Kyungsoo berlari dengan cepat menuju taman di mana ia mendengar suara nyanyian tak jauh dari tempatnya. Padahal baru saja ia pergi dari sana dan hendak pulang. Napasnya tersenggal, ia mengepalkan tangan dengan kuat akibat pacuan detak jantungnya yang berdebar tak biasa.
Di sebuah bangku yang biasa ia duduki, seorang perempuan dengan hoodie putihnya tengah memetik gitar dan melantunkan nyanyian. Kepalanya bergerak ke kanan dan kiri menghayati nyanyiannya sendiri. Beberapa orang berkumpul menontonnya sambil tersenyum.
“Suara itu …” gumam Kyungsoo mencari celah untuk bisa berada di garda depan. Orang-orang terusik karenanya, tak sedikitpun ia pedulikan karena seseorang yang sedang bernyanyi di depannya sekarang membuat air mata Kyungsoo jatuh begitu saja tanpa ia minta. “… Mia.”
Rambut panjang milik Mia menjuntai dengan indah, wajahnya sedikit bercahaya, matanya terpejam dengan tangan yang masih sibuk bekerja. Angin berembus pelan, memainkan anak rambutnya tanpa sengaja dan menunjukkan senyumnya yang sempat terhalang.
“Oneul haruneun eottaetnayo?”
(Bagaimana harimu hari ini?)
“Himdeun ireun eopseotnayo?”
(Apakah ada sesuatu yang buruk terjadi?)Kyungsoo menyeka air matanya, entah apa yang aneh dari penggalan pertanyaan itu tapi dia benar-benar merasa bersalah sekarang pada seseorang yang baru saja menyanyikannya.
‘Tidak … di sini aku selalu bahagia …’ batinnya menjawab. ‘… tak usah khawatirkan aku, Mia.’
“Uri hamkkehaneun I sigan, kkumsogeseon ojik uri dulmani”
(Kali ini kita habiskan bersama, dalam mimpi kita hanya ada kita berdua saja)
“Mandeureogal haengbokhan sungan”
(Ini adalah momen bahagia yang kita buat)Kyungsoo menahan napasnya, perlahan orang-orang di sekitarnya menghilang. Menyisakan keduanya sedang berhadapan dalam keadaan yang sepi. Benar-benar hanya berdua dan kejadian itu bagaikan sebuah keajaiban.
Kemana orang-orang pergi? Kyungsoo tak peduli.“Jal jayo, uri kkumsogeseo … dasi mannayo”
(Selamat malam, Ayo kita bertemu lagi … di dalam mimpi)“Tidak, aku tak ingin kita bertemu dengan cara yang seperti ini…” katanya dengan sangat pelan. Seperti tak terusik, Mia masih asyik dengan permainan gitarnya.
"Baby good night … jal jayo …"
(Sayang, selamat malam … selamat tidur …)Terdengar langkah kaki di belakang Kyungsoo, ia menoleh dan menemukan seseorang dengan wajah tanpa ekspresi. Jihyun, dia mendekat dan berdiri di hadapannya dengan tangan yang saling bertautan di depan perutnya.
“Eojetbameun eottaetnayo?”
(Seperti apa malam tadi?)
“Joheun kkumeun kkwosseotnayo?”
(Apa kau mimpi indah?)“Tidak pernah sekalipun aku merasa ini semua adalah sesuatu yang begitu indah,” lirihnya membuat mata Jihyun perlahan berkaca-kaca. Menatap Kyungsoo dengan sangat sendu. “tidak pernah setelah aku tahu apa yang sebenarnya terjadi.”
“Oneuldo sugo manhi haesseoyo”
(Pekerjaan yang bagus hari ini)
“Ije … pyeonhi swieoyo”
(Sekarang … istirahatlah dengan tenang)
“Nae saenggakhamyeonseo … nado … geudae saenggakhamyeo, geudae kkumsoge chajagalgeyo”
(Pikirkanlah aku … aku juga … akan memikirkanmu, dan aku akan mengunjungimu juga dalam mimpi)
“Jal jayo … good night …”
(Selamat tidur … selamat malam …)
KAMU SEDANG MEMBACA
Paper Wall
FanfictionKetika si pengendali mimpi bertemu dengan Author Fanfiction yang mengandalkan mimpi untuk tulisannya. Ada yang tahu jika mimpi sebenarnya bisa dikendalikan? Jika tidak, ayo berkenalan dengan Mia Melody. Gadis pengangguran yang punya pekerjaan sampin...