalnya hanya diam, tapi berikutnya ia mengangguk setuju.

“Kyungsoo, sebelum itu … eomma benar-benar ingin minta maaf padamu,” katanya dengan mata yang berkaca-kaca. “setelah kabar Jihyun meninggal, aku selalu khawatir padamu yang lebih sering tertidur daripada mencari kesibukkan dan melupakannya.”

“Lambat laun aku dan juga yang lain tak ayal mendesakmu mencari penggantinya. Selama itu pula aku membebaskanmu untuk menentukan pilihanmu sendiri. Tapi dengan bodohnya setelah kau menemukan warna bersama Mia, aku sendiri yang mengacaukannya.”

“Aku hanya tak ingin orang asing yang tak jelas asal-usulnya masuk begitu saja ke keluarga kita. Aku menyayangi mereka semua dan memang yang selalu memperhatikan satu-persatunya.”

“Mendapati Mia mencuri hati semua orang (keluarga) membuatku senang, tapi rasa iri membuatku merasa cara yang Mia lakukan salah. Dia terlalu seenaknya dan terlalu asing bagiku.”

Kyungsoo menggenggam tangan Hyo Jin, wanita ini menitikkan air mata penuh rasa bersalah.

“Hari di mana Mia mulai membantu kita untuk membangunkanmu, sekilas aku tak mengerti kenapa bisa dia masih ingin datang. Eomma putus asa akan keadaanmu yang tak jelas kenapa bisa tiba-tiba tidur, tapi eomma juga tak percaya akan pertolongannya. Eomma bahkan pernah berpikir bahwa dia hanya akan memperburuk keadaan karena Mia pasti membenciku saat kau yang saat itu lebih percaya pada asumsiku soal Jihyun.”

Paper WallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang