Mia mengekori Jihyun yang sedang tertawa lepas melihat-lihat wahana taman bermain yang kata Baekhyun menjadi tempat favorit keduanya. Kencan pertama dan kencan seterusnya selalu mereka lakukan di sana.
Dia mengepalkan tangan, entah sudah hari ke berapa Mia menemaninya untuk mencari ingatan sampai sekarang kesabarannya ada pada titik terendah. Dia berjalan cepat, menghadang Jihyun dengan wajah jengkelnya.“Jihyun, mau sampai kapan kita begini terus? Apa kau masih bisa tertawa di saat ada seseorang yang membutuhkan bantuanmu?!” pekiknya membuat Jihyun tersentak. “Tolong … tidak bisakah kau kuatkan niatmu untuk mengingat. Kita datang ke sini bukan untuk menaiki wahana semata.”
Bukan tanpa alasan kenapa emosi Mia bisa semakin kacau. Kemarin Baekhyun memberitahunya bahwa Kyungsoo ada kemungkinan akan pergi ke luar negeri untuk pengobatan. Sejauh ini dia merasa tak berguna karena Kyungsoo tak memberikan reaksi apapun terhadap bantuannya.
Sedangkan Jihyun sekarang dan sebelum-sebelumnya yang mengatakan ingin mencoba mengingat malah terus terbuai dengan tempat-tempat yang disukainya (Kyungsoo juga). Kalau boleh Mia mengatakan isi hatinya, dia muak melihat itu.
“Maaf, Mia… aku—"
“Aku tak butuh maafmu!” serunya mengundang perhatian. Louis menengahi dengan mengatakan bahwa Mia harus mengendalikan emosinya, ia juga mengusap-usap Jihyun untuk supaya tak menyahuti seruan Mia.
Mia mengusap wajahnya frustrasi lalu berbalik meninggalkan mereka. Buruk rasanya kalau ia tetap memaksakan dirinya menemani Jihyun.
“Aku pulang.”
***
Mia baru sampai di rumah Kyungsoo ketika dilihatnya hampir semua anggota keluarga berkumpul di kamar sang empu. Dokter sedang bertandang dan mengatakan bahwa Kyungsoo harus segera dibawa ke rumah sakit daripada kondisinya terus semakin memburuk kalau di rumah.
Dilihatnya dari ambang pintu, Kyungsoo mengerutkan keningnya seperti orang yang gelisah. Mia menggigit bibir bawahnya khawatir, entah kenapa dia menyalahkan dirinya sendiri sekarang karena usahanya tak membuahkan hasil apa-apa. Setidaknya membuat Kyungsoo merespons saja susah bukan main.
“Sepertinya kondisi dia memburuk bisa jadi karena pengaruh mimpinya. Bisa saja dia mengalami kesulitan di sana, makanya kondisinya sendiri pun menjadi semakin buruk. Aku benar-benar penasaran apa yang sekarang sedang ia mimpikan,” jelas dokter melepaskan kacamatanya.
“Kyungsoo, apa yang sebenarnya kau mimpikan?” gumam Mia.
***
Jihyun marah pada Kyungsoo karena makin hari lelaki ini terus mengabaikannya untuk sesuatu yang tak dimengerti. Misalnya dia lebih suka sendiri daripada mengajaknya bermain dengan alasan sedang memastikan sesuatu.
Kyungsoo sendiri tidak bisa menahan rasa egoisnya untuk mencuat, dia juga butuh waktu sendiri tapi Jihyun malah merecokinya setiap hari. Lagipula selama ini yang Kyungsoo lakukan menemuinya, kenapa untuk beberapa waktu saja Jihyun tak bisa membuat dia punya privasi?
Bukan tanpa alasan Kyungsoo bisa mengabaikan Jihyun. Ini semua karena suara Mia yang semakin hari terasa seperti teka-teki. Kyungsoo memutar otak memecahkan maksudnya.
Kenapa Jihyun terus disebutnya? Kenapa di akhir ocehannya selalu meminta Kyungsoo untuk keluar dari dunia di mana sekarang ia berada? Kenapa Kyungsoo harus mengenal suara asing seperti Mia? Sebenarnya dia ini siapa?
KAMU SEDANG MEMBACA
Paper Wall
FanfictionKetika si pengendali mimpi bertemu dengan Author Fanfiction yang mengandalkan mimpi untuk tulisannya. Ada yang tahu jika mimpi sebenarnya bisa dikendalikan? Jika tidak, ayo berkenalan dengan Mia Melody. Gadis pengangguran yang punya pekerjaan sampin...