Paper Wall - Empat Puluh

496 104 124
                                    

Mia sungguh tak mengerti sekarang, meski ia sudah memaksa Kyungsoo menurunkan gendongannya pun lelaki itu tetap tak menggubrisnya. Oke, bisa saja dia nekat untuk berontak. Tapi selain malu, dia akan terluka begitupun dengan Kyungsoo.

Ia hanya terus menyembunyikan wajahnya ketika Kyungsoo mengurus ini-itu. Membulatkan niatnya untuk menginap di hotel daripada pulang ke villa.

Pintu kamar terbuka, Mia menatap bingung kepada Kyungsoo yang sekarang menurunkannya di atas kasur. Gadis itu memegang tangan Kyungsoo dengan khawatir. “Sakit? Kau menggendongku dari luar.”

“Tidak apa-apa.”

“Sebenarnya kau ini kenapa?” tanya Mia ketika Kyungsoo mengeluarkan semua benda di sakunya. Entah dompet, ponsel atau uang yang terselip di sana. Setelah meletakkannya di nakas, ia pergi ke kamar mandi begitu saja.

Mia menghela napas, ia merebahkan dirinya sambil menatap langit-langit kamar dengan perasaan yang tak menentu. Memikirkan tingkah Kyungsoo barusan membuatnya heran setengah mati. Ia akan mengerti mungkin jika lelaki itu menjelaskannya, kan?

Membantu Mia agar menghindar dari ibunya? Atau ingin mengajaknya bicara sampai Mia bisa menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi? Tapi bukankah kekasihnya itu tadi mengatakan akan menunggunya siap?

Kyungsoo ke luar, sepertinya ia hanya membasuh muka karena tak ada perubahan berarti setelah dari toilet. Lantas tiba-tiba ia berjongkok di bawah Mia ketika gadis itu merubah posisinya menjadi duduk kembali.

“Aku sudah bilang,” ucapnya membuka obrolan. Tangan kekar itu perlahan memegang tangannya lembut dan mengusapnya. Mata Kyungsoo tiba-tiba menghipnotis Mia saking lembutnya, perubahan yang cukup drastis. “aku akan membantumu di sini (di Jeju).”

Mia tahu Kyungsoo pasti penasaran dengan yang dibicarakan Hyo Jin, seakan dia perlu tahu alasannya agar bisa membantu Mia untuk memperbaiki hubungan dengan sang ibu. Atau setidaknya menengahi masalah yang baru saja terjadi.

Tapi melihat wajah Mia yang kacau saat di pantai membuatnya mengurungkan niat. Ia tak tega karena ia sangat sadar jika ibunya sudah keterlaluan. Kekasihnya tetaplah manusia, tetaplah perempuan yang punya perasaan. Kyungsoo pikir seharusnya Hyo Jin merasakan apa yang Mia rasakan. Tapi kenapa dia malah makin menyudutkan Mia seperti tadi?

Mungkin iya ini bukan pertama kalinya Kyungsoo menjalin hubungan dengan wanita. Tapi beberapa orang termasuk Hyo Jin selalu meragu padanya hanya karena sikap Kyungsoo yang selalu menunjukkan tak ada tanda-tanda nyaman dengan pasangannya. Terlalu datar.

Tapi bukan berarti dia tak menyukai Mia, kan?

Kyungsoo pun sering memikirkan ini. Harus dengan cara apa dia supaya mereka yakin jika yang dipilihnya itu tepat? Mia sama saja dengan Jihyun. Perempuan yang Kyungsoo suka di waktu yang berbeda.
Dulu ia selalu mengabaikan pikiran itu, karena keluarganya menerima Jihyun dengan baik. Namun Mia? Tidak sama dengan mantan kekasihnya.

Menangkap raut berpikir Kyungsoo, sebelah tangan Mia yang lain mengusap pipi basah kekasihnya. Dalam hati ia terus bertanya-tanya, Tuhan … dia harus bagaimana? Mia mencintai pemuda itu. Keberadaannya sangat berarti, datang ke kehidupannya dengan membawakan banyak perubahan.

“Aku …” bisik Mia sambil mengelusnya lembut. Menatap penuh derita karena lelah akan semua beban. “… menyukaimu, Kyungsoo.”

“…”

“Aku menyukaimu.”

Kyungsoo memeluk Mia, sebagai sahutan atas pengungkapan barusan. Betapa Mia berarti pula untuknya. Seseorang yang menariknya dari masa kelam tanpa tahu sampai kapan ia mendekam di sana.

Dan entah apa yang mendorong Kyungsoo sekarang, ia sedikit beranjak dari posisinya dan menjatuhkan diri serta Mia. Menahan berat tubuh dan menatap sendu kepada kekasihnya setelah melepaskan pelukan.

Mia tak bergerak, hanya membalas tatapan Kyungsoo dan menerima tautan tangannya yang perlahan mengerat. Matanya menutup perlahan saat merasa kedekatan keduanya terkikis, sebuah ciuman mendarat lembut di bibirnya.

Kaburnya Mia dan Kyungsoo dari villa memang mengecewakan seseorang, namun menunjukkan bahwa hubungan keduanya tak bisa hanya disamakan dengan dua tali sutra yang disambungkan. Bersatu, walau tak bisa orang elak jika talinya mudah putus.

Uljima …” bisik Kyungsoo mengusap air mata Mia yang keluar tanpa diminta. Bahu dan tangannya sedikit gemetaran. Lagi, Kyungsoo mencium Mia dan menghabiskan malam berdua di sebuah hotel sebagai tempat kabur dari keluarganya.

Mia tak menolak. Mia menerima semua perlakuan Kyungsoo karena ia mencintainya.

























***

Helaan napas menjadi pengawal hari seorang Mia Melody ketika matanya terbuka setelah mimpi panjang. Ada sinar yang sedang mengintip dari celah gorden, menggodanya untuk segera bangun dan menjelaskan apa yang dilakukannya semalam.

Deru napas teratur menyapu kulit bahunya, sebuah tangan terkulai lemas di perutnya, bukti bahwa ada seseorang yang masih terlelap di belakangnya.

Kesadarannya perlahan terkumpul, pupil matanya mulai membesar ketika napasnya tercekat. Ia menggigit bibir bawahnya gugup, “Di mana bajuku?”

Suaranya yang pelan itu ternyata sedikit mengusik orang di belakangnya, ia sedikit menoleh ke belakang dan tepat sekali memergoki orang itu yang baru saja mencium bahu tak berbajunya. Ia tersenyum.

“Kau sudah bangun?”

“Apa-apaan pertanyaan itu?” tanya Mia dengan suara yang serak. Badannya terbalik paksa, menghadap ke arah teman tidurnya. Kyungsoo sang kekasih.

“Lima menit lagi kita bangun,” ucapnya tak kalah serak sambil memejamkan mata. Mengeratkan pelukan setelah sebelumnya menutupi tubuh Mia sampai leher dengan selimut.

Mia berontak sambil bertanya, “Apa? Aku harus bangun sekarang. Mana bajuku?”

Kyungsoo tak menggubrisnya, mengunci Mia dalam pelukan sampai waktu yang sudah ditentukannya untuk bangun. Mia merutuk, wajahnya perlahan memerah ketika mendapati jarak mereka sudah keterlaluan.

Lebih daripada itu, ia mendapati detak jantung Kyungsoo berdebar dengan cepat karenanya.


















***

Setelah keluar dari hotel tempat mereka bermalam, Mia tak berhenti untuk terus mengatur rambut agar penampilannya membaik. Sebenarnya ada alasan lain untuk menutupi sesuatu, Kyungsoo peka akan hal itu tapi mengabaikannya.

Ia merebut tangan Mia yang terus sibuk itu, mengganggamnya sebelah ketika villa tampak di depan mereka. Baekhyun menyambut, sibuk menyeruput minumannya di depan teras. “Oi!”

Disusul beberapa anggota keluarganya yang keluar dan melihat siapa yang disapa Baekhyun, termasuk Hyo Jin. Mereka sedang di ruang tengah di dekat pintu untuk membantu para keponakan yang baru tiba.

“Kalian darimana saja?” tanya Lay menghela napas. Sepertinya Hyo Jin tak memberitahu kemana sepasang kekasih ini pergi. Mia tak menjawab, Kyungsoo menyuruhnya untuk diam sebelum pulang.

“Nanti lagi mengobrolnya, ayo sarapan dulu. Makanannya masih ada di meja makan.” Irene memberi gestur supaya mereka masuk. Tepat ketika mereka mau masuk, Mark memusatkan perhatiannya pada sesuatu.

Dia bertanya, “Noona? Apa itu di lehermu? Bekas luka?”

Dan dari pertanyaan yang gamblang itu saja sudah membuat para orang dewasa mengerti, lebih memilih tak menjawab pertanyaan polos yang dilemparkan oleh Mark.

Paper WallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang