Kyungsoo menepikan mobilnya di dekat sungai Han, masih di area jalanan yang punya tempat parkirnya. Sesaat Mia bingung karena Kyungsoo tak menyuruhnya ke luar, dia hampir saja membuka pintu kalau lelaki tersebut tak sigap menguncinya.
Iya, menguncinya.
“Hei …” Mia menoleh tak percaya juga sedikit takut pada Kyungsoo yang serius menatap dashboard mobil. Dia sungguh tak mengerti dari segi mananya pemandangan tersebut menarik, apalagi sekarang Mia sungguh bingung kenapa dia harus dikunci di dalam mobil.
Masih banyak café atau tempat mengobrol lainnya yang enak. Mobil? Apa masudnya coba?
“Kita tidak ke luar?” tanya Mia memastikan sambil melepaskan seatbelt. Kyungsoo menggeleng ketika menarik napas yakin dan menoleh dengan senyuman. Jujur, Mia langsung terpaku sebentar lalu buru-buru mengalihkan pandangannya. “Kalau begitu to the point saja, aku sudah bilang siang ini ada acara. Jadi jangan lama, oke?”
Kyungsoo tak menyahut, seperti antara malas bicara atau sedang mempertimbangkan sesuatu. Ini membuat Mia sedikit jengkel karena diabaikan, padahal susah payah dia ingin bersikap biasa. Tapi respons sang empu begitu tak acuh.
Akhirnya Mia mengeluarkan ponselnya dan sibuk sendiri menghubungi kawan-kawan yang akan menemaninya menghadiri fanmeet Kang Daniel. Selama 10 menit mereka hanya diam, teriakkan Mia nyaris keluar saking dongkolnya.
'Hoi hoi, jangan bercanda!' batinnya.
Dan ketika mulutnya terbuka untuk melayangkan pertanyaan kebingungannya, Kyungsoo keburu merebut ponselnya dan memasukkan benda canggih itu ke saku celana.
“Apa yang kau lakukan?” tanya Mia setengah melongo karena tindakan yang tiba-tiba tersebut, pertanyaannya sedikit tak terima karena sikap seenak jidat Kyungsoo barusan. “Kembalikan ponselku.”
“Aku akan mengembalikannya kalau kau menghargai keberadaanku.”
“Oh, please… sebenarnya yang sedaritadi tak menghargai keberadaan seseorang itu siapa?” tanya Mia mulai sensi. Kalau saja ponsel itu tidak ada di saku celana Kyungsoo, tentu dia akan melakukan segala cara untuk mendapatkannya. Hanya karena ada di sana, Mia sedikit memutar otak untuk mengambilnya.
Perempuan itu menghela napas kasar, entah sejak kapan Kyungsoo jadi suka main-main begini. Mungkin dia akan baik-baik saja kalau sikap biasanya direspons sama, apapun pembicaraan yang akan mereka lakukan.
Tapi ini …?
Berikutnya mereka kembali terdiam, Mia nyaris berteriak meminta pertolongan saking sudah tak tahan berada dalam satu ruang yang sama dengan Kyungsoo. Kalau saja lelaki itu tidak berdeham meminta perhatiannya.
“Tidakkah ceritamu sedikit keterlaluan?” tanya Kyungsoo yang dibalas kerutan kening oleh Mia. “Selain karena tidak meminta persetujuan dariku, kau menuliskan hal yang tidak benar faktanya.”
“Bukankah kau yang mengatakannya padaku saat rapat? Bahwa Paper Wall diambil dari sudut pandang orang pertama, tentunya aku banyak menceritakan apa yang dia rasakan. Untuk apa aku minta persetujuanmu?” tanya Mia tak terima walau ia tahu keputusannya salah sejak awal.
“Biar bagaimanapun aku tetap ikut andil dalam bukumu karena aku salah satu tokohnya, apalagi peranku penting di sana,” katanya sedikit menambah penekanan. Kyungsoo terkekeh sinis sesaat lalu menatap Mia. “bangun dengan bantuan mantan kekasihnya?”
“…”
“Ending konyol. Tahu apa kau tentang apa yang aku alami di dunia mimpi?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Paper Wall
FanficKetika si pengendali mimpi bertemu dengan Author Fanfiction yang mengandalkan mimpi untuk tulisannya. Ada yang tahu jika mimpi sebenarnya bisa dikendalikan? Jika tidak, ayo berkenalan dengan Mia Melody. Gadis pengangguran yang punya pekerjaan sampin...