Paper Wall - Enam Puluh [+ PROMOSI]

398 96 58
                                    

"Maaf, aku sedikit terlambat!" Chanyeol sedikit berlari dengan tas gitar di punggungnya, rambut tanpa gel itu bergoyang seiring dengan laju lari dan berembusnya angin. Ia tersenyum tak enak sambil duduk di samping Mia yang sedang melamun. "Hei, kau mendengarku?"

"Eh? Kenapa, hyung?" tanya Mia tersadar dari lamunan.

Iseng, Chanyeol membuka tasnya dan berkata, "Aku bilang ada Mingyu Seventeen di sini."

Sontak kedua bola mata Mia membesar dan kepalanya menoleh ke sekeliling untuk mencari keberadaan idol yang baru saja Chanyeol sebutkan tadi. Nyatanya ketika tawa sang empu meledak, Mia tahu dia sedang dikibuli.

"Ck! Jahat." Mia mengerucutkan bibirnya dan duduk kembali sambil melipat tangan di depan dada, ngambek. Chanyeol yang gemas langsung saja mengacak rambutnya dan menjelaskan kalau Mia lebih jahat karena mengabaikan keberadaannya.

Sambil bersiap, Chanyeol selalu basa-basi menanyakan keadaan Kyungsoo. Mengingat Mia setiap hari datang ke rumahnya untuk melakukan upaya agar temannya tersebut bangun. Raut Mia langsung mengendur sambil menjelaskan apa yang terjadi hari ini.

Chanyeol sudah menduga, cepat atau lambat keluarga Kyungsoo akan melakukan tindakan yang lebih serius. Yang bisa dia lakukan sekarang menyemangati Mia dengan mengatakan bahwa usahanya untuk membantu sudah lebih dari cukup.

Tak mau terlalu lama berada di suasana yang menyedihkan, Chanyeol langsung memetik gitarnya dan mengajak Mia latihan.

"Hyung, bagaimana kalau Sabtu ini kita datang ke rumah Kyungsoo? Sebelum dia pergi untuk berobat," usul Mia yang diangguki oleh Chanyeol sebagai persetujuan.

"Tentu! Apa yang kita latih ini juga sudah lebih dari cukup. Melakukan usaha terakhir apa salahnya?" tanya Chanyeol mengedikkan bahu sambil tersenyum simpul.

"Terima kasih, hyung. Untuk bantuanmu."



















***

Besoknya di sebuah café di dekat kantor tempat Louis dan Jihyun bekerja dulu, rencananya hari ini mereka akan bertemu beberapa teman juga atasan mereka. Mungkin juga keduanya masih bisa bekerja di tempat tersebut.

Louis meliriki Jihyun yang sedang menyeruput orange juice miliknya dengan lemas, sorot matanya penuh rasa bersalah. Sejak ia menceritakan siapa Jihyun sebelum hilang ingatan, dia seperti kebingungan harus melakukan apa untuk ke depannya.

Terlebih statusnya yang ternyata memiliki hubungan istimewa dengan seseorang yang masih damai tidur lelap di singgasananya. Jihyun ingin sekali mengingat, tapi usahanya belum membuahkan hasil yang diharapkan.

"Tak perlu memaksakan diri kalau sulit," ucapnya memegang tangan Jihyun dengan lembut.

"Tapi Mia sudah memaksakan diri selama ini untuk kita semua." Sahutan Jihyun ada benarnya. Sebagai seseorang yang cukup tahu banyak hal apa yang Mia alami, Louis tak bisa mengelak bahwa Mia sudah melewati banyak hal yang sulit.

Louis mengangguk dan berkata, "Kudengar minggu ini Kyungsoo akan pergi berobat ke luar negeri. Ayo kita datang ke sana dan menjenguknya."

"Kalau pulang dari sini saja bagaimana?" tanya Jihyun pelan serta tak enak, sedangkan Louis mengangguk mengerti sambil tersenyum.


















***

Sebelum sore, Louis menginjakkan gas mobilnya ke rumah Kyungsoo dengan Jihyun yang sibuk dengan pikirannya sendiri. Ini memang pertama kalinya perempuan tersebut akan bertemu dengan Kyungsoo setelah lama menghilang. Rasa bingung tak bisa dihindarinya.

Paper WallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang