Jihyun menyuapi Kyungsoo dengan telaten siang ini. Kepergiannya dibatalkan dan perhatian seluruh keluarga jatuh padanya, terkecuali Jihyun. Ia merasa dirinya perlu mendekatkan diri pada Kyungsoo untuk mencari banyak hal yang tidak dimengertinya.
Kyungsoo tak menolak akan semua perhatian yang Jihyun berikan, tapi dia juga tak menunjukkan reaksi berlebih semisal lelaki tersebut bahagia karena kehadirannya. Bahkan sejak seminggu dia terbangun dari mimpi panjang, tak banyak yang dia bicarakan kecuali jika dokter menanyainya beberapa hal.
“Oppa …” panggil Jihyun setelah Kyungsoo selesai makan. Wajahnya terlihat ragu dan memang selalu begitu karena rasanya bingung bukan main perempuan ini berhadapan dengan lelaki yang dulu adalah kekasihnya sendiri. Mungkin sekarang mereka belum bisa dikatakan berpisah, dan justru karena hal itu dia makin bingung.
“Kenapa?” tanya Kyungsoo.
“Aku sangat mengerti kalau kau masih harus beristirahat banyak setelah semua yang terjadi, tapi …” ucap Jihyun tak enak. Jarinya terus bergerak di atas paha dengan mata yang terus meliriki Kyungsoo.
Sang empu mengangguk, ia mengerti apa yang bersarang di kepala Jihyun. Lantas tangannya bergerak untuk menggenggam tangan Jihyun dan tersenyum tipis.
“Aku tidak apa-apa. Kalau maksudmu ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi, mungkin seseorang sudah menjelaskannya secara rinci. Siapa kau di hidupku dan siapa aku di hidupmu,” jelas Kyungsoo lembut. “Baekhyun juga sudah menceritakan apa yang tak aku ketahui selama ini. Jadi tak usah khawatir.”
“Bagaimana bisa aku tak khawatir?” tanya Jihyun menggeleng pelan. “Aku dan oppa adalah sepasang kekasih, kita bahkan berencana untuk menikah. Seserius itu hubungan kita dan kau bilang aku tak perlu khawatir?”
Kyungsoo menghela napas dan menarik tangan Jihyun untuk mendekat. Lantas bibirnya mengecup singkat pipi perempuan tersebut yang menatapnya terkejut, matanya membulat sempurna dengan napas yang tertahan.
“Lantas sekarang kau mau bersamaku lagi?”
***
Shin Hye masuk ke dalam kamar Mia dan bersandar di ambang pintunya, memperhatikan sang empu yang sedang sibuk mengemasi barang-barangnya dengan raut kurang rela. “Kau yakin mau pergi?”
Mia mengangguk yakin, ia tersenyum lebar sambil mendekati ibunya dan memeluk dengan erat.
“Gwenchana, aku akan pulang sebulan sekali untuk menemuimu.”
“Kenapa harus pergi?” tanya Shin Hye merengek, dia benar-benar berat melepaskan kepergiaan putrinya ini.
“Aku sudah punya pekerjaan sekarang, sebagai seorang penulis aku ingin hidup di tempat yang lebih tenang demi tulisanku. Sekarang aku punya kontrak dengan perusahaan, pekerjaanku lebih serius … mom.”
“…”
“Mom yang ingin aku punya pekerjaan, kan? Kau harus mendukungku.”
Shin Hye mengangguk, ia mengecup kening Mia sekilas sambil menangkup pipinya gemas. Seakan-akan putrinya yang sudah besar ini masih sama ketika ia baru berusia tujuh tahun. Ia juga sangat mengerti bahwa selain untuk pekerjaan, Mia ingin mencoba melupakan Kyungsoo dan segala hal yang berkaitan dengannya.
Shin Hye sudah tahu semuanya, jadi ia mengerti beban apa yang Mia dapatkan. Daripada stress dan terus-terusan murung, mending dia mencari suasana baru dan menyibukkan diri dengan pekerjaannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Paper Wall
FanfictionKetika si pengendali mimpi bertemu dengan Author Fanfiction yang mengandalkan mimpi untuk tulisannya. Ada yang tahu jika mimpi sebenarnya bisa dikendalikan? Jika tidak, ayo berkenalan dengan Mia Melody. Gadis pengangguran yang punya pekerjaan sampin...