Paper Wall - Lima Puluh Dua

375 93 76
                                    

Kau tidak akan percaya kalau selama ini aku tidak pernah berpikir serius untuk menggapai suatu impian,” katanya yang hanya Kyungsoo simak daritadi. “saat bertemu denganmu … aku tahu bahwa impian adalah hal yang nyata.”

Kyungsoo tersenyum, dia masih memainkan jari-jarinya seperti beberapa saat yang lalu di kursi di depan rumahnya. Suara perempuan bernama Mia ini menjadi temannya ketika ia sendiri. Selalu menceritakan hal yang tak ia mengerti arah obrolannya.

Awalnya dia sering protes dan marah karena suara itu tak kunjung memberinya waktu sendiri. Lama-lama ia biarkan karena Kyungsoo pun tak bisa melakukan upaya untuk menghentikannya. Bentukkannya saja dia tak tahu, bagaimana menghentikannya?

Setiap ditanya atau diajak debat, suara itu malah seperti tak mendengar Kyungsoo.

Satu hal yang tak dimengertinya …

Kyungsoo … segeralah bangun dan tinggalkan dunia itu. Semua orang mengkhawatirkanmu.”

… kenapa suara itu selalu mengajaknya pulang dengan cara terbangun seakan-akan dia tengah tertidur? Kyungsoo benar-benar belum bisa memecahkan maksudnya. Apalagi nada suara itu menjadi lirih dan terdengar sedih, ocehannya yang semangat selalu diakhiri dengan suara yang bergetar dan memohon padanya.

“Halo?” sapa Kyungsoo selalu memastikan bahwa suara itu benar-benar hilang. Ia menghela napas, satu hal lagi yang tak bisa ia elak.




Kyungsoo juga tak rela suara itu segera meninggalkannya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



















***

Mia tersenyum, kemampuan Jihyun untuk memainkan ponselnya sudah meningkat beberapa hari ini. Berkat kerja kerasnya, barang-barang yang ia jual cepat habisnya. Ternyata Jihyun punya bakat untuk berjualan online seperti ini.

Sementara itu, usahanya untuk mendekati Hana belum membuahkan hasil apa-apa. Sejauh ini yang ia tahu hanya identitas yang tertera di Kartu Tanda Penduduk miliknya, itupun Mia kurang yakin karena kartu tersebut sudah harus diganti dengan yang baru karena cukup lusuh. Sisanya hanya beberapa fakta yang begitu aneh dan membingungkan.

Rumah mereka terletak cukup jauh dari rumah-rumah tetangga, bahkan ketika Mia sempat ingin mencari informasi pada mereka, tetangga Hana cenderung tak ingin tahu soal keluarga itu. Apakah Hana punya anak dan dengan siapa ia tinggal pun, mereka seakan enggan mencari tahu.

Yang Mia dengar, anak-anak Hana dulunya tak pernah bekerja. Mereka hanya mencari kayu bakar di dekat pegunungan dan menjual beberapa tanaman yang mereka tanam ke pasar. Itupun jarang sekali.

Mereka melihat Jihyun dan Louis beberapa tahun belakangan ini, karena lelaki itu mencari kerja untuk memenuhi kebutuhan kedua perempuan yang tinggal bersamanya. Para tetangga baru tahu bahwa anak Hana sudah sebesar itu.

Paper WallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang