Bisa dikatakan bahwa mereka berpisah setelah kejadian itu?
Entahlah, Mia sendiri tak tahu disebutnya apa. Malam itu setelah dia keluar dari mobil Kyungsoo dengan tangisan yang tak surut juga, Jooheon memergokinya dan bertanya banyak kenapa bisa dia menangis. Mia masih ingat kalau Jooheon memeluknya erat, lalu mengantarkan Mia pulang dan ia tertidur begitu saja.
Mungkin Tuhan ingin dia berkorban, merasakan sakit hati yang tak bisa ditolaknya ketika ia berkata supaya orang yang dicintainya untuk melupakan Mia. Tapi … memang apalagi yang harus dia lakukan kalau tak begitu?
Menyiksa diri sampai akhir?
Di saat kau tahu bahwa ada solusi menyakitkan namun berbuah kebaikan di masa depan nanti?
Hah, Mia memang budak cinta para pria tampan yang menjadi idolanya. Tapi kisahnya dengan persoalan ini jelas berbeda. Berjuang untuk bisa meraih mereka dengan meraih Kyungsoo sangat berbeda kadar rasanya.
Mia mengerahkan hampir seluruh hatinya ketika itu berurusan dengan Kyungsoo. Hal tersebut bisa menjadi bukti bahwa Mia begitu mencintainya.
“Tapi aku lebih baik merasa kau begini saja sekarang,” ucap Shownu melihat Mia yang sedang menghapus nomor, foto, dan kenangan lainnya yang tersimpan baik di dalam ponsel. Belum bisa dikatakan bulat, tapi Mia mencoba untuk melepaskan Kyungsoo dan melupakannya.
Tentu saja setelah ia memberikan alamat di mana Boksil tinggal. Barangkali lelaki itu bisa menuntaskan apa yang menjadi pikiran di kepalanya.
Mia tak menyahut, ia bergegas pergi setelah acara santainya selesai. Mengatakan kalau ia ada perlu dengan Mira untuk membicarakan soal novelnya yang akan segera dicetak. Shownu tak menawarkan diri untuk mengantar, karena jika Mia menjadi lebih pendiam, maka itu artinya ia tak ingin orang lain mengusiknya walau sebentar.
Shownu juga merasakan itu. Perasaan di mana kau tak ingin mengganggu seseorang yang mendadak menjadi pendiam karena patah hati. Benar begitu?
***
Mira menjelaskan dengan ramah apa saja yang harus Mia kerjakan sebelum novel benar-benar turun ke toko dan para pembacanya. Misalnya membantu promosi, memberikan tanda tangan untuk pre-order novel, dan tak lupa beberapa kegiatan lainnya untuk supaya karyanya bisa laku banyak.
Setelah mendengar ceritanya dari Chanyeol –walau tidak sepenuhnya-, Mira tentu saja ingin membuat Mia sibuk agar bisa segera lupa pada perasaan sakitnya. Sebagai sesama perempuan, Mira tak tega melihat teman barunya ini menjadi lebih murung di saat biasanya sangat ceria dan riang.
Kisahnya sangat klasik, yang ia tahu Mia lebih memilih melepaskan kekasihnya untuk bisa bersama orang yang benar-benar dicintainya. Mira tak tahu bahwa masalahnya serumit benang yang kusut.
“Omong-omong, atasanku akan bertandang hari ini. Kau mau menemuinya?” tawar Mira setelah menyesap kopi yang baru saja dibelinya. Mia yang sedang menyesap kopi miliknya sendiri mengangguk setuju.
Mira membawa temannya ini ke luar dari ruangannya, tepat sekali atasan perempuan tersebut ingin menemuinya. “Oh, Pak! Ada perlu apa?”“Hanya ingin menyapa,” jawabnya santai. Atasan Mira ini sebenarnya orang yang sangat sibuk, karena pekerjaannya banyak bukan main. Bahkan perusahaan di mana Mira bekerja pun bukan satu-satunya perusahaan yang ia urus.
Setelah basa-basi sebentar, Mira lantas memperkenalkan sang atasan ke Mia yang hanya berdiri bingung memperhatikan interaksi keduanya. Walau terlihat angkuh, ternyata lelaki di depan Mia ini masih punya sopan santun dan mengulurkan tangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Paper Wall
FanfictionKetika si pengendali mimpi bertemu dengan Author Fanfiction yang mengandalkan mimpi untuk tulisannya. Ada yang tahu jika mimpi sebenarnya bisa dikendalikan? Jika tidak, ayo berkenalan dengan Mia Melody. Gadis pengangguran yang punya pekerjaan sampin...